Hal itu adalah karena mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan. [QS 3: 24]
Bagi umat islam, Al-Qur’an diyakini sebagai pusat
spiritualitas hidupnya. Ia dipercaya sebagai wahyu Allah yang disampaikan langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Kepercayaan ini didasarkan pada perkataan Allah sendiri
yang banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Karena Allah itu
mahabenar, maka perkataan-Nya, yang tertulis di dalam Al-Qur’an adalah juga
benar. Hal inilah yang kemudian membuat Al-Qur’an dikenal sebagai kitab
kebenaran. Jika ditanya kepada umat islam kenapa begitu, pastilah mereka menjawab
karena itulah yang dikatakan Al-Qur’an.
Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di
atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa
yang tertulis di atas, semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian
ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah. Karena surah ini masuk
dalam kelompok surah Madaniyyah, maka bisa
dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat
Muhammad ada di Madinah.
Selain sebagai kitab kebenaran, Al-Qur’an diyakini juga sebagai
kitab yang jelas, kitab yang memberi keterangan yang jelas. Hal ini dikatakan
sendiri oleh Allah. dan dasarnya adalah karena Allah yang memberikan keterangan
itu adalah Allah yang mahateliti. Dalam Al-Qur’an sifat Allah mahateliti ini
disebut sebanyak 25 kali. Ketelitian Allah inilah yang membuat Al-Qur’an
menjadi kitab yang jelas.
Jika kita mencermati dan merenungkan wahyu Allah di atas dengan pikiran jernih, maka dapat dikatakan bahwa waktu itu Allah menyampaikan kepada Muhammad sebuah pernyataan orang. Mungkin pernyataan itu disampaikan kepada Muhammad atau juga umat muslim. Ada kesan bahwa pernyataan itu membahayakan keimanan islam. Karena itulah, setelah menyampaikan pernyataan orang itu, Allah lantas menegaskan orang tersebut (yang membuat pernyataan tadi) terpedaya oleh keyakinan mereka sendiri.