Selasa, 24 Oktober 2023

INILAH MASALAH NIKAH BEDA AGAMA ISLAM DAN KATOLIK

 

Bumi kita satu, tapi dihuni oleh manusia yang beraneka ragam, baik ras, suku, status sosial-ekonomi maupun agama. Ini membuktikan bahwa manusia hidup di alam pluralisme. Sebagai makhluk sosial pertemuan antar manusia dengan perbedaan ini tak dapat dihindari. Dan pertemuan ini terkadang berakhir dengan pernikahan. Pernikahan dua anak manusia dengan beda suku atau ras tidak terlalu menimbulkan masalah.

Yang sering menjadi persoalan adalah pernikahan beda agama. Banyak agama menolak umatnya melakukan nikah beda agama. Islam dengan tegas menyatakan bahwa nikah beda agama adalah haram. Dalam islam, pernikahan itu harus seagama atau seiman. Maka, ketika umat islam menikah dengan yang non islam, menggunakan tata cara islam (menikah secara islam), maka yang non islam harus masuk islam dulu. Dan kebetulan, dalam ritusnya ada kewajiban mengucapkan kalimat syahadatin. Dengan mengucapkan kalimat itu, seseorang telah menjadi islam.

Sementara Gereja Katolik melihat nikah beda agama sebagai suatu halangan, namun halangan ini dapat dihapus dengan izin atau dispensasi. Jadi, secara tak langsung Gereja Katolik membolehkan menikah beda agama. Dan kebetulan dalam Gereja Katolik ada ritus perkawinan campur. Dengan nikah beda agama di Gereja Katolik, yang non katolik tetap dengan agama atau imannya.

Akan tetapi, pernikahan beda agama bukannya tanpa masalah. Memang banyak orang mengatakan bahwa nikah yang seagama juga tak luput dari masalah. Namun perlu disadari bahwa yang seagama saja sudah rawan masalah, apalagi yang tidak. Masalah apa saja yang biasa muncul pada pernikahan beda agama, khususnya antara orang islam dan katolik?

Perbedaan Konsep Keagamaan

Ada banyak perbedaan mengenai konsep keagamaan. Karena iman akan keallahan Yesus dan juga iman akan Tritunggal Mahakudus, orang Kristen pada umumnya dicap sebagai orang kafir. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al Quran surah al-Maidah ayat 72 dan 73. Paham tentang keselamatan juga berbeda. Memang perjalanan akhir adalah sama, yaitu masuk sorga. Namun untuk ke sananya berbeda. Dengan mengislamkan orang kafir, seorang islam pasti masuk sorga. Ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad dalam hadits al-Thabrani.

Sebagai sebuah contoh pasangan Fery Mulyana (islam) dan Devi P Fery (katolik). Beberapa bulan setelah hidup bersama, Fery mulai usil mengkritisi dan mempertanyakan iman akan trinitas dan isi alkitab. Kebetulan Fery suka membaca buku tentang islam dan tentang perbandingan agama karya Ahmad Deedat dan Irene Handono. Aksi usil Fery ini membuat hubungan mereka diwarnai dengan cek-cok. Devi tidak terima iman dan alkitabnya dihina dan dilecehkan. Tapi sayangnya, Devi tidak memiliki modal kuat untuk “membalas” serangan suaminya. Maklum, umumnya umat katolik hanya menerima saja konsep trinitas, keallahan Yesus atau alkitab tanpa pernah berusaha memahaminya. Akhirnya, Devi “kalah” dan kemudian menjadi seorang muslimah. (Kado Cinta bagi Pasangan Nikah Beda Agama, 2009, 233).

Dalam contoh di atas, dapatlah dikatakan kenapa Fery mulai mengusik iman istrinya. Dia ingin mengislamkan istrinya supaya bisa masuk sorga. Dan kebetulan pemahaman iman katolik Devi lemah, maka berhasillah Fery mengislamkan istrinya. Sementara Devi sama sekali tidak punya pikiran untuk mengkatolikkan sang suami, karena selain pemahaman agamanya lemah, dia juga tahu tak punya keharusan mengkatolikkan orang. Orang katolik hanya terpanggil untuk memperkenalkan Yesus dan karya keselamatan-Nya. Soal menjadi katolik atau tidak, itu urusan Roh Kudus.