Minggu, 20 November 2016

PENISTAAN AGAMA DAN PESAN LAKUM DIINUKUM WALIYA DIIN

Satu bulan terakhir ini berita soal penistaan agama, yang tokoh utamanya adalah Basuki Tjahaya Purnama, alias Ahok, sungguh menjadi topik pembicaraan hangat di negeri kita. Topik ini malah menutupi hangatnya berita lainnya dari belahan dunia lain, yaitu kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Penistaan agama, yang dilakukan oleh Ahok saat kunjungan dinasnya di Kepuluan Seribu, dibingkai oleh fatwa MUI, demo umat islam, safari Presiden Jokowi, aksi saling lapor antara HMI dan Partai Demokrat terkait rusuh demo damai, dan penetapan Ahok sebagai tersangka.
Terkait dengan pernyataan Ahok di hadapan warga Kepulauan Seribu tersebut, Majelis Ulama Indonesia menjatuhi fatwa bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama dan ulama. Fatwa ini menjadi salah satu legitimasi untuk umat islam melakukan aksi unjuk rasa. Beberapa ormas islam bahkan menyatakan siap mengawal fatwa ini, pasca penetapan Ahok sebagai tersangka.
Ada dua hal yang perlu disoroti dari fatwa itu. Pertama, penistaan ulama. Terus terang saya bingung pada titik mana Ahok telah melakukan penistaan ulama. Apakah tafsiran bahwa Ahok menyatakan kalau ulama telah melakukan pembohongan dengan memakai Surat al-Maidah ayat 51? Jika memang demikian, ada banyak pernyataan serupa, tapi kenapa tidak dipersoalkan. Sebagai satu contoh, sekitar tahun 2002, dalam bukunya The Corruption of Moslem Minds, DR Nader Pourhassan dengan tegas mengatakan bahwa selama ini ulama telah melakukan pembohongan kepada umat muslim. Namun tak ada satu otoritas islam di dunia ini yang menghakimi dia.
Pada satu titik, pernyataan Denny Siregar, dalam akun facebook-nya tertanggal 14 November 2016 pukul 22.06, juga bisa dinilai melecehkan ulama. Denny menulis, “Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?” Tetapi, kenapa MUI tidak merasa tersinggung dan mengeluarkan fatwa?
Sangat menarik juga kalau kita menyimak komentar Anggun C. Sasmi di akun twitter-nya. “Banyak yang bersuara atas ‘dugaan penistaan agama’. Tapi tak banyak suara atas ‘aksi terror yang membunuh atas nama agama’. Kenapa kemunafikan dibina?” Sungguh satu pernyataan anggun. Dibutuhkan kebesaran jiwa untuk bisa membaca dan menerimanya. Satu pertanyaan dasar: siapa yang telah membina kemunafikan itu?
Patut diduga, semua itu karena Ahok. Target utamanya bisa saja bukan mau menegakkan wibawa ulama, melainkan untuk menjatuhkan Ahok. Dapatlah dikatakan bahwa kebencian terhadap Ahok membuat orang lupa akan kebaikan dan kepentingan umum yang lebih besar.

Ini Alasan Kenapa Memilih Gereja Katolik

Ada banyak Gereja Kristus. Umumnya orang membaginya menjadi 3, yaitu Gereja Katolik (biasa juga disebut Gereja Barat), Gereja Ortodoks (biasa disebut Gereja Timur) dan Gereja Protestan (biasa disebut Gereja Reformasi). Kalau Gereja Katolik itu hanya ada satu di seluruh dunia, Gereja Protestan masih terbagi lagi ke dalam beberapa aliran atau dedominasi.
Pada umumnya Gereja Protestan terbagi lagi menjadi 6 dedominasi, yaitu Anababtis, Anglikanisme, Calvinisme, Lutheranisme, Socinianisme dan Zwinglianisme. Ini belum termasuk gerakan Kebangunan Besar seperti Gereja Injili, Gereja Pentakosta dan Gereja Revivalisme, serta gerakan Restorasionisme seperti Gereja Advent, Saksi Yehova dan Mormonisme. Uraian tentang Gereja Protestanisme dapat dilihat di sini.
Tulisan ini mau memberikan gambaran alasan memilih Gereja Katolik. Lebih lanjut tentang uraiannya, silahkan baca di sini: Budak Bangka: Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik