Kamis, 06 Oktober 2022

BERSEMBUNYI DI BALIK KE-SIBUK-AN

Seorang teman dimintai bantuannya untuk mengisi renungan di website. Hanya satu renungan saja. Permintaan itu diajukan jauh sebelum renungan diterbitkan. Akan tetapi, dengan berat hati teman itu menolak. Dia merasa keberatan.

“Saya sangat sibuk.” Demikian kelitnya.

Sibuk merupakan sebuah kata yang paling mudah diucapkan untuk berkelit dari beban tugas yang tidak menyenangkan. Ada dua alasan kenapa kata ini dipakai. Pertama, malas melaksanakan tugas tersebut. Mungkin tugas tersebut tidak menarik atau tidak mendatangkan imbalan secara langsung. Imbalan di sini tidak harus dipahami sebagai honor saja, melainkan pujian.

Kedua, pemberi tugas. Tak bisa dipungkiri, masih banyak orang lebih melihat siapa yang memberi tugas itu daripada nilai tugaas itu sendiri. Jika yang memberi tugas atau yang meminta tolong itu adalah orang yang biasa-biasa saja, pasti dengan sangat mudah orang menolak. Dan sekali lagi dengan alasan ke-sibuk-an. Namun jika yang memberi tugas atau yang meminta tolong itu adalah orang yang punya status penting atau cewek cantik atau orang yang selalu memberi bantuan, dapat dipastikan tugas itu akan segera disanggupi.

“Romo, bisa minta misa di rumah buat ulangtahun Tata?” Pinta seorang ibu muda yang cantik, yang sering mengisi kulkas pastoran.

“Kapan?” Sang imam tidak memberi jawaban, tetapi langsung bertanya kapan acara tersebut diadakan.

Akan tetapi, jika yang minta itu umat biasa-biasa saja, pasti sang imam pura-pura membuka agenda, dan tak lama kemudian menyatakan penyesalan karena tak dapat memenuhi permintaan itu.

Inilah manusia. Kita suka sekali menyembunyikan kemalasan kita di balik ke-sibuk-an. Ketidak-sukaan kita pada si pemberi tugas pun dapat kita sembunyikan di balik kata sibuk ini. Sekalipun tidaklah sibuk, namun kita akan selalu berusaha membuat dan mencari kesibukan lainnya. Tujuannya, supaya tugas yang tidak menyenangkan itu berlalu dari hidup kita.

Jadi, dengan mengungkapkan kata sibuk, orang lain tidak akan tahu bahwa kita sedang malas, atau kita tidak respek terhadap pemberi tugas. Dengan demikian cap negatif tidak akan menimpa diri kita. Orang tentu tidak akan berkesan buruk terhadap kita, karena yang mereka tangkap adalah kita sedang sibuk. Umumnya orang tidak berusaha untuk mencari tahu seperti apa kesibukan kita.

Seandainya orang menyelidiki ke-sibuk-an kita, tentulah orang akan tahu bahwa sebenarnya kita tidak terlalu sibuk-sibuk amat. Masih ada waktu luang untuk melaksanakan tugas yang diminta tanpa menggangu aktivitas lain. Akan tetapi, karena malas dan tidak suka dengan pemberi tugas, orang hanya dapat mengatakan: sibuk.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu