Senin, 22 Desember 2014

(Pencerahan) Kewajiban Orang Tua

ANAK
Aku temukan anak kecil kurus terkapar
Menutup wajah dengan telapak tangannya
Aku gamit ia terperanjat, 
Melompat terbangun dan menatapku dengan nanar
Lantas berlari bersembunyi 
Di balik bayang-bayang pekat.

Aku panggil ia dengan suara lembut
Dijulurkan kepala menatap curiga
Dari sudut matanya mengalir 
Tetes air bening bercampur dengan keringat
Dari tingkahnya yang gelisah, 
Dari bibirnya yang bergetar, 
Ada yang ingin dikatakan.

Aku rengkuh dalam pelukanku
Kutanya, "Apa gerangan yang terjadi?"
Sambil terisak diceritakan sejujurnya.
Terpaksa ia mencuri karena lapar yang ditanggung tak tertahankan lagi.
Namun dari nama yang disandangnya aku curiga ada yang tak wajar.
Dan aku ingin tahu lebih jauh.

Aku antar ia pulang kembali ke rumah.
Betapa terkejut aku dibuatnya.
Benarkah dari istana megah ini 
Dapat terlahir anak yang mirip gelandangan.

Tapi setelah aku masuk di dalamnya memang terasa ada yang hilang.
Rumah ini tak ubahnya seperti neraka.
Ayah ibunya sibuk sendiri nan cerai berai.

Akhirnya ia pun memilih pergi.
Barangkali di luar sana dapat dijumpai.
Kasih sayang yang diimpikan, perhatian yang dibutuhkan.

Nah, sekarang coba siapa yang salah?

by: Ebiet G Ade
Baca juga:
2.      Dilema Kebenaran

Renungan Hari Senin Adven IV - B

Renungan Hari Senin Adven IV, Thn B/I
Bac I    1Sam 1: 24 – 28; Injil          Luk 1: 46 – 56;

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan bahwa segala pujian hanya kepada Tuhan Allah. Dalam Injil hari ini, pujian itu diberikan oleh Maria. Setelah menerima warta gembira dari Malaikat Tuhan bahwa ia akan menjadi sarana bagi Allah untuk hadir di dunia, Maria mengunjungi Elisabeth. Secara tidak langsung, Maria ingin membuktikan kata-kata Malaikat Gabriel kepadanya. Dalam kunjungan itu, Maria mendapat pujian dari sanaknya itu. Namun Maria mengembalikan semuanya itu kepada Tuhan. “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah.” (ay. 46 – 47).

Apa yang dilakukan Maria, mirip dengan apa yang dilakukan ibunda Samuel. Setelah melahirkan dan menyapih anaknya, ia menyerahkan anaknya itu kepada Tuhan diiringi dengan pujian dan sembah. Ibu ini sadar betul bahwa anak yang dilahirkan itu bukan semata-mata usaha manusiawi semata, melainkan karunia Allah. Untuk mendapatkan anak itu, ia musti berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan telah mengabulkan permintaannya. Karena itu, setelah disapih, ibu itu membawa persembahan kepada Tuhan, dan salah satu persembahan itu adalah puteranya sendiri.

Ada banyak dari kita menerima rahmat dan berkat dari Tuhan. Ketika kita membutuhkan sesuatu, kita datang dan berdoa kepada Tuhan. Tak sedikit doa-doa kita dikabulkan oleh Tuhan. Namun pernahkah kita menghaturkan syukur dan terima kasih atas karunia-Nya itu? Kita justru sering melupakan Tuhan. Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Tuhan senantiasa mendengarkan doa-doa permohonan kita. Tak jarang juga kita selalu menerima berkat-Nya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki kita untuk tidak melupakan kebaikan Tuhan kepada kita. Hendaknya kita selalu menghaturkan terima kasih kepadanya dengan memadahkan puji dan kemuliaan.

by: adrian