Sabtu, 30 Mei 2015

Orang Kudus 30 Mei: St. Ferdinandus Kastilia

SANTO FERDINANDUS KASTILIA, PENGAKU IMAN
Ferdinandus adalah putera Raja Alfonso dari Kerajaan Leon, dan Ratu Berengaria dari Kastilia. Ia lahir di sebuah Biara di Valparaiso (sekarang Provinsi Zamora, Spanyol) pada 5 Agustus 1199. Ketika berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi Raja Kastilia. Kemudian ketika ayahnya meninggal dunia pada tahun 1230, Ferdinandus diangkat lagi menjadi Raja Leon. Dengan demikian ia menjadi raja, baik di Kerajaan Kastilia maupun di Kerajaan Leon. Dia memerintah kedua kerajaan ini sampai hari kematiannya pada 30 Mei 1252.
Sebagai raja, Ferdinandus membuktikan dirinya sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Di masa kepemimpinannya, dua kerajaan yang diwariskan kepadanya oleh kedua orang tuanya, digabungkan menjadi satu kerajaan. Masa pemerintahannya mempunyai arti yang sangat penting bagi sejarah Spanyol. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Kristen di seluruh kerajaannya. Ia behasil mengusir pergi orang-orang Moor, yang beragama islam, dari seluruh wilayah Spanyol, termasuk kota-kota penting seperti Kordova (1236) dan Seville (1248). Sampai pada saat kematiannya, hanya Granada dan Alicante masih berada di bawah pendudukan orang Moor.
Selain usaha-usaha di atas, ia terus berjuang mempertahankan tegaknya ajaran iman yang benar terhadap rongrongan bidaah Albigensia.
Ferdinandus tergolong seorang raja yang beriman teguh. Ia berusaha memajukan perkembangan agama Kristen. Ia mendirikan banyak biara, mengubah mesjid-mesjid menjadi katedral-katedral dan membantu rumah-rumah sakit dengan berbagai pemberian. Pada tahun 1242 ia mendirikan Universitas Salamanca sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Ketika ia meninggal dunia, ia dikuburkan di Katedral Seville dalam pakaian Ordo ketiga Santo Fransiskus. Pada kuburnya terjadi banyak mujizat. Banyak orang menganggap dia sebagai orang kudus. Pada 31 Mei 1655, Ferdinandus dibeatifikasi oleh Paus Alexander VII, dan oleh Paus Klemens X dia dikanonisasi pada tahun 1671.
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 30 Mei:

Renungan Hari Sabtu sesudah Pentakosta - Thn I

Renungan Hari Sabtu VII, Thn B/I
Bac I  Sir 51: 12 – 20; Injil        Mrk 11: 27 – 33;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara kepada kita tentang kebijaksanaan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Putera Sirakh, penulis mengungkapkan madah syukurnya atas karunia kebijaksanaan yang dia terima. Bagi penulis, kebijaksanaan bagaimana harta yang tak ternilai, sehingga ia akan selalu berjuang mencarinya. Ada rasa sesal jika ia melalaikannya. Di sini penulis ingin mengajak pembacanya untuk juga berusaha mengejar kebijaksanaan dan menghormati mereka yang mengaruniakannya.
Dalam Injil hari ini kebijaksanaan terlihat pada diri Tuhan Yesus ketika Dia memberi jawaban kepada imam-imam kepala, para ahli Taurat dan tua-tua. Mereka bertanya tentang asal kuasa Yesus, yang “membersihkan” Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang. Pertanyaan mereka dijawab dengan pertanyaan soal asal baptisan Yohanes. Para petinggi agama Yahudi itu tidak mau menjawab, sekalipun mereka tahu, karena jawaban itu dapat merusak reputasi mereka. Di sini terlihat bahwa demi kepentingan pribadi, orang rela mengorbankan kebenaran.
Kebijaksanaan merupakan suatu sikap yang terarah keluar dari diri sendiri. Orang yang bijaksana adalah orang yang mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi; berjuang demi kebenaran sekalipun kebenaran itu menyakitkan diri sendiri. Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk senantiasa bersikap bijaksana. Tuhan menghendaki agar kita selalu memperjuangkan kebenaran. Kebijaksanaan tidaklah berasal dari diri kita sendiri. Dia dapat datang dari siapa saja, meski sumber utama kebijaksanaan adalah Tuhan. Kita diminta untuk menaruh hormat kepada mereka yang telah mengajarkan kita kebijaksanaan.***
by: adrian