Jumat, 09 November 2012

Sekilas tentang Basilika Lateran

GEREJA BASILIKA LATERAN
Dalam Bahasa Latin, basilika (berasal dari Bahasa Yunani, Basiliké Stoà, yang berarti Stoa Kerajaan), pada mulanya digunakan untuk menggambarkan sebuah bangunan publik Romawi (seperti juga di Yunani, umumnya sebuah tempat pertemuan), biasanya terletak di pusat sebuah kota Romawi (forum). Di kota-kota Yunani kuno, basilika umum mulai muncul pada abad ke-2 sebelum masehi.

Setelah Kekaisaran Romawi resmi menjadi negara kristen, kata tersebut berkembang untuk merujuk pada sebuah gereja yang besar dan penting yang telah diberikan ritus upacara khusus oleh paus. Oleh karena itu, basilika hari ini memiliki dua pengertian: satu dari segi arsitektur dan satu lagi dari segi kegerejaan.

Hari ini merupakan perayaan pemberkatan Gereja Basilika Lateran. Basilik Agung ini didirikan oleh Kaisar Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Dalam konteks sejarah Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik agung yang pertama, yang melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga abad lebih berada dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir. Pemberkatannya yang diperingati hari ini merupakan peringatan akan kemerdekaan dan perdamaian itu.

Sejak zaman para rasul, sudah ada tempat-tempat berkumpul untuk merayakan ekaristi serta mendengarkan firman Allah. Namun karena ketenteraman Gereja selalu diselingi dengan aksi-aksi pengejaran dan penganiayaan terhadap orang kristen, maka gereja-gereja pada waktu itu hanyalah berupa sebuah ruangan di dalam rumah-rumah tinggal orang kristen. Selama berkobarnya penganiayaan, upacara-upacara keagamaan biasanya dirayakan di katakombe-katakombe, yaitu kuburan bawah tanah di luar kota.

Tahun 313, setelah bertobat, Kaisar Konstantinus bersama Lisinus mengumumkan edik Milano. Edik Milano adalah suatu keputusan dari kaisar yang memberikan kebebasan pada rakyatnya dalam beragama dan beribadah, secara khusus kepada orang-orang kristen. Motivasi Kaisar Konstantinus Agung mengeluarkan keputusan ini adalah karena perpecahan politik yang sedang terjadi di Romawi, yaitu perang saudara selama lebih dari setengah abad. Dengan keputusan tersebut, dia melihat bahwa kekuatan agama Kristen sanggup mempersatukan berbagai kekuatan yang berselisih saat pemerintahannya. Edik Milano juga dianggap merupakan titik balik sejarah di Eropa dalam hal kebebasan peradaban. Kemerdekaan dan jaminan kepada rakyat dalam berdemokrasi sesuai dengan prinsip-prinsipnya menjadi diakomodasi oleh negara.

Sesudah Kaisar Konstantinus bertobat dan mengumumkan edik Milano, ia memusatkan perhatiannya pada pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena menjadi salah seorang pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja pertama yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran, Lateran. Gereja ini diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Paus Silvester I (314 – 335) pada tahun 324. Karena basilik itu merupakan gereja katedral untuk Uskup Roma yang sekaligus menjabat sebagai paus, maka basilik itu pun disebut ‘induk semua gereja’, baik di Roma maupun di seluruh dunia. Karena itu juga basilik Lateran merupakan gereja paroki bagi seluruh umat Katolik sedunia. Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.

Awalnya pesta ini hanya dirayakan di Roma, namun kemudian menjadi pesta bagi seluruh gereja. Dalam pesta ini, selain dikenangkan dan diperingati kemerdekaan dan perdamaian yang dialami Gereja, juga mau diungkapkan cinta kasih dan kesatuan umat dengan Uskup Roma, yang sekaligus menjabat sebagai paus, pemersatu seluruh Gereja dalam cinta kasih Kristus.



by: adrian
sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun dan Internet
 

Orang Kudus 9 November: St. Teodorus Tiro

Santo teodorus tiro, martir
Teodorus Tiro – yang juga dikenal dengan nama ‘Teodorus Amasea’ – adalah prajurit Romawi yang beragama kristen. Bersama rekan-rekannya yang ada di dalam divisi Tyronum, ia ditugaskan untuk menjaga keamanan di wilayah Pontus, Asia Kecil, sekitar Laut Hitam. Menurut legenda, sementara ia berada dalam kedudukan sebagai seorang prajurit 'tiro' (=yang direkrut), ia dipaksa untuk turut serta di dalam upacara korban kepada dewa-dewa kafir Romawi; namun karena imannya ia dengan tegas menolak untuk turut serta di dalam praktek kekafiran itu. Ia tetap berpegang tegus pada imannya dan hanya ingin menyembah Kristus sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah oleh manusia. Oleh karena itu ia ditangkap, disiksa secara bengis oleh pasukan kafir lainnya. Akhirnya pada tahun 306, ia dibakar hidup-hidp hingga mati.

Di kaki bukit Palatinum, Roma, didirikan sebuah gereja untuk menghormati dia sebagai martir Kristus yang berani mati karena mempertahankan imannya. Makamnya sendiri terdapat di Euchaita, Asia Kecil. Kemungkinan ia dan Teodorus Stratelates, yang juga disebut 'Teodorus dari Heraclea' adalah orang yang sama.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XXXI - Thn II

Renungan Hari Jumat Pekan Biasa XXXI B/II
Bac I  Yeh 47: 1 – 2, 8 – 9, 12; Injil        Yoh 2: 13 – 22

Dalam Injil hari ini dikisahkan bahwa Yesus membersihkan Bait Allah. Bukan karena kotor oleh sampah, melainkan kotor oleh karena penyalahgunaan, maka Yesus bertindak. Karena itu, yang "dibuang" dari Bait Allah bukan sampah, tetapi manusia. Karena memang manusia yang suka menyalahgunakan entah itu wewenang ataupun fasilitas.

Dalam kasus Yesus membersihkan Bait Allah, penyalahgunaan yang terjadi adalah penyalahgunaan wewenang dan juga fasilitas. Para pengurus Bait Allah telah menyalahgunakan wewenang mereka dengan membuka kesempatan kepada para pedagang menyalahgunakan fasilitas yang ada. Bait Allah yang seharusnya menjadi tempat doa tapi "Kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (ay. 16).

Lewat Injil hari ini Yesus mau mengajak kita untuk tidak melakukan penyalahgunaan; atau dengan menggunakan bahasa positif, Yesus menghendaki agar kita melakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Kita memiliki status jabatan, maka fungsikanlah sebagaimana seharusnya. Jangan menyalahgunakan kuasa atau jabatan demi kepentingan diri sendiri. Kita sebagai suami atau istri, maka berperanlah semestinya. Jangan menyeleweng atau selingkuh. Kita memiliki tubuh, maka jangan menyalahgunakan tubuh ini untuk berbuat dosa.

Masih banyak hal lain yang bisa dikembangkan. Intinya adalah agar kita tidak berbuat jahat dan senantiasa berbuat baik.

by: adrian