Selasa, 02 Oktober 2012

Bus Farrel Merah

Dalam kesempatan liburan di kampung (Maumere), bulan Agustus lalu, saya menyempatkan diri mengunjungi saudari saya di Larantuka. Sudah 8 tahun kami tak berjumpa.Mereka juga selalu mengharapkan kehadiran saya di sana. Apalagi di sana juga ada adik sepupu saya. Jadi, dengan ke Larantuka, saya bisa mengunjungi dua saudara saya. 

Persoalannya, saya tidak tahu alamat rumah mereka. Orang di rumah (kampung) juga tidak tahu. Mereka hanya tahu rumahnya; alamatnya tidak. Dan bisanya mereka ke sana memakai bus Farrel. Kebetulan sopirnya orang satu kampung. Namanya Soni. Jika bermalam di Larantuka, ia sering nginap di rumah adik saya. Memang saya dan soni belum saling kenal, tapi dia tahu siapa saya.

"Nong ke sana pakai bus Farrel saja." Nasehat paman saya. "Nanti saya telpon sopirnya supaya jemput nong di Pasar Geliting."

Singkat cerita, pagi sekitar jam 06.00 saya sudah turun dengan ojek ke Geliting. Waktu tempuh kurang lebih 35 menit. Paman saya bilang bahwa Bus Farrel meninggalkan Maumere sekitar jam 07.00. Kepada saya, paman mengingatkan bahwa bus yang akan saya tumpangi namanya Farrel.

"Kan susah membaca nama busnya dari depan. Nama bus kan selalu ditulis di samping." Sela aku waktu makan malam.

"Busnya warna merah." Jelas pamanku.

Maka, setelah sampai di Geliting, saya langsung menuju tempat yang sudah disepakati: depan Toko Putra Jaya, Geliting. Saya selalu menyebut berkali-kali "Farrel Merah" hanya untuk mengingatkan diri. Dalam hati saya berpikir, pastilah saya akan dapat tempat duduk istimewa, makan gratis di rumah makan di Boru dan mungkin tidak bayar ongkos.

Lama saya menunggu bus. Jam sudah menunjukkan waktu 08.15. Sejak jam 07.00 sudah ada beberapa bus jurusan Larantuka yang lewat. Ada yang merah, tapi bukan Farrel.

Sekitar jam 08.50, dari kejauhan saya melihat bus jurusan Larantuka. Warnanya merah. Saya coba mendekat jalan. Bus itu berjalan melambat. Sopir melihat saya dan saya juga melihat dia dan langsung melihat ke samping bus. "FARREL".

"Nah, inilah dia!" Seru aku dalam hati.

Saya langsung menahan dan naik. Tidak ada sambutan khusus. Tidak ada tempat istimewa. Saya diam saja. Yang jelas saya sudah naik bus yang tepat. Farrel Merah.

Namun, ketika memasuki Boganatar, hati saya sedikit ciut. Seorang penumpang di belakang saya tiba-tiba memanggil sopir dengan sebutan "Willy." Mungkinkah saya naik bus yang salah? Ataukah Willy itu sopir cadangan?

Waktu di Boru dulu saya akhirnya sadar bahwa saya salah naik bus. Ternyata bus Farrel itu ada dua, dan dua-duanya warna merah. Akhirnya, terpaksalah saya "menggelandang" di Terminal Larantuka sampai bus Farrel yang dimaksud datang. Karena sopirnya, Sonni, yang akan mengantar saya ke rumah adik saya.

by: adrian
Baca juga humor lainnya:

(Pencerahan) Dilema Kebenaran

SETAN DAN TEMANNYA
Pada suatu hari setan berjalan-jalan
dengan seorang temannya.
Mereka melihat seseorang membungkuk
dan memungut sesuatu dari jalan.

“Apa yang ditemukan orang itu?”
tanya si teman.

“Sekeping kebenaran,” jawab setan

“Itu tidak merisaukanmu?”
tanya si teman.

“Tidak,” jawab setan.
“Saya akan membiarkan dia
menjadikannya kepercayaan agama.”

ð  Kepercayaan agama merupakan suatu tanda,
yang menunjukkan jalan kepada kebenaran.
Orang yang kuat-kuat berpegang pada petunjuk jalan,
tidak dapat berjalan terus menuju kebenaran.
Sebab, ia mengira seakan-akan sudah memilikinya.

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Peringatan Malaikat Pelindung

Peringatan Para Malaikat Pelindung
Bac I : Kel 23: 20 – 23a; Injil      : Mat 18: 1 – 5, 10

Hari ini Bunda Gereja mengajak umatnya berpesta memperingati para Malaikat Pelindung. Sabda Tuhan hari ini mau menunjukkan akan adanya malaikat itu. Mereka akan selantiasa menjaga dan melindungi kita. Dalam bacaan pertama, dari Kitab Keluaran, diungkapkan sabda Tuhan bahwa Dia akan mengutus malaikat-Nya untuk menjaga dan melindungi umat-Nya. Sekalipun berjalan di tengah bangsa Amori, Het, Yebus, Feris, dll, umat akan merasa aman. Bangsa-bangsa itu merupakan musuh bagi bangsa Israel. Malaikat Tuhan akan senantiasa menjaga dan melindungi. Namun untuk itu dibutuhkan syarat: "Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, ..., dan melakukan segala yang Kufirmankan." (ay. 21-22).

Injil Matius mengungkapkan bahwa seorang anak kecil pun mempunyai malaikatnya. Dalam alam budaya Yahudi, anak kecil tidak masuk dalam perhitungan. Mereka selalu tidak dianggap, tidak didengar dan tidak masuk dalam struktur sosial. Mereka masuk kategori orang pinggiran. Namun Yesus mengatakan bahwa ada malaikat mereka di sorga. Artinya, mereka diperhatiakan oleh Allah, sekalipun tidak diperhatikan oleh manusia.

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa ada malaikat yang senantiasa menjaga dan melindungi kita dari bahaya maut dan juga dari godaan-godaan jahat. Tujuannya agar kita tidak jatuh ke dalam dosa atau penderitaan. Agar kita tidak jatuh ke dalam dosa dan penderitaan, maka hendaknya kita selalu membuka mata hati kita untuk mendengarkan bisikan malaikat kita. Kita tidak boleh mengabaikan mereka.

Selain menyadarkan kita akan adanya malaikat pelindung, Tuhan juga mau mengajak agar kita pribadi mau menjadi malaikat pelindung bagi sesama. Hendaklah kita senantiasa berjuang untuk menjaga dan melindungi teman, rekan, sahabat, anak, istri, suami, dll dari kejahatan. Kita dipanggil Tuhan untuk menjadi malaikat pelindung bagi sesama agar mereka tidak jatuh ke dalam dosa dan penderitaan.

by: adrian

Orang Kudus 2 Oktober: St. Leger

SANTO LEGER, MARTIR
Leger lahir pada tahun 616. Imam saleh ini kemudian ditahbiskan menjadi uskup kota Autum, Perancis. Sebagai uskup ia giat membaharui cara hidup umatnya mengikuti nasehat-nasehat Kristus. Keberhasilan karyanya dan pengaruhnya yang besar di kalangan umat sangat menguatirkan penguasa kerajaan. Oleh karena itu, ia ditangkap dan disiksa dengan keji. Akhirnya matanya dibutakan, lidahnya dipotong. Beberapa tahun kemudian kepalanya dipenggal oleh wakil raja. Leger dihormati sebagai santo pelindung orang sakit mata. Peristiwa keji atas dirinya terjadi pada tahun 680.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun