Renungan
Malam Natal, Thn C/II
Bac
I Yes 9: 1 – 6; Bac II Tit 2: 11 – 14;
Injil Luk 2: 1 – 14;
Malam hari ini kita
mengakhiri peziarahan kita selama masa adven. Penantian kita sudah berakhir.
Tuhan Yesus sudah lahir. Injil mala mini mengisahkan tentang peristiwa
tersebut. Dikatakan bahwa Bunda Maria melahirkan di Betlehem, karena ada
program sensus. Maria tidak melahirkan di sebuah rumah, melainkan di sebuah
kandang. Tuhan Yesus terbaring dalam palungan. Terdengar seperti menyedihkan,
suram dan hina. Namun penginjil menutup kisahnya dengan berita sukacita, meski lokasi
kejadiannya berbeda. Terlihatlah “sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji
Allah.” (ay. 13)
Gambaran seperti Injil
terlihat juga dalam bacaan pertama. Yesaya, dalam kitabnya, mengungkapkan
adanya dua situasi berbeda dalam kehidupan manusia. Ada orang yang mengalami
situasi suram atau “berjalan dalam kegelapan.” (ay. 2). Akan tetapi, Yesaya
menegaskan bahwa manusia tidak selamanya hidup dalam kesuraman atau berjalan
dalam kegelapan. Akan ada sorak-sorai dan sukacita yang besar (ay. 3). Semua itu
karena kelahiran seorang anak, yang adalah Raja Damai (ay. 6). Di sini Yesaya
mau menubuatkan kelahiran Tuhan Yesus.
Bacaan kedua, yang diambil
dari Surat Paulus kepada Titus, seakan merefleksikan bacaan pertama dan Injil. Apa
yang diungkapkan Yesaya dalam bacaan pertama merujuk pada Tuhan Yesus. Dia-lah
yang dimaksudkan Yesaya sebagai Raja Damai. Dia-lah Terang bagi bangsa
yang berjalan dalam kegelapan; dan orang yang telah mematahkan kuk dan gadar
dari umat manusia. Paulus melihat semua ini sebagai bentuk kasih karunia Allah
yang mau menyelamatkan manusia. Jadi, kelahiran Yesus Kristus merupakan wujud
kasih Allah kepada umat manusia.
Tuhan sudah lahir. Malam
ini kita diajak untuk bersukacita atas kelahiran-Nya. Sukacita kita bukan
semata-mata karena peristiwa kelahiran, melainkan karena kasih karunia Allah
yang menyelamatkan. Karena itu, sabda Tuhan malam hari ini menyadarkan kita
bahwa Allah mengasihi kita lewat kelahiran seorang anak di palungan. Namun,
kita juga disadarkan, sebagaimana pesan Paulus dalam bacaan kedua, bahwa lewat
kasih-Nya kita diajak untuk “meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingian
duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah.” (ay. 12). Tuhan
juga menghendaki supaya kita “rajin berbuat baik.” (ay. 14)***
by:
adrian