Sabtu, 26 Oktober 2013

Paus Fransiskus & Protes Gaya Hidup Mewah

Paus Fransiskus, yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio, adalah paus yang ke-266 dalam daftar kepausan Gereja Katolik. Ia berasal dari Argentina, yang membuat dia menjadi paus pertama yang bukan berasal dari benua Eropa, sejak Paus Gregorius III (731 – 741) yang wafat tahun 741. Ada tiga hal lain yang membuat paus ini dikenal serba pertama (lih. http://budak-bangka.blogspot.com/search?q=paus+serba+pertama).

Salah satu hal yang menarik, dan yang menjadi semacam ciri khas dirinya, yaitu kesederhanaan hidup. Karena itulah ia memakai nama Fransiskus sebagai nama kepausannya. Fransiskus yang dimaksud tentunya adalah Fransiskus Asisi, tokoh besar yang dikagumi Gereja dan umat dunia. Salah satu hal yang menonjol dari Fransiskus adalah semangat miskinnya (sederhana) seturut nasehat Injil. Semangat inilah yang mewarnai ordo yang didirikannya.

Mungkin sebagian orang akan bertanya, kenapa Kardinal Jorge, yang merupakan seorang Yesuit, mengambil nama Fransiskus (Asisi) untuk nama kepausannya? Bukankah Yesuit memiliki “luka batin” terhadap Fransiskan? Padahal ada begitu banyak juga tokoh besar Gereja yang berasal dari Yesuit.

Bukan tanpa dasar Kardinal Jorge menggunakan nama Fransiskus. Semangat kemiskinan (sederhana) St. Fransiskus sudah mewarnai hidupnya. Sejak menjadi uskup, Paus Fransiskus sudah menunjukkan sikap dan gaya hidup yang sederhana. Selain itu juga, pemilihan nama Fransiskus sebagai nama kepausan dapat dilihat sebagai bentuk pewartaan hidup sederhana untuk membangun semangat solidaritas dengan kaum miskin pinggiran. Dan kebetulan kehadiran tokoh Fransiskus, dengan konggregasi yang didirikannya, menjadi bentuk protes atas gaya hidup manusia, khususnya hierarki Gereja, pada waktu itu.

Zaman sekarang manusia sudah dirasuki budaya hedonis, materialis dan konsumtivistik. Ketiga budaya ini selalu berpusat pada diri sendiri, yang membuat orang lupa akan penderitaan dan sengsara orang lain. Budaya hedonis, materialis dan konsumtivistik ini membuat imam zaman sekarang berbeda dengan imam zaman dulu. Kalau imam-imam zaman dulu: tangan kanan memegang Kitab Suci, tangan kiri pegang brevir dan di lehernya tergantung kalung salib atau rosario. Sedangkan imam sekarang: tangan kiri memegang tablet, tangan kanan pegang kamera DSLR atau handycam dan di lehernya tergantung HP Samsung Galaxi Note III atau Blackberry z10 atau Nokia Lumia 1020.

Karena itu, dengan memilih nama Fransiskus, di mana semangat hidup Fransiskus sudah ada padanya, Paus Fransiskus mau mewartakan dengan hidupnya semangat hidup sederhana demi membangun semangat solidaritas. Dia ingin menjadi inspirasi bagi umat manusia, khususnya bagi umat Katolik dan lebih khusus lagi bagi kaum religius.

Dan hal ini sudah terjadi. Di Kolombia, seorang imam menjual mobilnya, Mercedes Benz E200, dan kembali naik sepeda atau bus umum. Ini dilakukannya menyusul seruan Paus Fransiskus yang ditunjang dengan sosoknya. Dan sejalan dengan ajakan paus itu, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Kolombia, Ruben Kardinal Salazar, menghimbau para religius untuk hidup sederhana. “Kita para imam harus menyadari bahwa kita hidup bersama di tengah umat kita,” ujarnya (http://indonesia.ucanews.com/2013/07/12/paus-fransiskus-menginpirasi-seorang-imam-menjual-mercedes-nya/ ).

Gaya hidup mewah jelas-jelas bertentangan dengan semangat hidup yang hendak diusung oleh Paus Fransiskus ini. Gaya hidup mewah membuat kita, khususnya para hierarki Gereja, terpisah dari umatnya; hidup dalam istana menara gading. Karena itulah, Paus Fransiskus mau bertindak tegas berkaitan dengan ini. Salah satu korbannya adalah Mgr. Franz-Peter Tebartz-van Elst, uskup asal Limburg, Jerman.  Vatikan akhirnya menon-aktifkannya dari tugas-tugasnya sebagai uskup karena skandal gaya hidup mewahnya (http://indonesia.ucanews.com/2013/10/24/vatikan-menonaktifkan-seorang-uskup-terkait-gaya-hidup-mewah).

Pertanyaan kita: Apakah Paus Fransiskus sudah menginspirasi Anda?
Pangkalpinang, 25 Oktober 2013
by: adrian
Baca juga:
2.      Diakon Yudas dan Ternyata ….
4.      Korupsi di Gereja
5.      Korupsi dan Gereja

Orang Kudus 26 Oktober: St. Evaristus

Santo evaristus, paus & Martir
Evaristus hidup pada abad kedua. Ia berasal dari sebuah keluarga Yahudi di Betlehem. Keluarganya tinggal di Yunani pada saat ia dilahirkan. Evaristus dibesarkan dan dididik dalam agama Yahudi. Ayahnya sangat bangga akan kesalehan dan kecerdasan puteranya, hingga ia mengirimkan putranya untuk belajar pada guru-guru terbaik.

Setelah dewasa, Evaristus menjadi seorang Kristiani. Begitu besar cintanya pada iman barunya ini hingga ia memutuskan untuk menjadi seorang imam. Di Roma, di mana ia melakukan karya pelayanan, semua orang mengagumi serta mengasihinya. Demikianlah, ketika paus wafat sebagai martir, Evaristus dipilih untuk menggantikannya. Evaristus merasa sama sekali tak layak menjadi seorang paus, tetapi Yesus tahu yang terbaik.

Masa itu adalah masa-masa penganiayaan Gereja. Fitnah-fitnah keji tersebar luas mengenai iman Katolik hingga orang-orang Romawi tidak perlu berpikir dua kali untuk membunuh umat Kristiani. Siapa saja yang menjadi paus nyaris pasti akan ditangkap. Evaristus menggembalakan Gereja selama kurang lebih delapan tahun. Semangatnya begitu berkobar-kobar hingga jumlah orang-orang yang percaya semakin hari semakin bertambah banyak. Tetapi, pada akhirnya, ia ditangkap juga. Para sipir penjara terkagum-kagum melihat sukacita pada wajah orang tua yang kudus ini sementara ia digiring ke penjara. Evaristus menganggap diri memperoleh hak istimewa didapati pantas menderita sengsara dan mati bagi Yesus. Tiada hadiah yang lebih berharga yang dapat diberikan kepadanya selain dari kemartirannya. Paus St. Evaristus wafat pada tahun 107.

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIX-C

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIX, Thn C/I
Bac I   : Rom 8: 1 – 11;  Injil        : Luk 13: 1 9

Dalam Injil hari ini, Yesus mengeritik pandangan orang Yahudi yang mengaitkan aib atau penderitaan dengan dosa. Orang berpikir kalau dirinya tidak mengalami peristiwa aib itu berarti dirinya tidak berdosa. Bagi Yesus siapa saja bisa mengalami peristiwa itu dan bisa juga berdosa. Namun yang terpenting adalah pertobatan. Dengan bertobat orang melepaskan diri dari hukuman dosa, yaitu maut.

Bertobat merupakan gerakan roh. Inilah yang mau ditekankan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus membeberkan refleksinya tentang Yesus yang telah mati untuk penebusan dosa umat manusia. Oleh kematian-Nya, umat sekarang hidup menurut roh yang memerdekakannya dari “hukum dosa dan hukum maut.” (ay. 2). Dosa terjadi karena umat hidup menurut daging. Namun jika umat hidup menurut roh, maka roh itulah yang akan mendorongnya untuk bertobat.

Sebagai manusia kita tentu tidak luput dari dosa. Daging kita lemah. Kita selalu mengikuti kecenderungan daging sehingga akhirnya kita jatuh ke dalam dosa. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan hal itu. Namun Tuhan juga menghendaki supaya kita selalu bertobat. Melalui sabda-Nya, Tuhan menyadarkan kita bahwa dengan kematian Yesus di salib, kita hidup menurut roh. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu hidup menurut roh.


by: adrian