Minggu, 25 November 2012

Dokumen Konsili Vatikan II: Konstitusi Dogmatis Wahyu Ilahi



Sambungan Minggu Lalu.....
BAB TIGA
ILHAM ILAHI KITAB SUCI DAN PENAFSIRAN


11. (Fakta ilham dan kebenaran Kitab suci)
Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus. Sebab Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2Tim 3:16; 2Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan mempunyai Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja.[17] Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri,[18] supaya – sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka,[19] - semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh.[20]

Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita.[21] Oleh karena itu “seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajar, meyakinkan, menegur dan mendidik dalam kebenaran: supaya manusia (hamba) Allah menjadi sempurna, siap sedia bagi segala pekerjaan yang baik” (2Tim 3:16-17 yun).

12. (Bagaimana Kitab suci harus ditafsirkan)
Adapun karena Allah dalam Kitab suci bersabda melalui manusia secara manusia,[22] maka untuk menangkap apa yang oleh Allah akan disampaikan kepada kita penafsir Kitab Suci harus menyelidiki dengan cermat, apa yang sebenarnya mau disampaikan oleh para penulis suci, dan apa yang mau ditampakkan oleh Allah dengan kata juga “jenis-jenis sastra”. Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya. Selanjutnya penafsiran harus mencari arti, yang hendak diungkapkan dan ternyata jadi diungkapkan oleh pengarang suci dalam keadaan tertentu, sesuai dengan situasi jamannya dan kebudayaannya, melalui jenis-jenis sastra yang ketika itu digunakan.[23] Sebab untuk mengerti dengan seksama apa yang oleh pengarang suci hendak dinyatakan dengan tulisannya, perlu benar-benar diperhatikan baik cara-cara yang lazim dipakai oleh orang-orang pada zaman pengarang itu dalam merasa, berbicara atau bercerita, maupun juga cara-cara yang pada zaman itu biasanya dipakai dalam pergaulan antar manusia.[24]

Akan tetapi Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan Roh itu juga.[25] Maka untuk menggali dengan tepat arti nas-nas suci, perhatian yang sama besarnya harus diberikan kepada isi dan kesatuan seluruh Alkitab, dengan mengindahkan Tradisi hidup seluruh Gereja serta analogi iman. Merupakan kewajiban para ahli Kitab suci: berusaha menurut norma-norma itu untuk semakin mendalam memahami dan menerangkan arti Kitab Suci, supaya seolah-oleh berkat penyelidikan yang disiapkan keputusan Gereja menjadi lebih masak. Sebab akhirnya semua yang menyangkut cara menafsirkan Alkitab itu berada di bawah keputusan Gereja, yang menunaikan tugas serta pelayanan memelihara dan menafsirkan sabda Allah.[26]

13. (Turunnya Allah)
Jadi dalam Kitab Suci – sementara kebenaran dan kesucian Allah tetap dipertahankan – nampaklah “turunnya” Kebijaksanaan yang menakjubkan, “supaya kita mengenal kebaikan Allah yang tak terperikan, dan betapa Ia melunakkan bahasa-Nya, dengan memperhatikan serta mengindahkan kodrat kita.”[27] Sebab sabda Allah, yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia.

Bersambung Minggu Depan....

[17] Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis tentang iman katolik, bab 2 tentang wahyu: DENZ. 1787 (3006). Komisi Kitab suci, Dekrit 18 Juni 1915: DENZ. 2180 (3629); Enchiridion Biblicum 420. S.S.C.S. OFFICII (Kongregasi Ofisi), surta 22 Desember 1923: Ench. Bibl. 449.
[18] Lih. PIUS XII, Ensiklik Divino afflante Spiritu, 30 September 1943: AAS 35 (1943) hlm. 314; Ench. Bibl. 556.
[19] “Dalam dan melalui manusia”: lih. Ibr 1:1 dan 4:7 (“dalam”); 2Sam 23:2; Mat 1:22 dan beberapa di tempat lain (“melalui”); KONSILI VATIKAN I: Skema tentang ajaran katolik, catatan 9: Coll. Lac. VII, 522.
[20] LEO XIII, Ensiklik Providentissimus Deus, 18 November 1893: DENZ. 1952 (3293); Ench. Bibl. 125.
[21] Lih. S. AGUSTINUS, Gen. Ad Litt. 2,9,20: PL 34, 270-271; Surat 82,3: PL 33,277: CSEL. 34,2 hlm. 354. S. TOMAS, Tentang kebenaran, soal 12 art. 2 C. KONSILI TRENTE, Sidang IV tentang kitab-kitab kanonik: DENZ. 783 (1501). LEO XIII, Ensiklik Providentissimus Deus, Ench. Bibl. 121, 124, 126-127. PIUS XII, Ensiklik Divino afflante: Ench. Bibl. 539.
[22] S. AGUSTINUS, Tentang kota Allah, XVII,6,2: PL 41,537: CSEL XL, 2,228.
[23] S. AGUSTINUS, Tentang ajaran kristiani, III, 18,26: PL 34, 75-76.
[24] PIUS XII, ditempat yang telah dikutib: DENZ. 2294 (3829-3830); Ench. Bibl. 557-562.
[25] Lih. BENEDIKTUS XV, Ensiklik Spiritus Paraclitus, 15 September 1920: Ench. Bibl. 469. S. HIRONIMUS, Tentang Gal 5:19-21: PL 26,417A.
[26] Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis tentang iman katolik, bab 2 tentang wahyu: DENZ. 1788 (3007).
[27] S. YOHANES KRISOSTOMUS, Tentang Kej 3,8 (homili 17,1): PG 53,134: “Melunakkan” dalam  bahasa Yunani“synkatabasis”.

Orang Kudus 25 November: St. Katarina Aleksandria

Santa katarina aleksandria, perawan & martir
Sejak Abad Pertengahan banyak gereja ditahbiskan dengan nama pelindung Santa Katarina. Demikian pula banyak anak puteri diberi nama Katarina. Dari antara mereka, beberapa orang kemudian menjadi orang kudus terkenal seperti misalnya: Katarina dari Genoa, Katarina dari Siena, dan Katarina Laboure. Buku-buku kisah para kudus dan sejarah umat kristen pertama melukiskan Katarina dari Aleksandria sebagai seorang martir dan perawan yang cantik rupawan dan sangat pandai. Ia lahir pada abad ketiga dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya di Aleksandria. Sayang bahwa riwayat hidupnya telah dibumbui dengan berbagai cerita ajaib sehingga sulit bagi kita untuk mengenal cerita historis yang sebenarnya. Kisah yang ada muncul agak kemudian dan tanpa makna historis.

Ketika menanjak dewasa, ia didesak orang tuanya agar cepat-cepat berumah tangga. Tetapi Katarina selalu menjawab, “Saya hanya mau menikah dengan lelaki yang lebih cakap, lebih pandai, lebih kaya dan lebih berkuasa daripada saya.”

Banyak lelaki tertarik padanya dan bermaksud menikahinya. Beberapa orang pelamar datang tetapi tak satu pun dari antara mereka berkenan di hatinya. Lalu Katarina mengunjungi seorang rahib yang suci dan pandai untuk meminta petuahnya. Rahib itu bercerita banyak tentang Tuhan Yesus, Raja segala Raja yang lebih berkuasa, lebih pandai dan lebih suci daripada semua raja di seantro jagad.

Berkatalah Katarina, “Kalau begitu saya akan mengabdi Raja Yesus Kristus dan hanya kepada-Nya saya mengabdi!”

Ketika itulah ia mulai mengenal dan memeluk iman kristen. Ia dengan tekun mempelajari segala sesuatu yang berkenan dengan ajaran iman kristen dan mendermakan harta kekayaannya kepada kaum miskin.

Katarina menjadi semakin terkenal di Aleksandria. Ketenaran namanya sempat terdengar oleh Kaisar Roma, Maksimianus dan memerintahkan agar Katarina menyembah patung dewa-dewi kafir Romawi. Hal itu ditolaknya dengan tegas. Selanjutnya untuk membawa Katarina kepada jalan yang sesat, ia dihadapkan kepada 50 orang filsuf untuk membuktikan kepalsuan imannya. Tetapi ia memenangkan perdebatan itu dan mempermalukan mereka. Di hadapan mereka ia menyajikan kebenaran iman kristen disertai bukti-bukti yang tak dapat dibantah kebenarannya. Dari keterangan-keterangannya beberapa filsuf menemukan kebenaran sejati yang dicarinya selama ini dan bertobat menjadi kristen mengikuti Katarina.

Gubernur menjadi sangat marah dan menjatuhkan hukuman bakar hidup-hidup atas para filsuf itu. Karena senajata perdebatan tak mempan untuk menaklukkan Katarina maka kekerasan serta kelaliman para algojo mendapat giliran. Katarina disekap di dalam penjara dan selama dua jam lamanya dia disesah dengan cemeti tajam. Namun siksaan-siksaan itu tidak pernah mempan untuk menaklukkan keteguhan imannya. Katarina kemudian dijatuhi hukuman mati dengan gilasan roda kayu besar berduri. Tetapi secara ajaib roda itu terbongkar dan hancur berkeping-keping. Tanda-tanda ajaib ini menunjukkan bahwa Tuhan menyertai hamba-Nya dan memberinya kekuatan sehingga ia tidak menyerah pada kekerasan orang-orang kafir itu. Akhirnya jalan satu-satunya yang ditempuh oleh musuh-musuhnya ialah memenggal lehernya dengan pedang. Dengan cara itu Katarina mengakhiri hidupnya sebagai seorang martir Kristus di hadapan para algojo kafir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 307 di Aleksandria.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan HR Kristus Raja Semesta Allam - B

Renungan HR Kristus Raja Semesta Alam B/II
Bac I : Dan 7: 13 – 14; Bac II : Why 1: 5 – 8
Injil   : Yoh 18: 33b – 37

Tema bacaan hari ini adalah Raja. Sosok raja dalam bacaan hari ini mengacu pada diri Yesus. Penglihatan Daniel akan Anak Manusia diperjelas oleh Yohanes dalam Kitab Wahyu-nya dengan sosok Yesus. Dan dalam Injil, dalam dialog Yesus dengan Pilatus, tampak jelas penegasan akan diri Yesus sebagai Raja. Namun Yesus menjelaskan bahwa "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (ay. 36).

Jadi, bisa dikatakan bahwa semua bacaan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah Raja. Ini dikaitkan dengan hari ini kita merayakan dirinya sebagai Raja Semesta Alam. Akan tetapi, kita tetap harus menyadari, sekalipun dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, ke-raja-an-Nya bukan dalam artian politik duniawi, melainkan dalam pengertian spiritual rohani.

Apa pesan Sabda Tuhan hari ini buat kita?

Tuhan menghendaki agar kita menyadari akan ke-raja-an Yesus. Dialah Raja Semesta Alam. Sebagai raja Dia menguasai alam. Kita adalah bagian dari alam. Karena itu, kita juga termasuk hal yang dikuasainya. Akan tetapi, itu pun tergantung pada kesediaan diri kita membuka hati kita.

Karena itulah, lewat sabda-Nya hari ini dan dengan perayaan Kristus Raja Semesta Alam ini, Tuhan mengajak kita untuk mau membuka hati dan diri kita agar Yesus masuk dan merajai diri kita. Tuhan juga mau mengajak keluarga-keluarga katolik untuk bersedia membuka hatinya agar Yesus dapat masuk dan merajai keluarganya.

by: adrian