Kamis, 21 Februari 2013

Mengenal Soal Pendupaan

WIRUK DAN PENDUPAAN
Misdinar pasti tahu yang namanya wiruk atau pedupaan. Nama wiruk itu dari bahasa Belanda wierooksvat. Dalam bahasa Latin namanya turibulum, bahasa Inggrisnya jadi thurible atau censer. Yang tak pernah jadi misdinar mungkin tak tahu peranti itu namanya wiruk, tapi kami yakin semua pernah melihat pedupaan itu dipakai dalam perayaan ekaristi. Tulisan ini akan bahas beberapa poin penting dan beberapa kesalahan yang seringkali terjadi berkaitan dengan penggunaan wiruk dalam misa.

Kenapa sih harus pakai wangi-wangian dalam liturgi? Jawabnya, untuk menciptakan suasana atau atmosfir liturgis. Berikut ini penjelasan yang bagus sekali, dikutip dari buku “Rupa dan Citra” karangan pakar liturgi C.H. Suryanugraha, OSC. "Suasana atau atmosfir liturgis diciptakan sedemikian rupa agar perayaan liturgi sungguh mengantar jemaat kepada pertemuan yang Ilahi. Penggunaan unsur-unsur 'cahaya, warna, dan aroma' dalam Perayaan Ekaristi tentunya perlu diberi perhatian khusus pula. Unsur-unsur itu tidak layak diabaikan jika kita peduli akan perlunya lebih mengaktifkan indera (setidaknya indera penglihatan/mata, penciuman/hidung, dan pendengaran/telinga) kita untuk terlibat dan dapat menangkap sisi-sisi keindahan dan kesakralan dalam Perayaan Ekaristi." Aturan liturgi dari Vatikan menyebut, "Pendupaan merupakan ungkapan hormat dan doa sebagaimana dijelaskan dalam Alkitab (bdk. Mzm 141:2; Why 8:3)." (PUMR 276 dan Caeremoniale Episcoporum-Tata Upacara Para Uskup CE 84).


Lalu, kapan kita pakai wangi-wangian dupa ini? Apa hanya untuk misa agung di hari-hari raya? Jawabnya tidak. PUMR 276 mengatakan bahwa dupa boleh digunakan dalam setiap bentuk perayaan ekaristi. Misa biasa di hari Minggu pun boleh pakai dupa, kalau mau. Dalam perayaan ekaristi, dupa digunakan waktu perarakan masuk, di awal misa untuk menghormati salib altar dan altar, waktu perarakan Injil (saat imam atau diakon membawa Injil dari altar ke mimbar, untuk dibacakan) dan waktu pembacaan Injil. Berikutnya, ada pendupaan roti dan anggur saat persembahan, lalu pendupaan imam selebran dan konselebran plus semua petugas liturgi di panti imam dan terakhir umat. Juga, dupa digunakan waktu konsekrasi. Itu ringkasnya.


Mari kita bahas satu persatu. Waktu perarakan masuk dalam misa, fungsi dupa adalah untuk membuka dan menyucikan jalur yang dilalui arak-arakan plus sekalian menyucikan peserta arak-arakan yang jalan di belakangnya. Itu sebabnya pembawa wiruk jalannya di paling depan, bukannya di belakang pembawa salib. Pendupaan tidak dipakai saat perarakan keluar dalam misa. Saat ini, pembawa wiruk tentunya jalan di belakang pembawa salib, bersama misdinar lainnya.


Berikutnya, banyak cara membawa wiruk di banyak tempat di Indonesia kurang tepat. Dalam perarakan atau saat berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, pembawa wiruk memegang pangkal rantai dengan tangan. Dalam perarakan, wiruk (yang sudah diisi dupa dan berasap tebal) diayunkan ke depan dan belakang, supaya asap dupa menyebar. Ayunan ini bisa sampai 30 derajat ke depan dan ke belakang. Di beberapa tempat di luar negeri terlihat ayunan sampai 90 derajat. Makanya, kalau jalan dalam prosesi jangan mepet-mepet dengan yang di depan. Selain kurang bagus, juga ada resiko kena ayunan wiruk. Pembawa wiruk yang menyucikan jalanan sebaiknya memang cuman satu aja, idealnya berjalan di tengah-tengah. Di Indonesia seringkali ia berpasangan dengan pembawa tempat dupa dan berjalan bersama-sama. Ini agak melemahkan fungsinya sebagai pembuka jalan. Cara membawa wiruk yang benar, tanpa didampingi pembawa tempat dupa, adalah dengan membawa tempat dupa sendiri dengan tangan kiri dan ditempelkan ke dada, sambil tangan kanan mengayunkan wiruknya.

Setelah arak-arakan sampai di panti imam, pembawa wiruk menghampiri selebran utama. Dupa ditambahkan lagi, lalu selebran utama mendupai salib altar dan altar. Nah, selama proses ini pembawa wiruk nggak perlu memegangi kasula selebran utama. Tradisinya bukan begitu. Seringkali ia malahan terlihat menarik-narik kasula dan mengganggu gerak selebran utama. Satu kesalahan yang sering terjadi di awal misa ini, imam tidak perlu didupai sehabis ia mendupai altar. Imam hanya didupai waktu persembahan.

Tadi kita sudah betulkan cara memegang wiruk dalam prosesi. Sekarang kita betulkan cara mengayunkan wiruk. Yang benar bukan crik crik crik (tiga ayunan), tapi hanya crik crik (dua ayunan). Jangan keliru dengan banyaknya. Hal banyaknya memang bisa tiga kali atau dua kali. Tiga kali pendupaan masing-masing dua ayunan (tribus ductibus, three double-swings: crik crik, turunkan, crik crik, turunkan dan crik crik, turunkan) digunakan untuk: sakramen mahakudus, relikui salib suci dan patung Tuhan yang dipajang untuk dihormati secara publik; bahan persembahan; salib altar, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan jemaat (PUMR 277) dan juga jenazah (CE 92). Dua kali pendupaan masing-masing dua ayunan (duobus ductibus, two double-swings, crik crik, turunkan, crik crik, turunkan) digunakan untuk relikui dan patung orang kudus yang dipajang untuk dihormati secara publik. Yang terakhir adalah serangkaian ayunan tunggal (singulis ictibus, series of single-swings) yang dipakai untuk mendupai altar.


Ikhwal pendupaan dan banyaknya ayunan ini diatur dalam PUMR 276-277 dan CE 84-98. Memang, dalam terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya, soal dua ayunan ini kurang disebut jelas. Hanya versi asli dalam bahasa Latin yang jelas menyebutkan bedanya tribus ductibus, duobus ductibus dan singulis ictibus. Pakar liturgi Uskup Peter Elliott menegaskan ini dalam bukunya Ceremonies of the Modern Roman Rite (Hal 78-81). Pakar rubrik yang lain J.B. O'Connell membahas hal ini juga dalam bukunya The Celebration of Mass (Hal 410-428). Kalau mau gampangnya, lihat saja siaran langsung misa paskah atau misa natal Paus dari Vatikan. Di situ tak ada tiga ayunan, semuanya dua ayunan. Ada imam yang bercanda, “nggak apa-apa lah tiga kali, supaya mantap.” Wah kalau gitu, sekalian aja imam kalau memberi berkat pakai tiga tanda salib seperti uskup. Supaya mantap. Maaf, liturgis memang susah diajak negosiasi.


Yang terakhir, di penghujung Misa Kamis Putih yang paling malam, selalu ada upacara pemindahan Sakramen Mahakudus. Saat prosesi pemindahan ini, (para) pembawa wiruk pun tak perlu mendupai Sakramen Mahakudus dengan jalan mundur, nanti malahan jatuh atau nabrak. Di Vatikan tak ada pendupaan dengan jalan mundur. Khusus untuk prosesi ini Missale Romanum memang menyebut bahwa pembawa wiruk jalannya di belakang pembawa salib dan lilin, persis di depan selebran yang membawa Sakramen Mahakudus dalam sibori (bukan monstrans) dengan mengenakan velum. Saya pikir ini agar asap dupa lebih dekat dan melingkupi sakramen mahakudus. Tetap bukan untuk mendupai Sakramen Mahakudus. Sesekali prosesi ini berhenti, nah saat itulah dilakukan pendupaan terhadap Sakramen Mahakudus, yang harus dilakukan sambil berlutut di hadapannya. Memang, Sakramen Mahakudus hanya didupai sambil berlutut (CE 94), oleh Paus sekalipun.

sumber: http://tradisikatolik.blogspot.com/search/label/Piranti%20Liturgi

Cara Baru Melihat Konflik Israel vs Palestina

Perang antara Palestina dan Israel memang sudah berlangsung cukup lama. Akan tetapi ada banyak orang menyikapi keliru persoalan tersebut, khususnya rakyat Indonesia. Ketika terjadi konflik antara Palestina dan Israel, misalnya tentara Israel menembak mati warga Palestina, dengan sangat mudah segelintir orang mengklaimnya sebagai konflik agama: Islam vs Yahudi. Karena itu, banyak demo yang mengutuk tindakan Israel dengan menggunakan atribut keagamaan atau mengatasnamakan agama.
Melihat fenomena itu tentulah kita berpikir bahwa Palestina itu adalah negara Islam dan Israel adalah negara Yahudi. Padahal kita tidak tahu banyak soal persentase penduduk, baik di Palestina maupun di Israel. Satu hal yang harus disadari adalah bahwa TIDAK semua penduduk Palestina itu beragama Islam; demikian pula dengan Israel, tidak semua warga Israel itu beragama Yahudi. Tidak semua korban kekejaman Israel itu adalah umat Islam.
Tentulah kita akan terkejut dengan pengakuan Fariz Mehdawi, Duta besar Palestina untuk Indonesia, bahwa persentase terbesar penduduk di Palestina adalah penganut Yahudi bukan Islam atau Kristen yang selama ini dikenal. Hal ini disampaikan Fariz Mehdawi ketika ditemui dalam seminar memperingati Hari Internasional Solidaritas untuk Palestina yang berlangsung di Auditorium Yustinus Universitas Atmadjaya, Jakarta Rabu (30/11/2011).
Fariz Mehdawi menjelaskan, “Di Palestina 50% penduduknya beragama Yahudi dan sisanya beragama Kristen dan Muslim yang berada di daerah Tepi Barat dan Yerusalem.” Karena itulah Mehdawi heran dengan beberapa orang dan kelompok yang selalu berteriak “alahu akbar” dan membawa atribut agama untuk mendukung Palestina serta mengutuk Israel tanpa mengetahui permasalahan yang terjadi di Palestina.
“Saya bingung dan heran dengan isu dan teriakan “alahu akbar” dari orang-orang terhadap yang terjadi antara Palestina dan Israel padahal mereka tidak tahu apa-apa dan tidak ada peran sama sekali untuk membantu kami, nol besar.” Ungkapnya
Hal yang sama juga bila kita melihat ke Israel, khususnya tentaranya. Ada sekitar lebih dari 10.000 orang tentara Israel beragama Islam. Perlu diketahui juga bahwa lebih dari 20 % dari jumlah total penduduk Israel adalah umat Islam. Jadi, ketika ada berita tentara Israel menyerang Palestina, bisa saja terjadi di sana tentara Israel yang muslin menyerang orang Palestina yang Yahudi atau juga yang Islam; atau tentara Israel yang Yahudi menyerang orang Palestina yang Yahudi.

Perlu diketahui juga bahwa tidak semua orang Israel membenci Palestina dan suka perang. Malahan di Israel ada kelompok pemuda mendirikan gerakan Shalom Akshav atau Peace Now Movement. Mereka juga menekan pemerintahan Israel untuk merealisasikan perdamaian, bukan hanya dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah tetapi juga terlebih-lebih dengan Palestina. Karena itu tidak heran jika hasil survei baru-baru ini (thn 2012) dari lembaga survei Israel, Hayon, mengatakan mayoritas warga Israel menginginkan Palestina merdeka.
Karena itu sangat menyedihkan bila kita melihat reaksi orang yang tidak tahu apa-apa soal Palestina dan Israel. Mereka dengan sangat mudah menghujat Israel karena keyahudiannya; dan membela Palestina karena keislamannya. Untuk itu, kita perlu membuka diri dan melihat masalah ini dengan hati yang bening. Jauh lebih bijaksana jika kita melihat permasalahan Palestina dan Israel dengan menanggalkan jubah keagamaan, suku, golongan dan bangsa kita sehingga kita hanya melihat sisi kemanusiaan saja.
by: adrian
sumber:
      3.       Karen Amstrong, Perang Suci: Kisah Detail Perang Salib, Akar Pemicunya dan Dampaknya terhadap Zaman Sekarang (terjemahan). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Orang Kudus 21 Februari: St. Petrus Damianus

SANTO PETRUS DAMIANUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Orang tua Petrus Damianus meninggal selagi ia masih kecil. Kakaknya yang sulung memikul tanggung jawab untuk membesarkan Petrus Damianus. Meskipun demikian, Petrus Damianus tidak menikmati suatu hidup yang baik dan membahagiakan di rumah kakaknya itu. Ia diperlakukan secara kejam. Menyaksikan keadaan Petrus Damianus, seorang saudaranya yang sudah menjadi imam, mengirim di untuk belajar di Parma.

Di sekolah ini Petrus Damianus mengalami perkembangan yang sangat baik. Tingkah lakunya disenangi banyak orang. Ia meraih prestasi luar biasa dalam semua mata pelajaran. Di antara kawan-kawannya, Petrus Damianus dikenal sebagai anak yang suka menolong kawan-kawannya yang mengalami kesusahan dan berbagai kesulitan. Ia memberikan uang kepada mereka yang meskipun tunjangan hidupnya sendiri sangat tidak memadai.

Setelah menjalani suatu sejarah hidup yang kelam dan panjang, ia akhirnya ditahbiskan menjadi imam. Tekadnya sebagai imam ialah ‘tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah’. Karena itu ia mengambil keputusan untuk meninggalkan segala-galanya, lalu menjadi seorang rahib di pertapaan Fonte Avellana.

Kebijaksanaan, kepintaran dan kerendahan hatinya membuat dia disenangi oleh semua rahib di pertapaan itu. Akhirnya ia diangkat menjadi pemimpin pertapaan itu. Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, pertapaannya mengalami perubahan-perubahan yang menggembirakan. Ia juga sering diminta untuk membantu membereskan masalah-masalah yang menimpa biara-biara lain. Ia pun diangkat penasehat pribadi untuk tujuh orang paus. Karena semua prestasinya itu, Petrus Damianus akhirnya dipilih menjadi uskup dan kardinal di Ostia oleh Paus Stephanus IX (1057 – 1058). Jabatan mulia ini kemudian diletakkannya kembali karena ia lebih suka hidup menyendiri di biara pertapaan Fonte Avellana.

Sungguhpun Petrus Damianus dikenal luas sebagai seorang intelektual, namun ia tetap menampilkan dirinya setara dengan kawan-kawannya. Ia dengan senang hati mengerjakan tugas-tugas dari biaranya, mengikuti aturan-aturan yang berlaku, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tangan seperti membuat sendok dari kayu, memperbaiki keranjang, dll.

Pada tahun 1072, Petrus Damianus meninggal dunia. Tulisan-tulisan tentang berbagai soal iman sangat bermutu dan menjadi warisan Gereja yang bernilai tinggi. Oleh Gereja, Petrus Damianus dihormati sebagai pujangga Gereja

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Kamis Prapaskah I-C

Renungan Hari Kamis Prapaskah I, Thn C/I
Bac I : TEst 4 10 – 12, 17 – 19; Injil       : Mat 7: 7 – 12

Bacaan pertama memuat doa Ester kepada Tuhan, sang penolongnya. Tuhan sebagai penolong sudah diyakini Ester sejak kecil (ay. 12). Bagi Ester tidak ada penolong lain lagi selain Tuhan (ay. 19). Keyakinan itu sudah terbukti, karena Tuhan selalu menepati janji-Nya

Keyakinan Ester ini dipertegas kembali oleh Yesus dalam Injil hari ini. Bagi Yesus Tuhan akan memberikan apa yang baik kepada umat-Nya. Karena itu, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (ay. 7).

Setiap manusia tentulah mempunyai kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan itu, terkadang manusia menemui halangan. Untuk itu manusia perlu datang kepada Tuhan agar halangan itu disingkirkan sehingga terkabullah kebutuhan itu. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk datang kepada Tuhan memohonkan kebutuhan kita.

Sabda Tuhan pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa Tuhan adalah satu-satunya penolong kita, sama seperti keyakinan Ester. Sabda Tuhan juga menghendaki agar kita selalu datang meminta kepada-Nya. Kita harus punya keyakinan bahwa jika "yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (ay. 11).

by: adrian