Karena
itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan)
akhirat berperang di jalan Allah. Dan barangsiapa berperang di jalan Allah,
lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar
kepadanya. (QS 4: 74)
Publik
sudah tahu kalau Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam. Ia dijadikan salah
satu sumber iman dan peri kehidupan umat islam. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi umat islam; dan pedoman itu
berasal dari Allah. Umat islam yakin Allah langsung berbicara
kepada Muhammad, dan Muhammad kemudian meminta pengikutnya untuk menuliskannya.
Karena itu, mereka
percaya yang tertulis di dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah, sehingga
Al-Qur’an dikenal juga sebagai wahyu Allah. Karena Allah itu maha benar, maka
benar pula apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Selain itu, Al-Qur’an dinilai
suci karena Allah adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an berarti juga
penghinaan terhadap Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberi bentuk hukuman bagi mereka yang menghina-Nya (QS al-Maidah: 33).
Al-Qur’an
dikenal juga sebagai kitab atau keterangan yang jelas. Kata “jelas” di sini
dimaknai bahwa apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an harus dimaknai secara
lugas. Dengan kata lain, ketika Allah berbicara, Allah tidak menggunakan
kata-kata kias. Karena itu, kata “membunuh” harus dipahami dengan tindakan
menghilangkan nyawa seseorang, tidak ada makna lain. Demikian pula dengan kata
“perang” atau “jihad”. Memang tidak semua perkataan Allah itu selalu bermakna
lugas. Ada beberapa yang memiliki makna kias, terlebih kata-kata yang
berkonotasi seksual. Misalnya, kata “bercampur” dimaknai dengan bersetubuh.
Sekalipun memakai makna kias, tetap saja perkataan Allah itu mudah dipahami,
karena Allah sendiri sudah berfirman bahwa diri-Nya telah memudahkan Al-Qur’an
supaya mudah dipahami.
Berangkat dari premis-premis di atas, dapatlah dikatakan bahwa kutipan ayat
Al-Qur’an di atas merupakan perkataan Allah yang langsung disampaikan kepada
Muhammad. Memang dalam kutipan di atas ada
satu kata yang berada di dalam tanda kurung, dan itu harus diakui sebagai tambahan kemudian yang berasal dari tangan-tangan
manusia. Sebenarnya tanpa ditambah pun
kalimat di atas sudah jelas.
Kutipan kalimat Allah di atas terdiri dari 2 kalimat. Kalimat pertama berisi permintaan Allah kepada para pengikut Muhammad, yakni umat islam, untuk menjual kehidupan dunia untuk kehidupan akhirat melalui berperang di jalan Allah. Secara implisit mau dikatakan bahwa kehidupan akhirat lebih penting daripada kehidupan dunia. Umat islam diajak untuk mendahulukan kehidupan akhirat dengan “mengorbankan” kehidupan dunia. Dapatlah dikatakan kehidupan dunia itu bersifat fana, sedangkan kehidupan akhirat bersifat baka. Kehidupan dunia dalam kutipan ayat di atas dapat dimaknai sebagai kekayaan, kemewahan, prestasi dan prestise, kenikmatan dan kesuksesan, dll. Sedangkan kehidupan akhirat dalam kutipan kalimat Allah di atas bisa dimaknai sebagai surga. Jadi, umat islam diminta untuk “mengorbankan” kehidupan dunia demi masuk surga. Cara untuk masuk surga ini adalah dengan berperang di jalan Allah.