Jumat, 13 September 2013

Orang Kudus 13 September: St. Yohanes Krisostomus

Santo yohanes krisostomus, uskup & pujangga gereja
Yohanes lahir di Antiokia, Syria, antara tahun 344 dan 354 dari sebuah keluarga bangsawan. Ayahnya Secundus, seorang bangsawan di Antiokia dan komandan pasukan berkuda kerajaan. Ibunya, Anthusa, seorang ibu yang baik. Yohanes dididiknya dalam tata cara hidup yang sesuai dengan kebangsawanan mereka.

Ketika berusia 20 tahun, Yohanes belajar retorika (ilmu pidato), di bawah bimbingan Libanius, seorang ahli pidato yang terkenal pada masa itu. Libanius bangga akan kepintaran dan kefasihan Yohanes. Sekitar umur 20-an tahun, Yohanes baru dipermandikan menjadi Kristen. Kemudian bersama beberapa orang temannya, ia mendalami cara hidup membiara dan belajar teologi di bawah bimbingan Diodorus dari Tarsus, seorang pemimpin Sekolah Teologia Antiokia. Setelah itu, selama 6 tahun ia belajar menyendiri sebagai rahib di pegunungan Antiokia. Sekembalinya ke kota, Yohanes ditahbiskan menjadi diakon oleh Uskup Meletius, dan pada tahun 386 ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Flavian I dari Antiokia. Ia ditugaskan untuk mewartakan Injil di Antiokia. Keahliannya berpidato dimanfaatkannya dengan baik untuk menyampaikan ajaran Tuhan kepada umatnya. Kotbahnya menarik dan mendalam. Ia menguraikan makna Kitab Suci dengan menerangkan arti setiap teks Kitab Suci bagi kehidupan. Semenjak itu, Yohanes menjadi seorang imam yang popular di kalangan umat.

Sepeninggal Nectarius, Patriark Konstantinopel, pada tahun 397, Yohanes dipilih sebagai Uskup Konstantinopel. Pada masa itu hidup susila penduduk kota sangat merosot. Hal itu mendesak dia untuk melancarkan pembaharuan hidup moral di seluruh kota dan di kalangan rohaniwan-rohaniwan. Kepandaiannya berpidato dimanfaatkannya untuk melancarkan pembaharuan itu. Kotbahnya sungguh tepat dan mengena, tegas dan terus terang. Sabda Tuhan diterapkannya secara tepat sesuai situasi kehidupan susila umat. Oleh karena itu, ia dibenci oleh pembesar-pembesar kota dan uskup lainnya. Program pembaharuannya ditantang keras. Dalam suatu sinode di Oak, sebuah desa di Kalsedon, ia dikucilkan oleh uskup-uskup lainnya. Tetapi tak lama kemudian ia dipanggil kembali karena reaksi keras dari seluruh umat yang sayang kepadanya. Pada tanggal 9 Juni 404, sekali lagi ia diasingkan karena kritikannya yang pedas terhadap Kaisar (wanita) Eudoxia dan pembantu-pembantunya. Banyak penderitaan yang dia alami dalam pengasingan itu. Di sana ia meninggal dalam kesengsaraan sebagai saksi Kristus.

Yohanes dikenal sebagai seorang uskup yang saleh. Kotbah dan tulisan-tulisannya sangat berbobot adan menjadi saksi akan kefasihannya dalam berbicara. Oleh karena itu, ia dijuluki “Krisostomus” yang artinya “Si Mulut Emas”. Dalam kotbah dan tulisan-tulisannya dapat terbaca kepribadian utama Krisostomus pada masalah keadilan dan penerapan ajaran Kitab Suci, baik oleh umat maupun oleh rohaniwan-rohaniwan.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XXIII-C

Renungan Hari Jumat Biasa XXIII, Thn C/I
Bac I   : 1Tim 1: 1 – 2, 12 – 14; Injil      : Luk 6: 39 – 42

Dalam Injil hari ini, Yesus melanjutkan pengajaran-Nya tentang menjadi murid-Nya. Kemarin Yesus memberikan semacam identitas diri sebagai murid Kristus dan sedikit bagaimana pelaksanaannya. Hari ini Yesus melanjutkan pelaksanaan itu lewat tiga perumpamaan: orang buta, murid dan guru, serta tentang selumbar di mata. Inti yang mau disampaikan Yesus adalah sebelum kita memperkenalkan diri sebagai murid-Nya dan mengajak orang lain, terlebih dahulu kita harus berubah dulu. Kita harus bisa melihat dulu baru dapat menuntun orang buta. Kita harus mengeluarkan selumbar yang ada di mata kita dulu, baru kita dapat mengeluarkan balok di mata orang lain. Kita harus sama dengan guru dulu baru bisa mengajar murid.

Bacaan pertama hari ini diambil dari surat Paulus yang pertama kepada Timotius. Dalam suratnya ini, Paulus menyampaikan sharing imannya. Pertama-tama Paulus memperkenalkan dirinya sebagai rasul Kristus. Sebagai rasul dia terpanggil untuk memperkenalkan Kristus kepada orang lain. Dalam melaksanakan tugas ini, Paulus mengikuti ajaran Yesus dalam Injil hari ini. Paulus terlebih dahulu berubah. Itulah yang diungkapkan Paulus dalam suratnya: “aku yang tadinya seorang penghujat, penganiaya, seorang yang ganas.” (ay 13).

Tuhan hari ini, melalui sabda-Nya, menyadarkan kita untuk mengoreksi diri sendiri dahulu sebelum mengoreksi orang lain. Tuhan menghendaki agar kita terlebih dahulu menjadi sempurna sebelum menyempurnakan orang lain. Bukan berarti kita tak boleh mengoreksi orang lain. Dengan mengoreksi orang lain, maka kita terpanggil untuk mengoreksi diri sendiri dahulu. Ini bagian dari proses penyempurnaan. Demikian pula dengan tugas panggilan kita untuk mewartakan Kristus. Terdahulu kita harus “menjadi seperti Kristus” dahulu baru memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

by: adrian