Senin, 31 Maret 2014
(Inspirasi Hidup) Membunuh Mati & Membunuh Hidup
PASTOR PEMBUNUH: ANTARA MEMBUNUH MATI DAN MEMBUNUH HIDUP
Hari Jumat, 7 Maret 2014, sekitar jam 20.00, seorang teman
yang tinggal di Tanggerang menelepon saya. Awalnya dia ungkapkan kekesalannya
terhadap saya karena susah sekali menghubungi saya. Dia sebenarnya sudah
mengontak saya pada jam 16.00 tadi. Tujuannya agar saya menonton acara di Metro
TV, tentang vonis mati mantan pastor.
Karena saya tidak menonton, maka dia akhirnya menceritakan
sedikit acara tersebut yang berisi wawancara dengan mantan pastor yang divonis
hukuman mati karena terbukti membunuh kekasih dan anak hasil hubungan gelapnya.
Saat peristiwa itu terjadi, sang mantan itu masih berstatus pastor. Dan baru
terbongkar setelah 10 tahun.
Satu komentar singkat teman saya itu adalah, koq pastor itu tega menghabisi tiga
nyawa. Sungguh amat keji. Teman saya belum bisa menerima hal itu, mengingat
pelakunya adalah seorang imam. Kalau awam biasa, mungkin dia bisa terima. Saya hanya
menjawab singkat, itulah manusia.
Saya mengatakan bahwa memang apa yang dilakukan mantan pastor
itu adalah tindakan keji. Semua orang mengetahui dan menyadarinya. Namun,
semuanya selesai dengan adanya vonis itu. Pastor pembunuh itu membunuh orang
dan orangnya mati. Tindakannya diketahui dan vonis sudah diputuskan. Selesai. Pastor
itu tentunya akan merasa tenang. Arwah korban pun mendapat ketenangan. Keluarga
korban juga puas. Apa yang dilakukan oleh mantan pastor ini saya istilahkan
dengan “membunuh mati”.
Akan tetapi, ada satu tindakan keji lainnya yang juga
dilakukan oleh pastor, yaitu “membunuh hidup”. Apa yang dilakukan pastor ini
sebenarnya sudah “membunuh” namun tidak mengakibatkan kematian. Yang menjadi
persoalannya adalah semua orang belum mengetahui dan menyadarinya. Karena itu,
tidak ada vonis apapun terhadap pastor ini, sehingga tindakan ini terus
berulang-ulang. Dan pastornya pun terus saja melakukan tindakannya, karena
merasa tidak bersalah.
Tindakan apa yang dimaksud? Tindakan itu adalah mengorupsi
uang umat (Gereja). Seringkali pastor “memaksa” umat untuk mengumpulkan uang
untuk keperluan ini atau kepentingan itu dengan mengatasnamakan kepentingan Gereja.
Karena “demi Gereja” umat pun akan berusaha memberi. Setelah uang terkumpul,
pastor mengambilnya sebagian untuk kepentingan pribadi (mungkin juga keluarga).
Uang kolekte, uang persembahan, stipendium, intensi misa dan uang lainnya, yang sebenarnya dipergunakan
untuk pembangunan iman umat, diambil untuk kepentingan pribadi pastor. Dan ketika uang
untuk pembangunan iman umat kurang, pastor tinggal meminta lagi kepada umat.
Korupsi yang dilakukan pastor ini secara tidak langsung
berarti memeras umat. Pastornya hidup senang dan enak, sementara umatnya hidup
sederhana. Terkesan bahwa umat “dipaksa” untuk membiayai kesenangan hidup
pastornya. Umat seakan menjadi ATM pastor. Inilah yang dimaksudkan dengan “membunuh hidup”. Secara tidak
langsung pastor ini sudah “membunuh” umatnya, namun umatnya masih tetap hidup.
Sayang, tak ada yang menyadari hal ini sehingga peristiwa ini
terus terjadi. Memang, “membunuh mati” bila diketahui akhirnya orang menilainya
sebagai tindakan keji. Sebenarnya hal yang sama dengan “membunuh hidup”. Tindakan
ini pun sebenarnya merupakan tindakan keji. Namun masih dibutuhkan kesadaran
bersama untuk menghentikan tindakan itu terus berlangsung.
Jakarta, 8 Maret 2014
by: adrian
Orang Kudus 31 Maret: St. Benyamin
SANTO BENYAMIN, MARTIR
Dalam
kisah para rasul, kita membaca kisah Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada Dewan
Sanhendrin karena mereka mewartakan Injil Kristus dan menyembuhkan seorang yang
lumpuh. Kedua rasul itu dilarang keras mengajar lagi atas nama Yesus. Tetapi
Petrus dan Yohanes menjawab: Silahkan kamu putuskan sendiri manakah yang benar
di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin
bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan telah
kami dengar (Kis 4: 19-20).
Kata-kata inilah yang mendorong Benyamin untuk mengorbankan hidupnya bagi Kristus
dan Injil. Benyamin adalah seorang diakon, berkebangsaan Persia. Ia hidup kurang
lebih pada permulaan abad kelima. Oleh karena kesalahan seorang uskup bernama
Abdas, penganiayaan kepada kaum kristen mulai berkecamuk lagi. Uskup Abdas membakar
kuil utama dewa orang-orang Persia. Perbuatan ini menimbulkan reaksi hebat di
antara orang-orang Persia yang masih kafir itu. Mereka menangkap orang-orang kristen
dan menyiksa mereka hingga mati. Di antara orang-orang kristen yang ditangkap
itu ada Diakon Benyamin yang sama sekali tidak terlibat dalam tindakan
pembakaran kuil kafir itu. Diakon Benyamin dianiaya dengan kejam.
Kebetulan
ada seorang Romawi yang mengenal baik Benyamin. Ia memohon kepada Raja Persia
agar membebaskan Benyamin. Permohonan ini dikabulkan Raja Persia, tetapi dengan
syarat: Benyamin tidak boleh lagi mewartakan Injil atau menyebarkan agama Kristen
di kalangan orang Persia. Mendengar syarat pelepasan itu, Benyamin dengan gagah
berani menolak persyaratan itu. Seperti Santo Petrus dan Yohanes, Benyamin
menjawab: tidak mungkin saya tidak mewartakan Kristus dan Injil-Nya. Karena
jawaban ini, Benyamin dihukum mati pada tahun 424.
Renungan Hari Senin Prapaskah IV - A
Renungan Hari Senin
Prapaskah IV, Thn A/II
Bac I : Yes 65: 17 – 21; Injil : Yoh 4: 43 – 54
Bacaan pertama berisi sabda Allah yang disampaikan Nabi
Yesaya. Dalam sabda itu terungkap bahwa sebelumnya umat Israel berada dalam kedukaan
dan penderitaan. Karena itu, sabda Tuhan ini menjadi hiburan bagi umat. Umat diajak
untuk bergirang dan bersorak-sorai karena Allah akan menciptakan langit dan
bumi yang baru, Yerusalem baru. Di dalam alam yang baru itu tidak ada lagi duka
dan penderitaan, erang tangis dan kematian.
Gambaran akan “alam baru” dalam bacaan pertama, dialami oleh
seorang pegawai istana di Kapernaum yang anaknya sakit keras. Hal ini berkat
imannya akan Yesus. Ia percaya bahwa Yesus dapat memenuhi harapannya,
menghilangkan kecemasan dan kedukaan atas penyakit yang diderita oleh anaknya. “Pergilah,
anakmu hidup!” demikian kata Yesus kepada orang itu. Yesus telah menghibur
pegawai istana itu, sebagaimana Allah menghibur umat Israel dalam bacaan
pertama.
Sabda Tuhan hari ini memiliki tema Allah yang menghibur. Melalui
bacaan-bacaan liturgi hari ini, terlihat bahwa Tuhan Allah tidak menginginkan
penderitaan dan duka bagi umat-Nya. Allah mau kita hidup bahagia. Oleh karena
itu, di saat duka melanda, Tuhan datang menghibur kita. Yang penting kita mau
percaya. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki bukan hanya kita percaya
kepada-Nya, melainkan juga agar kita mau ambil bagian dari sifat Allah ini,
yaitu menghibur. Tuhan mau supaya kita menjadi penghibur bagi sesama yang
mengalami duka dan derita. Hiburan, di masa prapaskah ini, dapat kita wujudkan
melalui aksi amal kasih kita.
by: adrian
Langganan:
Postingan (Atom)