Rabu, 06 Maret 2013

Penyebab Munculnya Agresivitas Anak

DIABAIKAN SAAT BAYI, ANAK LEBIH AGRESIF
Para ayah bunda penting menilik kembali perlakuan mereka terhadap si buah hati. Penelitian dari University North Carolina menemukan, anak-anak usia di bawah dua tahun yang diabaikan orang tuanya menunjukkan tingkat perilaku agresif yang lebih tinggi pada usia 4 hingga 8 tahun.

Dari hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Pediatrics itu, pengaruh pengabaian bayi di usia dini bisa sama besarnya dengan kekerasan terhadap anak untuk memprediksi perilaku agresif mereka. Pemerintah AS punya data yang mendukung. Badan yang mengurus anak-anak dan keluarga di negeri Paman Sam itu menyebut pengabaian berhubungan dengan hampir dua pertiga dari kasus perlakuan buruk terhadap anak yang dilaporkan di AS setiap tahunnya.

Masalahnya, siapa peduli pengabaian anak? Kurangnya perhatian yang diberikan pada masalah pengabaian --hal ini disebut 'mengabaikan pengabaian'-- adalah 'kepedulian dalam penantian' di bidang kesejahteraan anak, kata Jon Hussey, asisten riset tersebut. Mengapa disebut demikian? Masalahnya, menurut Hussey, pengabaian sering dianggap masalah lebih umum terjadi ketimbang kekerasan. Tambahan lagi, “Kita tahu relatif sedikit tentang dampak pengabaian pada anak.

Maka universitas yang terletak di Chapel Hill itu pun melakukan penelitian yang langka. Dilakukan secara longitudinal, penelitian ini melibatkan lebih dari 1.300 anak dari empat kota. Semua proses penelitian dalam koordinasi UNC Injury Prevention Research Center (IPRC). Anak-anak yang diteliti adalah semua yang diketahui mendapat perlakuan buruk atau risiko mendapat perlakuan buruk. Anak-anak ini dipantau sejak lahir hingga usia 8 tahun.

Seorang anak dianggap diabaikan bila orang tuanya atau pengasuhnya tak memberikan pengawasan memadai atau tak memenuhi kebutuhan fisik minimum anak untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal. Sementara, kekerasan terhadap anak dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kekerasan fisik atau seksual.

Sikap agresif anak dipantau ketika mereka berusia lebih besar. Dalam penelitian ini, agresi --diwakili sikap suka membantah, kejam terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh, mengancam orang dan berkelahi atau menyerang orang lain secara fisik-- dicatat berdasarkan persepsi pengasuh utama anak. Mereka diwawancarai ketika anak berusia 4, 6, dan 8 tahun.

Ini bukan yang pertama kami melihat bukti menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, pengabaian bisa jadi sama bahayanya dengan kekerasan terhadap anak, kata Hussey. Ia mengaitkan pengabaian anak dengan kekerasaan, depresi, dan penggunaan obat terlarang pada remaja. Kendati terlihat bertema sederhana, John Hussey dan kawan-kawan menekankan pentingnya penelitian ini. Memahami konsekuensi pengabaian pada usia dini akan membantu kita merencanakan program dan intervensi lain demi kepentingan anak-anak ini di usia selanjutnya.

Ringkasan:

* anak-anak (0 – 2) yang diabaikan akan menunjukkan tingkat perilaku agresif pada usia 4 hingga 8 tahun.

* prilaku agresif: pengabaian anak usia dini = kekerasan terhadap anak

*  diabaikan : tak memberikan pengawasan memadai, kurang perhatian atau tak memenuhi kebutuhan fisik (makan-minum, pakaian dan tempat tinggal)
     Kekerasan: fisik, verbal dan seksual

* agresi : sikap suka membantah, kejam terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh, mengancam orang dan berkelahi atau menyerang orang lain secara fisik

* pengabaian anak usia dini sama bahayanya dengan kekerasan terhadap anak

Orang Kudus 6 Maret: St. Hesikios

SANTO HESIKIOS, PENGAKU IMAN
Sangat terbatas informasi mengenai orang kudus ini. Hesikios, bertapa di gunung Maya, Turki. Ia terkenal namanya karena banyak mengerjakan tanda-tanda heran, berkuasa atas roh jahat dan binatang buas serta berhubungan erat dengan malaikat-malaikat.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Rabu Prapaskah III-C

Renungan Hari Rabu Prapaskah III, Thn C/I
Bac I : Ul 4: 1, 5 – 9; Injil       : Mat 5: 17 – 19

Sabda Tuhan hari ini berbicara soal aturan atau hukum Allah. Dalam bacaan pertama, penulis Kitab Ulangan menegaskan bahwa sumber aturan atau hukum itu adalah Allah. "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku." (ay. 5). Maka dari itu umat diminta untuk tidak "melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." (ay. 9).

Apa yang ditekankan dalam bacaan pertama kembali ditegaskan Yesus dalam Injil hari ini. "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tenpat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga." (ay. 19). Yesus tidak menilai soal kecil besarnya aturan atau penting tidaknya hukum. Bagi Yesus setiap aturan itu penting dan berguna bagi manusia.

Apa pesan Tuhan lewat sabda-Nya hari ini? Pertama-tama kita diingatkan bahwa peraturan yang berasal dari Allah (istilahnya: hukum ilahi) adalah baik bagi kita manusia. Karena itu hendaklah kita melaksanakannya dengan setia dan bertanggung jawab. Salah satu wujud tanggung jawabnya adalah dengan menyampaikannya kepada generasi berikutnya.

by: adrian