Selasa, 05 Mei 2020

MEJA KERJA BERANTAKAN BISA MEMICU STRESS

Staples pernah melakukan survei terhadap 2.000 pekerja di Inggris. Survei tersebut hendak mengetahui kaitan antara kondisi ruang kerja (meja kerja) dengan timbulnya stress. Asumsi dasar survei ini adalah bahwa  kondisi psikis manusia dapat juga ditentukan oleh faktor eksternal. Dari penelitian yang dilakukan Staples itu terungkap bahwa hampir setengah dari seluruh jumlah pekerja di Inggris memiliki meja kerja yang berantakan. Sepertiganya memiliki meja kerja berisi makanan yang sudah setengah habis, sampah bungkusan makanan dan botol, serta hampir setengahnya meninggalkan cangkir dan piring kotor di meja kerja. Bahkan 1 dari 20 pekerja meninggalkan piring kotornya di meja selama 3 hari atau lebih. Hal ini memicu timbulnya masalah dengan rekan kerja, peringatan dari atasan, bahkan meningkatkan risiko stres.
Survei yang dibuat Staples ini mungkin hanya menyentuh ruang kerja yang berpendingin. Bisa dibayangkan bila survei juga menyentuh para pekerja yang bekerja di ruang yang tak memiliki alat pendingin ruangan. Sampah yang menumpuk bisa dalam wujud puntung rokok.
Staples memberikan gambaran tentang keadaan tempat kerja para responden. Rata-rata 19 lembar kertas tidak terpakai tergeletak di meja pekerja Inggris. Empatpuluh delapan persen pekerja bahkan kesulitan menemukan dokumen penting akibat mejanya tidak terorganisir dengan baik. Sementara 10 persen pekerja Inggris mengakui terakhir mereka merapikan meja kerja adalah sekitar 6 bulan yang lalu.
Meja kerja yang berantakan sebenarnya tidak luput dari perhatian atasan. Seperempat dari responden mengaku pernah menerima peringatan dari atasannya, bahkan 1 dari 10 pekerja menerima peringatan secara resmi.