Sabtu, 31 Desember 2016

Ketika Agama Menghalalkan Menghina Agama Lain


Bangsa Indonesia seakan menutup tahun 2016 ini dengan topik hangat soal penistaan agama. Setelah Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok, dilaporkan dan kini sedang menjalani proses persidangan, tiga hari lalu giliran Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Muhammad Rizieq Shihab, dilaporkan oleh Persatuan Mahasiswa Katolik Indonesia dan kelompok mahasiswa lintas agama. Titik persoalannya adalah pernyataan Habib Rizieq yang dinilai telah menista agama Kristen (protestan dan katolik).
Sempat pula beredar isu penggalangan massa untuk membela Yesus, sesuatu hal yang aneh bagi telinga umat kristiani. Karena agama Kristen, baik itu Protestan maupun Katolik, tidak pernah mengajarkan untuk membela Tuhannya atau agamanya dari penghinaan. Mengenai sikap orang kristiani dalam menghadapi penistaan agama, dapat dibaca di sini.
Memang Habib Rizieq membela dan menyatakan bahwa laporan dua kelompok mahasiswa itu salah alamat. Dengan kata lain, Habib Rizieq tidak melakukan penistaan agama. Habib Rizieq hanya menyampaikan ajaran agamanya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa yang melakukan penistaan agama Kristen adalah ajaran islam, bukan Habib Rizieq. Inilah yang mau diangkat dalam tulisan di atas “Ketika Agama Menghalalkan Menghina Agama Lain”. Lebih lanjut mengenai ulasannya, silahkan baca di sini: Budak Bangka: Ketika Agama Menghalalkan Menghina Agama Lain
Masalah penistaan agama memang sedikit agak membingungkan. Karena itu, Tempo online pernah membuat polling dengan pertanyaan “Setujukah anda kalau pasal penistaan agama dihapus saja?” Karena, jika soal penistaan agama ini dilihat secara total (jangan hanya dari sudut islam saja), ada banyak penistaan agama yang terjadi. Dan itu bersumber dari ajaran agama. Bingung kan?

Jumat, 30 Desember 2016

EFEK BURUK ALKOHOL PADA OTAK REMAJA


Anak remaja yang telah mengenal minuman alkohol cenderung untuk menjadi pengguna narkoba di kemudian hari, kata sebuah penelitian baru. Sebuah studi 10 tahun yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Eastern Finland melibatkan sekelompok anak muda berusia 13 – 18 tahun. Pada remaja dibedakan dalam kategori peminum berat atau peminum ringan. Mereka juga telah melakukan scan otak pada tahun 2005, 2010 dan 2015.
Kategori peminum berat diberikan untuk remaja yang mengonsumsi hingga tiga gelas bir atau enam gelas angur seminggu sekali. Sedangkan peminum ringan hanya satu gelas bir serta kurang dari 3 gelas wine per minggu. Walaupun demikian, tak satu pun dari remaja didiagnosis dengan gangguan penyalahgunaan alkohol selama penelitian, sehingga remaja dinilai dalam kondisi sehat.
Sayangnya, meski remaja tampak sehat, penelitian mengungkapkan perbedaan yang signifikan dalam perkembangan otak mereka. Para remaja peminum berat memiliki neuron – sel syaraf yang mengirimkan informasi – yang lebih sedikit di bagian otak yang mengontrol impuls. Hal yang sama juga berlaku untuk jumlah sel syaraf yang mengendalikan empati dan intuisi.
Para peneliti mengatakan, kondisi ini dapat membuat kemampuan menyerap informasi baru menjadi menurun, begitu pula dengan kemampuan kreativitas serta kemampuan memahami perasaan orang lain. Dengan demikian, remaja menjadi lebih rentan untuk terlibat dalam penyalahgunaan zat di kemudian hari, baik alkohol atau obat-obatan lainnya.
Noora Heikkinen, peneliti dari University of Eastern Finland, mengatakan, “Otak masih belum tumbuh sempurna pada masa remaja. Temuan kami sangat menunjukkan bahwa penggunaan alkohol berat dapat menganggu proses perkembangan otak remaja.
sumber: Kompas Health

Rabu, 28 Desember 2016

MINUM BAYGON BASMI KECOA

Suatu hari Dodo dan Didi sedang asyik bermain di halaman belakang rumah. Tak lama kemudian Didi berlari menemui ibunya di dapur.
Didi    : Ma, ma, Dodo tadi ketelan kecoa. Ketelan kecoa, Ma.
Ibu     : Waduh, cepat panggil bapak supaya dibawa ke dokter.
Didi    : Ah, gak usah repot, Ma. Saya sudah tangani.
Ibu     : Duh, hebatnya putra mama nih. Sesama saudara memang harus saling menolong. Emang gimana Didi menanganinya?
Didi    : Kemarin kan saya lihat mama semprot baygon, kecoanya mati. Jadi, tadi saya sudah beri dia minum Baygon.
Ibu     : $%#@*&%$#????
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Selasa, 27 Desember 2016

PENISTAAN AGAMA: BAGAIMANA UMAT KRISTEN MENYIKAPINYA


Tahun 2016 ini ditutup dengan berita panas tentang masalah penistaan agama. Tokoh utamanya adalah Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok. Berawal dari keselip lidah dalam pidatonya di Kepulauan Seribu, yang mana videonya yang telah diedit diunggah di dunia maya, Ahok difatwa telah melakukan penistaan agama. Protes, kecaman dan demo pun mulai menyeruak di negeri ini, bukan hanya di Jakarta melainkan juga di beberapa daerah Indonesia.
Sekalipun Ahok sudah menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa tidak ada niatnya untuk menghina agama islam (Al Quran), sekalipun Nusron Wahid dan beberapa tokoh islam sudah menyatakan tidak ada kata-kata yang menghina Al Quran dalam pidato Ahok, umat islam sudah keburu marah. Mungkin sudah didasari oleh fatwa MUI bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama dan ulama. Mereka tidak memperhatikan isi dan konteks pidato Ahok.
Soal penistaan agama sebenarnya bukan baru kali ini saja terjadi. Penistaan agama juga sebenarnya bukan hanya dialami oleh umat islam saja. Penistaan agama juga dialami oleh umat dari agama mana pun, dan sudah terjadi sejak dulu. Salah satunya adalah umat kristen.
Ini Kisah Nyata
Seorang anak SD berkata kepada pastornya, “Romo, apa benar yang di salib itu bukan Tuhan Yesus?” Ketika pastor bertanya darimana info itu didapat, siswa itu menjawab dari guru agama islam. Kemudian anak itu mengatakan bahwa yang sebenarnya mati di kayu salib itu adalah orang yang menyerupai Yesus. Dengan tersenyum, pastor itu berkata, “Itu keyakinan mereka. Kita harus menghormatinya. Keyakinan kita adalah bahwa yang mati di salib adalah Tuhan Yesus. Itu tertulis dalam kitab suci.”
Pengalaman anak SD di atas bisa terjadi juga di tempat lain. Ada banyak siswa Kristen, yang karena kekurangan tenaga guru agamanya, terpaksa ikut pelajaran agama islam. Tentu publik ingat akan Aria Desti Kristiana, seorang mualaf, yang menjadi islam sejak kelas 1 SD. Bukan tidak mungkin, di sekolahnya ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dia jawab. Misalnya, kenapa Tuhan harus disalib? (baca kisahnya di sini: Kisah Mualaf)
Di tempat lain, seorang pemuda yang sudah jadi mulaf, mengatakan kepada teman-teman kristennya bahwa ajaran Kristen selama ini sudah salah. Secara tidak langsung, memakai cara tafsir MUI terhadap pernyataan Ahok, pemuda itu mau mengatakan bahwa para imam dan uskup, sebagai pemegang kuasa mengajar, telah melakukan pembohongan kepada umat. Ketika ditanya kenapa ajaran Kristen selama ini salah, dengan tegas pemuda itu berkata bahwa Alkitab sudah dipalsukan. Sekali lagi, dengan memakai cara tafsir MUI terhadap pernyataan Ahok, pemuda itu mau mengatakan bahwa Alkitab orang Kristen saat ini membohongi umat.
Sebenarnya ada banyak kisah penistaan terhadap agama Kristen. Para mualaf banyak melakukan penistaan terhadap agama Kristen. Akan tetapi, belum pernah terdengar ada kemarahan, protes terbuka dan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh umat Kristen. Berbeda dengan umat islam.
Jika ditanya apakah umat islam, terlepas apakah sengaja atau tidak, telah menistakan agama Kristen? Tentulah jawabannya tidak. Alasannya karena mereka melaksanakan ajaran agamanya. Apakah agama islam mengajarkan menistakan agama lain, khususnya Kristen? Silahkan jawab sendiri. Akan tetapi, sebagai umat beragama yang wajib mengikuti ajaran agamanya, mau tidak mau umat islam akan berkata bahwa kitab suci orang Kristen palsu, dan bahwa yang mati di salib bukan Yesus tetapi orang yang menyerupai Yesus.
Jadi, guru agama islam bagi anak SD di atas tidak salah, karena dia hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh surah An-Nisa ayat 157. Demikian pula pemuda mualaf di atas tidak salah, karena dia hanya menyampaikan apa yang dikatakan oleh surah Ali Imran ayat 78. Juga umat islam lainnya tidak salah kalau mereka mengatakan bahwa tempat bagi orang Kristen adalah neraka, sekalipun hidupnya baik dan saleh, karena mereka hanya meneruskan apa yang disampaikan surah At Taubah ayat 73 dan surah Al Maidah ayat 72. Atau jika umat islam mengatakan bahwa orang Kristen itu kafir, karena Al Quran mengajarkan demikian (baca surah Al Maidah ayat 72 dan 73).
Dengan demikian terlihat jelas bahwa agama Kristen sudah mengalami penistaan oleh umat islam sejak terbentuknya Al Quran, yang menjadi pedoman hidup umat islam. Hingga kini pun penghinaan itu masih sering terjadi. Tapi, kenapa umat Kristen diam saja?
Umat Kristen Menyikapi Penistaan Agama

Senin, 26 Desember 2016

CARA ORANGTUA MENGHADAPI REMAJA


Menghadapi remaja saat ini memang tak semudah yang dikira. Orang dewasa terkadang tak habis pikir dengan perilaku anak remaja. Psikolog remaja Elisabeth Santosa mengatakan, remaja umumnya memiliki karakter yang suka berargumen. Mereka berani protes terhadap hal yang tidak disukainya atau tidak sependapat, termasuk nasehat orangtua. Namun, remaja sebenarnya seringkali belum paham betul mengenai hal yang mereka kritisi, karena fungsi kognitifnya belum sempurna.
Karena itu, jangan heran dengan sikap remaja yang suka berargumen tersebut. Perubahan hormonal yang terjadi saat memasuki usia remaja turut mempengaruhi pola pikir mereka. Lantas, bagaimana orangtua menghadapi sikap remaja seperti ini?
Elisabeth mengatakan, ketika ingin menasehati anak, orangtua harus bisa menjelaskan alasannya dengan logika. Sebab remaja saat ini merasa mengetahui banyak hal, karena mudah mendapatkan segala informasi di internet. Apalagi dengan fasilitas gadget yang dimilikinya, sementara orangtua masih dengan HP jadul-nya.
“Orangtua harus bisa jelaskan secara logika. Dengan cara berpikir yang baik dari orangtua, biasanya mereka yang akan skak mat. Punya anak zaman sekarang enggak bisa mengandalkan pola asuh seperti dulu. Anda harus pintar karena lawan Anda itu Mbah Google,” jelas Elisabeth.
Dengan penjelasan yang logis, anak remaja pun secara perlahan dapat menerima nasehat atau pendapat orangtua, meski mungkin pada awalnya akan merasa marah. Selain itu, orangtua sebaiknya juga mengerti istilah bahasa yang kerap digunakan anak remaja.
“Orangtua harus lebih pintar, harus tahu bahasa yang mereka gunakan. Menurunkan gaya bahasa otoriter, jadi teman. Jangan pakai kata “pokoknya”, itu menunjukkan Anda sebagai orangtua otoriter,” imbuhnya.
sumber: Kompas Health

Minggu, 25 Desember 2016

Natal Adalah Peristiwa Iman & Syukur

Orang kristiani umumnya tahu bahwa tanggal 25 Desember adalah hari raya natal. Dan natal itu dikenal sebagai peristiwa kelahiran Tuhan Yesus, atau biasa juga dikenal dengan peristiwa inkarnasi. Memang tentang waktu kelahiran Tuhan Yesus tak ada data historis yang pasti. Tanggal 25 Desember hanyalah sebuah tanggal kesepakatan, meski di balik tanggal itu ada juga terkandung makna dan pesan.
Merayakan hari raya natal sebenarnya bukan hanya sekedar melahirkan hari kelahiran Tuhan Yesus. Di balik peristiwa kelahiran tersebut  ada dua hal penting bagi kehidupan umat manusia, khususnya umat kristiani. Dikatakan bagi umat manusia karena kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya untuk orang-orang nasrani, melainkan untuk semua umat manusia dengan segala latar belakang agama, suku dan bangsanya. Yesus Kristus adalah juruselamat umat manusia.
Dua hal penting yang ada dalam peristiwa natal adalah iman dan syukur. Karena itu, tulisan ini mengambil judul “Natal Adalah Peristiwa Iman dan Syukur”. Di sana ditegaskan bahwa syukur merupakan salah satu ungkapan iman. Kenapa natal dilihat sebagai peristiwa iman dan syukur? Lebih lanjut dapat temukan jawabannya di sini: Budak Bangka: Natal Adalah Peristiwa Iman & Syukur

Jumat, 23 Desember 2016

MAAFKAN AKU, LALA: Sebuah Cerpen

Masa SMA adalah masa penuh kenangan. Banyak kisah di sana, baik suka, duka, cita maupun cinta. Karena itu, tak heran bila kisah-kisah itu melahirkan cerita dan nostalgia. Mulai cerita pendek, novel, sinetron bahkan film banyak mengangkat kehidupan anak SMA.
“Maafkan Aku, Lala” merupakan salah satu cerpen yang berkisah tentang kehidupan remaja SMA. Jika umumnya setting atau latar belakangnya adalah kehidupan kota metropolitan atau wilayah Jawa dan Sumatera, cerpen ini mengambil setting tanah Papua.
Satu pesan dari cerpen ini adalah tak selamanya cinta itu harus bersatu, entah itu dalam wujud pacaran maupun berkeluarga. Lebih lanjut tentang cerpen ini, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (C E R P E N) Maafkan Aku, Lala

Kamis, 22 Desember 2016

UMAT KATOLIK MALAYSIA HADAPI TANTANGAN RUMIT


Mereka duduk sambil mendaraskan rosario dalam bahasa Melanau. Di luar, dengungan nyamun seiring dengan senja yang mulai meredup. Lantunan doa berakhir. Tiba-tiba suara meledak saat mereka menyanyikan lagu, “Ajarilah, oh ajarilah kami, ya Bunda Suci, bagaimana menaklukkan setiap dosa...” Mereka menyanyi dengan penuh semangat.
Kala itu adalah Oktober – Bulan Rosario Suci. Umat katolik taat itu tinggal di sepanjang Sungai Oya di Serawak, Kalimantan. Setiap malam secara bergilir mereka berkumpul di rumah seorang umat untuk berdoa.
Malaysia berubah. Fundamentalisme Islam dan fermentasi perselisihan di daratan Malaysia merambat ke dalam jantung Borneo. Orang-orang Malanau Serawak sebagian besar adalah muslim. Namun di Dalat kebanyakan umat katolik.
Ada keinginan untuk melindungi nilai-nilai identitas dan keluarga mereka. Mereka telah menjadi katolik selama beberapa generasi, tetapi mereka berjuang mewariskan ini kepada anak-anak mereka. Kekhawatiran utama mereka adalah anak-anak akan meninggalkan imannya dan masuk islam, menikah dan mengadopsi gaya hidup yang berbeda.
Tidak seperti Indonesia, Malaysia melarang pernikahan di antara muslim dan non-muslim, kecuali jika yang non-muslim masuk islam. Jadi, jika ada warga non muslim mau menikah dengan warga muslim, maka ia harus menjadi islam dahulu.
Rose Sute, seorang nenek yang terlibat dalam pelayanan di Gereja St. Bernard di Dalat, berbicara tentang krisis iman di kalangan orang muda. “Tragedi ini telah terjadi. Orangtua mungkin menentang anak-anak mereka dikonversi demi pernikahan, orang muda mungkin lemah dan frustasi ...., ada banyak kasus."
Komunitas katolik Melanau di Dalat sekitar 6.000 jiwa. Umat kristen dan islam tinggal di kota yang sama, meskipun di daerah terpisah. Namun, ada integrasi di antara kedua komunitas tersebut. Orang-orang muda islam menghadiri pusat pelatihan ketrampilan komputer yang dikelola paroki.
Pauline dan suaminya merasa khawatir dengan tiga dari delapan anak mereka. Ketiganya menyelesaikan sekolah dan berada pada usia di mana mereka akan mudah terpengaruh oleh perubahan yang terjadi di Malaysia. “Kini kami semua memiliki teman muslim. Kami saling mengunjungi. Kami berkabung bersama-sama sebagai satu keluarga ketika ada kematian dan secara bersama merayakan hari raya keagamaan,” ujar Pauline.
Bagi Rose, kehidupan di desa itu berubah. “Menghormati cara kami sedang meredup.orang muda menentang orangtua. Mereka terpengaruh oleh apa yang mereka lihat dan dengar ketika mereka meninggalkan tanah kelahirannya untuk belajar atau bekerja di semenanjung,” katanya. “Mereka kehilangankontak dengan kami di Serawak dan ketika mereka kembali, mereka membawa nilai-nilai yang berbeda ... mereka agresif dan mudah marah. Ini bukan cara kami,” tambahnya.
Pekerjaan langka dan orang muda bermigrasi ke kota-kota mencari pekerjaan. Sejumlah rumah berdiri kosong. “Para orangtua meninggal, anak-anak mereka pergi dan tidak pernah kembali. Bahkan anak-anak saya juga telah pergi,” kata Robert Napi, seorang pensiunan katekis. Kebijakan pemeerintah federal baru-baru ini seperti pelarangan penggunaan kata “Allah” oleh umat kristiani telah mengguncang komunitas kristiani.
“Guru-guru dari semenanjung membawa nilai-nilai mereka dan berusaha mengkonversi kami. Mereka berupaya mempengaruhi anak-anak kami dan bahkan mengkonversi mereka,” kata seorang ibu. “Mereka telah berhenti sekolah sekarang, tapi ada cara lain dimana mereka berupaya mengambil identitas kami.misalnya, dalam satu sekolah, siswa harus mengenakan pakaian tradisional Melayu seminggu sekali, dan semua orang tahu pakaian itu identik dengan islam,” tambahnya.
Tapi, meskipun masalah mereka, warga desa dapat mengandalkan iman mereka sebagai inspirasi. Lagu Maria dinyanyikan mereka dengan lirik, “Bagaimana mencintai dan saling membantu // Bagaimana memberi hidup untuk menang.” Mereka berusaha menjaga toleransi dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan.