Perempuan
itu menginginkan seorang atau dua atau tiga anak. Tak dipilih dengan pasti
apakah mesti perempuan atau lelaki. Perempuan itu ingin dan makin ingin seperti
tiap keinginan yang tak kunjung padam. Sejak kawin mungkin, atau jauh
sebelumnya, sampai tahun-tahun pertama perkawinannya, dan kini di ulang tahun
yang kesekian belas. Keinginan itu kian membesar dan rasa-rasanya kian dekat.
Kemudian
pendekatan yang keselanjutnya ialah dengan mengambil seorang anak angkat
perempuan. Sejak si bayi masih dalam kandungan ibu kandungnya, perempuan itu
telah memintanya.
“Aku
ingin punya anak.”
Dalam
tahun kedua, diambilnya lagi adik bayi perempuan – yang juga perempuan, sebagai
anaknya. Dan karena saat itu suaminya masih aktif sebagai tentara, anaknya
mendapat jatah beras. Juga pada kelahiran ketiga – sekarang lelaki, dan
kelahiran keempat – perempuan lagi.
“Kau
tak keberatan aku mengambil anak, Mas!”
“Tentu
saja tidak. Mengapa berkeberatan. Itu malahan meringankan keinginan kita
berdua.”
Dan
bila keempat anak kecil berbaring berjajar seperti ikan dalam kaleng, perempuan
itu menjahit baju anak-anak.
“Kita
bakalan punya anak sendiri ya, Mas!”
“Lebih
bakal lagi karena kita telah mengambil anak.”