Selasa, 03 November 2015

Orang Kudus 3 November: St. Rupert Mayer

BEATO RUPERT MAYER, PENGAKU IMAN
Rupert Mayer lahir pada 223 Januari 1876 di Stuttgart, Jerman. Setelah menyelesaikan pendidikannya ia mengutarakan keinginannya untuk menjadi seorang yesuit kepada orangtuanya. Namun ayahnya menyarankan dia untuk menjadi imam terlebih dahulu.
Rupert melanjutkan pendidikan filsafat di Fribourg, Switzerland, dan Munich, serta pendidikan teologi di Tubingen. Rupert ditahbiskan sebagai imam pada 2 Mei 1899. Ia meneruskan impiannya untuk menjadi seorang yesuit dengan bergabung ke noviasiat Yesuit pada 1 Oktober 1900 di Feldkrich, Austria. Rupert dikirim untuk belajar di Belanda pada tahun 1906, dan kembali ke Munich pada tahun 1912.
Rupert kemudian membantu pada imigran dalam mencari tempat tinggal, pekerjaan, serta melayani kebutuhan rohani. Ketika perang dunia I terjadi, Rupert bertugas di garis depan dan mendapatkan pangkat kapten serta bintang kehormatan pada tahun 1916. Pada Desember 1916, Rupert kehilangan kaki kirinya karena cedera, setelah terkena serangan granat. Kebali ke Munich, Rupert membantu umat dalam sebuah komunitas awam.
Ketika berkembang paham komunis dan sosialis, serta munculnya Nazi, Rupert selalu menyeruan perlawanan. Ia bahkan sempat ditangkap dan ditahan, sampai superiornya harus memerintahkannya untuk diam. Setelah dibebaskan, Rupert dianggap membahayakan sampai ia harus ditahan kembali di biara Benediktin di Ettal sampai dengan pasukan Amerika membebaskannya pada tahun 1945. Pada 11 Mei 1945 Rupert kembali ke Munich melanjutkan karyanya.
Rupert Mayer meninggal dunia pada 1 November 1945 ketika ia selesai memberikan homily di Munich, Jerman. Pada 3 Mei 1987 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 3 November: St. Pius Capidelli

BEATO PIUS CAMPIDELLI, PENGAKU IMAN
Luigi Capidelli lahir pada 29 April 1868 di Trebbio, Rimini, Italia. Ia adalah putra dari Giuseppe Capidelli, seorang petani, dan Folimena Belpani. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 6 tahun. Saat berumur 10 tahun, Luigi menerima komuni pertamanya. Panggilan untuk menjadi seorang imam sudah dirasakannya sejak kecil.
Ketika berumur 12 tahun, Luigi bertemu dengan imam dari Kongregasi Pasionis. Perjumpaan ini menumbuhkan ketertarikan dalam hatinya untuk bergabung dengan Kongregasi Pasionis. Maka, pada 27 Mei 1883 Luigi bergabung dengan novisiat Kongregasi Pasionis. Saat menerima jubah, ia pun memilih nama baru: Pius.
Pius Capidelli mengikuti teladan Santo Aloysius Gonzaga dan Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita. Pius sempat dipindahkan ke Viterbo sebelum melanjutkan pendidikan filsafat dan teologinya. Pada 30 April 1884 Pius mengikrarkan kaulnya. Dalam masa persiapannya untuk tahbisan diakonat, Pius terserang penyakit tuberculosis. Pius Capidelli meninggal dunia pada 2 November 1889 di Rimini, Italia. Pada 17 November 1985 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
sumber: Santo-Santa Gerej
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Selasa Biasa XXXI - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XXXI, Thn B/I
Bac I  Rom 12: 5 – 16a; Injil               Luk 14: 15 – 24;

Bacaan pertama, yang diambil dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, berisikan nasehat-nasehat Paulus, yang merupakan kelanjutan dari ajaran Tuhan Yesus. Salah satu nasehatnya adalah agar umat mau bertanggungjawab atas karunia yang telah diterima dari Allah. Di sini Paulus mau menekankan dan menyadarkan bahwa setiap umat memiliki anugerah dari Allah yang antara satu dengan yang lain berbeda. Atas anugerah yang Tuhan berikan ini, setiap orang akan dimintai pertanggungjawabannya. Salah satu wujud tanggung jawab atas karunia itu adalah menghayati anugerah itu dalam kehidupan yang berdampak sosial. Artinya, anugerah itu memiliki dimensi sosial.
Topik tentang karunia Allah juga terlihat dalam Injil hari ini. Dalam Injil “karunia” Allah ini diumpamakan dengan undangan pesta perjamuan. Tuan pesta sudah menyebarkan undangan. Dan tentulah harapan tuan pesta agar undangan menanggapi undangan tersebut dengan datang ke perjamuan. Demikian pula karunia yang sudah dianugerahkan Allah kepada manusia. Allah menghendaki supaya manusia menanggapinya. Tanggapan atas karunia Allah itu merupakan ungkapan tanggung jawab iman.
Tuhan itu sangat baik kepada manusia. Tuhan selalu memperhatikan kebutuhan hidup kita. Karena itu, Dia selalu menganugerahkan kepada kita karunia-karunia sesuai dengan kepribadian kita. Namun kepada kita dituntut agar kita menggunakan karunia itu bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk orang lain. Dan hendaklah kita tidak menyalahgunakan karunia Allah itu demi kepentingan diri kita sendiri. Inilah yang dikehendaki Tuhan lewat sabda-Nya hari.***

by: adrian