Kamis, 10 Oktober 2013

Renungan Hari Jumat Biasa XXVII-C

Renungan Hari Jumat Biasa XXVII, Thn C/I
Bac I   : Yl 1: 13 – 15, 2: 1 – 2;  Injil       : Luk 11: 1526

Dalam bacaan pertama hari ini, melalui mulut Nabi Yoel, Tuhan meminta para pimpinan dan petugas keagamaan bangsa Israel untuk bertobat. Mereka hendaknya membersihkan diri mereka lebih dahulu baru dapat mengajak umat membersihkan dirinya. Membersihkan diri ini berarti mereka hidup bersama dan dalam Tuhan. Dengan membersihkan diri maka mereka menjadi pantas dan layak menyambut kedatangan Tuhan.

Kedatangan Tuhan atau Kerajaan-Nya, dalam Injil, terlihat ketika Yesus “mengusir setan dengan kuasa Allah.” (ay. 20). Dalam Injil, Kerajaan Allah itu dipertentangkan dengan kerajaan setan; kedatangan Tuhan dipertentangkan dengan kedatangan setan. Bagi Yesus, kerajaan setan atau juga setan itu sendiri hanya bisa diusir dengan kekuatan Allah. Artinya, orang harus bersekutu dengan Allah. Dan untuk bersekutu ini, maka orang harus membersihkan diri dahulu sehingga menjadi kuat. “Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.” (ay. 21).

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berjuang mengalahkan kuasa setan. Namun sebelum melaksanakan tugas itu, terlebih dahulu kita haruslah membersihkan diri dan hidup dalam Tuhan. Kita hanya dapat mengalahkan setan dalam kesatuan kita dengan Tuhan. Yesus bersabda, “Siapa yang tidak bersama Aku, dia melawan Aku.” (ay. 23). Jika demikian, kita lemah dan setan dengan mudah berkuasa, sebab “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah akan binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah akan runtuh.” (ay. 17).


by: adrian

Orang Kudus 10 Oktober: St Paulinus York

Santo paulinus york, uskup & pengaku iman
Paulinus lahir di Roma sekitar tahun 584. Pada tahun 601, ia bersama beberapa orang rekannya diutus oleh Paus Gregorius I untuk mewartakan Injil di Inggris, dikalangan suku bangsa Anglo Saxon, warga Kerajaan Northumbria. Setelah tiba di Inggris, Paulinus bekerja di Kerejaan Kent sampai tahun 625. Pada tahun itu diselenggarakan perkawinan antara Edwin, Raja Northumbria yang masih kafir, dengan Ethelburga, saudara Raja Kent yang sudah memeluk agama kristen. Sehubungan dengan perkawinan itu Paulinus mengajukan kepada Edwin syarat berikut ini: Perkawinan itu tidak boleh membatasi kebebasan Ethelburga dalam melaksanakan kewajiban agamanya dan Edwin harus melindungi Ethelburga dalam menghayati imannya. Edwin benar-benar tulus dan menerima syarat itu. Paulinus, yang sudah ditahbiskan menjadi uskup bersedia pindah ke Northumbria untuk mendampingi Ethelburga sebagai penasehat dan pembimbing rohaninya.

Pada awal karyanya di Northumbria, Paulinus perlahan-lahan menanamkan iman kristen dalam hati orang-orang Northumbria termasuk Edwin sendiri. Edwin kemudian bertobat dan dipermandikan pada tahun 627. Peristiwa ini berdampak besar pada seluruh rakyat Northumbria. Banyak orang menjadi kristen mengikuti contoh Edwin. Tetapi enam tahun kemudian, ketika Kerajaan Northumbria diserang oleh orang-orang kafir dari Kerajaan Mercia, keberhasilan Paulinus dalam mengkristenkan orang-orang Northumbria hancur berantakan. Situasi semakin menjadi kacau setelah Edwin sendiri dibunuh di benteng Hatfield pada tahun 633. Semua karya missioner dihentikan. Paulinus bersama Ethelburga dan dua orang anaknya kembali ke Kerajaan Kent yang aman dari segala gangguan. Selanjutnya Paulinus tidak kembali lagi ke Northumbria. Ia kemudian diirim ke Rochexter untuk menduduki takhta keuskupan itu. Di sana pula ia meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 644.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Kamis Biasa XXVII-C

Renungan Hari Kamis Biasa XXVII, Thn C/I
Bac I   : Mal 3: 13 – 20a; Injil      : Luk 11: 5 13

Sabda Tuhan hari ini mau memberikan gambaran tentang Allah. Dalam Injil, lewat perumpamaan, Yesus menegaskan bahwa Allah itu mahabaik. Dia senantiasa memperhatikan umat-Nya. Namun kepada umat diminta untuk dating dan meminta kepada-Nya. “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapatkan dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (ay. 10). Ini berarti harus ada usaha dan perjuangan, bukan berdiam diri saja.

Dalam bacaan pertama disampaikan bahwa ada umat yang berpikiran bahwa percuma beribadat kepada Tuhan. Sering mereka melihat ada banyak orang fasik yang hidupnya mujur dan bahagia. Dari sini disimpulkan bahwa Allah pilih kasih. Namun Maleakhi menegaskan bahwa Allah itu mahabaik. Ia mengungkapkan bahwa Allah mengasihi umat-Nya “sama seperti seseorang yang menyayangi anaknya yang melayani dia.” (ay. 17).

Dalam kehidupan kita juga sering melihat orang jahat yang kaya, hidup sukses, sementara orang baik merana bahkan cepat mati. Sehingga tak jarang kita meragukan kebaikan Tuhan. Namun sabda Tuhan hari ini tetap menyadarkan kita bahwa Allah itu mahabaik. Dia tetap memperhatikan kita dengan cara-Nya, bukan dengan cara kita.


by: adrian