Rabu, 11 Desember 2019

TIPS MENJAGA MATA DARI GANGGUAN PENGLIHATAN


Mata merupakan salah satu indra tubuh yang paling penting. Orang bisa saja kehilangan indra pendengaran, yang pasti juga berdampak pada hilangnya kemampuan berkomunikasi, atau indra lainnya. Tapi tidak dengan mata. Kehilangan indra penglihatan membuat seseorang tidak dapat menikmati keindahan alam ciptaan atau menyaksikan kejadian-kejadian luar biasa.
Karena begitu penting dan berharganya, maka sangat dianjurkan untuk menjaga dan merawatnya. Membiasakan diri untuk melakukan beberapa kebiasaan sehat saat ini tentu akan bermanfaat di masa mendatang. Apalagi seiring bertambahnya usia, resiko terkena beberapa penyebab umum kebutaan, termasuk katarak, glaukoma dan degenerasi makula terkait usia akan meningkat.
Untuk itu, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko dan melindungi penglihatan harus dilakukan. Berikut ini adalah beberapa tipsnya.
1.    Konsumsi Vitamin
Penelitian mendukung bahwa sejumlah nutrisi dapat membantu melindungi penglihatan. Demikian ungkap dokter mata Kristi Stalker. Vitamin yang termasuk adalah:
Vitamin A. Antioksidan ini sangat penting untuk proses penglihatan dan membantu melindungi permukaan mata. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan malam dan akhirnya bisa menjadi kebutaan permanen. Banyak makanan hewani mengandung vitamin A tinggi, termasuk hati, minyak ikan dan keju, tetapi tubuh dapat memproduksi vitamin A dari karotenoid yang ditemukan dalam sayuran seperti ubi jalar, sayuran hijau berdaun dan wortel.

EFEK BAHAGIA BAGI KESEHATAN


“Bersukacitalah senantiasa.” Demikianlah pernyataan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika (1Tes 5: 16). Perlu disadari, Paulus terpanggil untuk mewartakan Injil Yesus Kristus, dan Injil itu dimaknai dengan kabar sukacita. Karena itulah, menerima Injil berarti menerima sukacita. Rasul Paulus tidak henti-hentinya selalu menyerukan kepada umat untuk bersuka cita. Kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” (Filipi 4: 4).
Nada seruan Santo Paulus tadi sering terdengar dalam berbagai kesempatan dengan makna profan. Misalnya, ungkapan sastrawan kenamaan Omar Khayyam, “Be happy for this moment. This moment is your life.” Intinya adalah orang perlu merasa bersukacita atau senantiasa berbahagia. Namun, beragam masalah dalam hidup kerap membuat orang kehilangan kebahagiaannya. Tekanan hidup juga membuat orang rentan terkena stress atau depresi. Meskipun demikian, seseorang perlu tetap merasa bahagia karena segudang alasan.
Seseorang yang berbahagia akan memiliki hidup yang lebih sehat. Ada baiknya kebiasaan bersukacita ini diawali dari masa muda. Riset dari Northwestern University, Amerika Serikat, terhadap 10.000 remaja menunjukkan bahwa remaja yang bahagia lebih sedikit cenderung mempunyai masalah perilaku pada usia dewasa. Sebaliknya, remaja yang sering berbahagia cenderung mempunyai kesehatan fisik dan emosional yang baik.
Sebenarnya, saat merasa gembira, tubuh akan memproduksi hormon seperti serotin, relaksin dan dopamin. Saat masuk ke aliran darah, hormon-hormon ini akan merangsang sel-sel kekebalan tubuh. Sel-sel imun ini akan bekerja untuk memerangi penyakit dalam tubuh.

NAPI KORUPTOR IKUT PILKADA: INI SUNGGUH KRISIS


Beberapa hari ini ramai dibicarakan permasalahan bekas tahanan kasus korupsi yang maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), entah itu sebagai gubernur/wakil maupun bupati/wakil atau walikota/wakil. Kebanyakan majunya calon kepala daerah bagi bekas napi koruptor berasal dari partai politik. Artinya partai politik (parpol) mengusung yang bersangkutan untuk maju dalam ajang pilkada.
Majunya kader partai politik mantan napi koruptor ke ajang pilkada mendapat tanggapan keras baik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun Indonesia Corruption Watch (ICW) dan juga masyarakat pengiat anti korupsi. Tentulah tidak semua orang menentang niat mantan napi korupsi ini maju dalam pilkada. Setidak-tidaknya ada parpol pengusung mendukungnya.
Akan tetapi, majunya seorang mantan napi korupsi dalam ajang kontestasi pilkada menunjukkan adanya krisis. Hal ini sungguh-sungguh menunjukkan situasi krisis. Apa saja krisisnya?
Pertama, krisis kader. Krisis ini lebih ditujukan kepada parpol pengusung. Dengan mengusung mantan koruptor maju dalam pilkada, hal ini memperlihatkan bahwa parpol tersebut sedang mengalami krisis kaderisasi. Sepertinya parpol tidak mempunyai kader lain yang dapat diusung sebagai kepala daerah, sehingga mantan napi korupsi pun diusung. Adanya krisis kader ini sekaligus menunjukkan tidak jalannya kaderisasi dan pendidikan politik di partai politik.