
Hatiku
berbunga ketika puncak monas mulai terlihat dari sisi jendela Damri Bandara
Soeta jurusan Gambir. Jam di oppo-ku
menunjukkan 08.13. Masih ada waktu sekitar 30 menit mengejar KA Argo
Parahiyangan, yang akan berangkat jam 08.45. Kereta api sekarang tidak sama
seperti jaman orde baru, yang kata Iwan Fals, “Biasanya kereta terlambat // Dua jam cerita lama.” Jaman reformasi,
kereta api selalu on time.
Karena
itu, aku segera berdiri dan berjalan ke depan ketika bus memasuki jalan Merdeka
Selatan. Aku tak peduli dengan tatapan aneh penumpang lainnya.
“Ngejar
kereta, pak.” Ujarku kepada awak bus.
Dia
hanya melihat jam arlojinya. Sesekali melirik ke sopir. Mungkin mau
mengingatkan bahwa ada penumpang yang kepepet.
“Tiket
uda beli?”
“Uda,
pak.”
***