Senin, 21 April 2014

Menanggapi Misteri Iman

MISTERI IMAN DAN SIKAP RENDAH HATI
“Putra-putraku terkasih, mengungsilah di dalam Hatiku yang Tak Bernoda. Datangnya Kerajaan Kristus yang mulia akan didahului penderitaan berat yang akan digunakan untuk memurnikan Gereja dan dunia, dan untuk menuntun mereka ke pembaruan sempurnanya.

Aneka tanda menunjukkan kepadamu bahwa saat pemurnian bagi Gereja telah tiba: tanda yang pertama di antaranya adalah kekacauan yang akan merajalela. Sungguh, saat ini adalah saat kekacauan besar. Kekacauan merajalela dalam Gereja; di sana segala sesuatu dalam bidang dogma, liturgi dan ajaran sedang dirongrong. Di dalamnya termasuk kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Puteraku dan kebenaran-kebenaran yang ditetapkan oleh Gereja satu kali untuk selama-lamanya, lewat wewenang ilahinya yang tidak dapat salah.

Kebenaran-kebenaran ini tidak dapat diubah, sebagaimana kebenaran tentang Allah sendiri tidak dapat diubah. Banyak dari kebenaran ini merupakan bagian dari misteri dalam arti kata yang sebenarnya, sebab kebenaran-kebenaran itu tidak pernah dapat dipahami oleh nalar manusia. Manusia harus menerimanya dengan rendah hati, dengan sikap iman yang tulus dan dengan kepercayaan teguh kepada Allah yang telah mewahyukan dan menyampaikan-Nya kepada manusia di segala zaman, lewat Magisterium Gereja.

Tetapi sekarang merajalela kecenderungan yang sangat berbahaya yang ingin menggali dan memahami segala sesuatu – termasuk misteri-misteri – sampai pada titik bahwa yang sungguh benar hanyalah yang dapat dimengerti oleh nalar manusia. Bahkan muncul keinginan untuk menyingkap misteri Allah sendiri.

Setiap kebenaran yang tidak dipahami oleh nalar ditolak. Di sini ada kecenderungan untuk secara baru dan secara rasionalistis memaparkan semua kebenaran yang diwahyukan sambil mengkhayal untuk membuat kebenaran-kebenaran itu dapat diterima oleh semua orang.”
28 Januari 1979
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 374 – 375)

Orang Kudus 21 April: St. Anselmus


SANTO ANSELMUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Anselmus lahir di Aosta, Piedmont, kira-kira pada tahun 1033. Ayahnya Gondolvo, seorang politikus dan bangsawan Lombardia, sedang ibunya Ermenberga, seorang wanita Burgundia yang kaya raya. Dari orang tuanya yang saleh itu, Anselmus mewarisi perangai yang lembut dan rendah hati. Anselmus bertumbuh besar menjadi seorang pemuda yang berbudi luhur dan suka beribadah. Oleh ayahnya Gundolvo, Anselmus yang brilian itu disiapkan untuk berkarya di bidang politik. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan gerak nurani Anselmus.

Ketika berusia 27 tahun (1060), Anselmus masuk biara Benediktin di Bec, dekat Rouen, Perancis. Di sana ia belajar di bawah bimbingan Lanfranc, seorang teolog kawakan di Eropa. Segera terlihat oleh Lanfranc bahwa Anselmus adalah seorang pemuda yang luar biasa pandai serta saleh. Ketika Lanfranc menjadi pemimpin biara di Caen pada tahun 1066, Anselmus diangkat menjadi pemimpin biara di Bec. Dalam kepemimpinannya itu, Anselmus menata biara itu menjadi suatu pusat ilmu pengetahuan dan kerohanian. Prestasinya melampaui prestasi Lanfranc, gurunya. Ketika itu, ia mulai giat menulis dua buah bukunya: Monologion dan Proslogion.
 
Pada tahun 1093, dalam perjalanannya mengunjungi wilayah-wilayah perlayanan di wilayah Bec; Anselmus dipilih menjadi Uskup Agung Canterbury oleh raja William II. Anselmus menyambut baik hal ini karena ia melihatnya sebagai kesempatan emas untuk membaharui Gereja di Inggris. Namun ia menolak untuk ditabhiskan sebelum raja William menyatakan kesediaannya mendukung Paus Urbanus II (1088-1099), untuk melawan Paus tandingan Klemens III dan mengembalikan tanah-tanah yang dicaplok di Canterbury.

Tiga bulan kemudian Anselmus ditabhiskan, tetapi segera disusul dengan perselisihan antara dia dengan raja. William yang bermaksud menyerang Normadia, menuntut sejumlah besar uang dari Canterbury. Anselmus dengan tegas menolak tuntutan itu. Sebaliknya, William melarang Anselmus pergi Roma untuk menerima pakaian kebesarannya sebagai lambang martabatnya sebagai Uskup Agung dan juga mengajukan berbagai tuduhan kepada Paus Urbanus II untuk melumpuhkan Anselmus. Situasi ini dapat diatasi pada tahun 1095 ketika Anselmus berhasil mempengaruhi para bangsawan Inggris dalam sinode Rockingham untuk menentang campurtangan Raja William dalam urusan-urusan Gereja. Kemudian pakaian kebesarannya itu dikirim ke Inggris dan Anselmus menobatkan dirinya untuk menghindarkan segala hal yang bukan-bukan dari Raja William perihal martabatnya sebagai Uskup Agung Canterbury.

Bagaimanapun juga, Anselmus masih agak takut untuk pergi ke Roma guna berkonsultasi dengan Paus tentang campur tangan William dalam urusan-urusan intern Gereja. Pada tahun 1097 William mengusir Anselmus, tetapi Anselmus tidak segera berangkat ketika William mencaplok kembali tanah-tanah di Canterbury. Ketika di pengasingan, Anselmus mengadakan Konsili Bari pada tahun 1098, di mana ia secara luar biasa mempertahankan istilah Fillioque ("dan dari Putra") yang ditolak oleh Gereja Timur. Di tempat pengasingan ini, Anselmus berhasil menulis bukunya yang berjudul "Cur Deus Homo?" (Mengapa Tuhan menjadi manusia?).

Pada tahun 1100 William dibunuh. Penggantinya William I, mengajak Anselmus untuk kembali ke Canterbury. Dengan senang hati Anselmus kembali ke tahkta keuskupannya. Namun segera timbul lagi persoalan yang sama dalam hubungannya dengan Henry I. Masalah yang terbesar adalah tuntutan Henry atas penobatan uskup-uskup dan pemimpin biara dengan lencana yang khas sesuai dengan kekhasan spiritualitasnya. Karena perselisihan ini, Anselmus kembali lagi ke Roma untuk berkonsultasi dengan Paus. Paus Paskalis II (1099-1118) yang menggantikan Paus Urbanus II, menegaskan sekali lagi kebijaksanaan yang telah ada. Raja Henry marah dan segera mengasingkan Anselmus dan menyita semua tanah di Canterbury. Sebagai balasannya, Anselmus menjatuhkan hukuman ekskomunikasi atas Henry. Namun dalam waktu singkat tindakan ekskomunikasi dipulihkan kembali. Pada tahun 1107 ketika diadakan di Westminster, timbul lagi masalah. Raja melepaskan tuntutannya untuk menobatkan uskup-uskup dan pemimpin-pemimpin biara tetapi tetap mempertahankan haknya untuk menerima penghormatan mereka sebagai warga negara.

Anselmus menggunakan dua tahun terakhir masa hidupnya untuk mendorong sinode-sinode regular, menghapuskan perdagangan budak belian dan meningkatkan penghayatan hidup selibat. Anselmus meninggal pada tahun 1109. Ia digelar sebagai "Pujangga Gereja" pada tahun 1720.

Renungan Hari Senin Oktaf Paskah, Thn A

Renungan Hari Senin Oktaf Paskah, Thn A/II
Bac I   : Kis 2: 14, 22 – 32; Injil   : Mat 28: 8 – 15;

Hari ini kita berada dalam masa oktaf paskah. Suasana kebangkitan masih terasa kental. Ini dapat dilihat dari bacaan liturgi. Bacaan liturgi hari ini memuat kisah bertentangan yang saling melengkapi. Dalam Injil dikisahkan bagaimana imam-imam kepala dan tua-tua merekayasa kebohongan tentang kebangkitan Yesus. Dikatakan bahwa para murid Yesus telah mencuri jenasah Yesus pada tengah malam saat penjaga kubur tertidur (ay. 13). Sementara sebelumnya para wanita yang mengunjungi kubur pagi-pagi buta mendapatkan berita gembira tentang kebangkitan (ay. 8 – 10).

Apa yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua tentang Yesus dibantah dengan tegas oleh Petrus. Hal ini diungkapkan dalam bacaan pertama. Sebelumnya, Petrus yang mewakili para rasul, mewartakan tentang kehidupan Yesus, perkataan dan perbuatan-Nya, serta kebangkitan-Nya. Tentang kebangkitan ini Petrus menegaskan bahwa melalui peristiwa itu Yesus hendak mengatakan bahwa Diri-Nya mengalahkan kematian. “Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.” (ay. 31). Di sini Petrus mau membantah pernyataan imam-imam kepala bahwa mereka telah mencuri jenasah Yesus. Dengan berani Petrus berkata, “Tentang hal itu kami semua adalah saksi.” (ay. 32).

Kebaikan dan kebenaran selalu mendapat tantangan. Selalu saja ada pihak yang berusaha untuk menggagalkannya dengan segala macam cara. Ketika Ahok ingin memperbaiki Jakarta dengan maju menjadi calon wakil gubernur, pasangan Jokowi, ada pihak yang menentang dan berusaha menggagalkannya. Ada saja pihak yang menyebarkan isu agama, ras dan lainnya. Hal inilah yang terjadi pada masa kebangkitan Yesus. Sabda Tuhan hari ini, selain mewartakan kebangkitan Yesus, juga menyampaikan bahwa ada saja pihak yang berusaha memutar-balikkan fakta. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia pada iman kebangkitan tanpa terpengaruh oleh kesesatan. Setia pada iman kebangkitan berarti kita diajak untuk tetap berjuang menenggakkan kebaikan dan kebenaran, sekalipun tantangan datang menghadang.

by: adrian