Sabtu, 27 Desember 2014

Mengenal Injil Yohanes

PENGANTAR INJIL YOHANES
Sekilas ketiga Injil pertama membuat kita meremehkan karya dan keterampilan para penulisnya. Visi apa saja yang ingin mereka sampaikan tentang Penebus, disampaikannya secara sederhana dengan menggunakan kesaksian saksi-saksi mata sehingga kita sering merasa seolah-olah kita sendiri melihat dan mendengar Yesus secara langsung.

Kalau kita membandingkan Injil Yohanes dengan Injil-injil sinoptik, maka Injil Yohanes sangat berbeda. Kitab ini telah menjalani proses pematangan dengan bertambahnya umur Yohanes. Pengalamannya sebagai rasul menggerakkan dia untuk terus-menerus menginterpretasikan kehadiran Yesus yang telah bangkit dalam Gereja.

Yohanes tidak membiarkan kita mengabaikan tujuannya. "Ini telah ditulis supaya kamu percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah" (Yoh 20:31). Iman Gereja mewartakan Yesus sebagai Putra Allah. Tetapi bagaimana kita mengartikan istilah ini? Sekalipun kebangkitan Yesus telah menampakkan bahwa Dia adalah pribadi ilahi, kita masih bisa bertanya bagaimana dan sejak kapan Yesus menjadi Putra Allah dan sejauh mana Ia diidentifikasikan dengan Allah. Injil Yohanes menegaskan dengan jelas bahwa Yesus selalu ada bersama Allah sejak keabadian. Penegasan tentang asal usul Yesus membantu kita untuk memahami keseluruhan karya Yohanes. Putra Allah yang abadi dan yang telah menjadi manusia tidak datang hanya untuk mengajar kita bagaimana kita dapat memperbaiki diri kita, tetapi juga untuk mentransformasikan seluruh ciptaan menjadi ciptaan baru.

Yohanes tidak menyusun Injilnya dari nol. Di sini kita menemukan lebih banyak saksi dan juga keterangan-keterangan yang telah dikonfirmasikan dibanding dengan Injil-Injil lain. Tetapi, Yohanes tidak membatasi diri pada ingatannya sendiri. Dengan berlalunya waktu, ia mengungkapkan dan mengembangkan sabda-sabda Yesus dengan mengarang wejangan-wejangan di mana Yesus "dengan bantuan Yohanes" berbicara kepada kita secara aktual.

Injil Yohanes itu kontroversial karena semakin murni suatu kebenaran, semakin sedikit pula orang yang bisa menerimanya. Oleh karena itu, Injil ini menimbulkan kontroversi-kontroversi di dalam Gereja sendiri tetapi kemudian Injil ini diakui sebagai sabda Allah dan sebagai kesaksian apostolik.

Maka InjiI Yohanes ditulis, lalu ditulis ulang dan sangat mungkin baru diterbitkan sesudah kematian penulisnya, sekitar tahun 95 sesudah Masehi, sebagaimana diisyaratkan oleh satu alinea kecil yang ditambahkan pada akhir Injil. Dalam karangan terakhir ini, tampaknya Yohanes mengorganisir Injilnya seputar tiga kali perayaan Paskah yang terjadi semasa hidup Yesus di depan umum.

Orang Kudus 27 Desember: St. Yohanes

SANTO YOHANES, RASUL & PENGARANG INJIL
Santo Yohanes Rasul, anak Zebedeus (Mrk 1: 19 dst) berasal dari Betsaida, sebuah dusun nelayan di pantai tasik Genesareth. Ia sendiri seorang nelayan Galilea. Ayahnya, Zebedeus, seorang nelayan yang tergolong berkecukupan. Ibunya Salome tergolong wanita pelayan dan pengiring setia Yesus, bahkan sampai  ke bukit Kalvari dan kubur Yesus. Bersama dengan saudaranya, Yakobus dan Petrus, Yohanes termasuk kelompok rasul inti dalam bilangan keduabelasan; ia bahkan disebut sebagai murid kesayangan Yesus (Yoh 21: 20). Mereka bertiga (Yohanes, Yakobus dan Petrus) adalah saksi peristiwa pembangkitan puteri Yairus (Mrk 5: 37 dst); saksi peristiwa perubahan rupa Yesus di gunung Tabor (Mrk 9: 2 dst) dan saksi peristiwa sakratul maut dan doa Yesus di taman Getsemani (Mrk 14: 33). Bersama Andreas, Yohanes adalah murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1: 40). Yohanes pembaptis-lah yang menyruh mereka berdua pergi kepada Yesus dan bertanya: “Rabbi, di manakah Engkau tinggal?” (Yoh 1: 36 – 39).

Putera-putera Zebedeus itu terbilang kasar. Oleh karena itu, mereka dijuluki ‘putera-putera guntur’. Bersama Yakobus, kakaknya, Yohanes meminta kepada Yesus dengan perantaraan ibunya, agar mereka boleh duduk di sisi kanan kiri Yesus di dalam kerajaan-Nya nanti. Keduanya pun berani berjanji akan meminum piala sengasara untuk memperoleh hal yang dipintanya itu; tetapi Yesus menjawab bahwa hal itu adalah urusan Bapa-Nya di surga (Mrk 10: 35 – 41).

Nama Yohanes tidak disebutkan di dalam Injil IV. Hanya di dalam bab 21, yang secara umum dianggap sebagai tambahan dari waktu kemudian, ditemukan ungkapan “para putera Zebedeus.” Demikian pula ungkapan yang mengatakan “murid yang dicintai Yesus” (ay. 20) baru muncul pada bab 13. Di dalam jemaat purba, Yohanes menempati satu kedudukan sebagai pemimpin (Kis 3 – 8). Paulus menjuluki dia sebagai “tiang agung/sokoguru Gereja” (Gal 2: 9). Di dalam daftar keduabelasan rasul, kedudukannya langsung berada di belakang Petrus. Di dalam tradisi yang lebih muda, ia dikenal sebagai penulis Kitab Wahyu dan Surat-surat pertama sampai ketiga Yohanes. Menurut Wahyu 1: 9 ia tinggal di pulau Patmos. Ireneus menulis bahwa Yohanes tinggal dan wafat di Efesus.

Renungan Oktaf Natal III - B

Renungan Oktaf Natal III, Thn B/I
Bac I    1Yoh 1: 1 – 4; Injil                Yoh 20: 2 – 8;

Hari ini merupakan oktaf natal yang ketiga. Dalam oktaf natal ketiga ini Gereja Universal mengajak kita mengenangkan Santo Yohanes, yang dikenal sebagai rasul dan pengarang Injil (termasuk surat). Oleh karena itu, bacaan-bacaan liturgi hari ini mengambil dari tulisan-tulisan Yohanes. Bacaan pertama diambil dari Surat Yohanes yang Pertama. Di sini Yohanes menyatakan bahwa apa yang diwartakan dalam tulisan itu merupakan hasil dari pengalaman perjumpaannya dengan Tuhan Yesus, yang disebutnya sebagai Firman Hidup. Dengan tulisan itu, Yohanes berharap supaya pembacanya mau masuk dalam persekutuan Kristus sehingga turut juga merasakan sukacita.

Injil hari ini mengambil kisah kebangkitan Tuhan Yesus. Dikisahkan bahwa setelah menerima warta gembira dari beberapa perempuan, dua murid yang menerima berita itu, yaitu Petrus dan murid yang dikasihi Tuhan Yesus, bergegas menuju kubur Yesus. Jika Petrus hanya melihat fakta lahiriah, murid yang lain melihat fakta imani. Dikatakan bahwa setelah melihat semuanya itu (sebagaimana yang dilihat Petrus), ia menjadi percaya. Baik Petrus maupun murid yang dikasihi sama-sama melihat benda yang sama. Akan tetapi, Petrus berhenti pada apa yang dilihatnya, sedangkan murid yang dikasihi itu sampai pada tingkat iman. Murid yang lain yang dikasihi Yesus ini, oleh beberapa ahli, diyakini sebagai Yohanes.

Ada dua topik yang ingin disampaikan Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Kedua topik itu adalah percaya dan sukacita. Tuhan menghendaki supaya kita menanamkan sikap percaya, sebagaimana yang dicontohkan oleh Yohanes dalam Injil hari ini. Yohanes tidak hanya berhenti pada apa yang ia lihat, melainkan sampai pada ke kedalaman iman, yaitu percaya. Dan percaya ini juga yang mau disampaikannya melalui suratnya. Pesan sabda Tuhan ini dapat kita terapkan dalam situasi kegembiraan natal ini. Mata kita masih selalu tertuju pada kandang natal. Hendaklah kita jangan hanya melihat patung-patung kanak-kanak Yesus, Maria, Yosef, para gembala dan hewan gembalaan mereka serta para majus dengan segala gemerlapannya, melainkan sampai pada permenungan akan cinta Tuhan kepada kita.

by: adrian