Istilah radikalisme dewasa kini lebih sering dikaitkan dengan islam. Ketika
memulai periode kedua masa kepemimpinannya, Jokowi memberikan tekanan pada
persoalan radikalisme. Alasannya karena selain mengancam keutuhan negara, radikalisme
juga dapat menggangu program kerja Jokowi di 5 tahun mendatang.
Memang masih banyak
perdebatan soal istilah radikalisme itu. Ada segelintir orang mencoba
menggantinya dengan istilah ekstremisme. Akan
tetapi, apa pun istilahnya, umum memahaminya dengan tindakan intoleran,
memaksakan kehendak, bahkan dengan kekerasan, dan adanya upaya menggantikan
dasar negara. Apapun istilahnya, semuanya itu dihubungkan dengan umat islam.
Beberapa tokoh islam ada
yang keberatan jika radikalisme itu identik dengan islam. Sebagai pembelaan
tokoh islam menyebutkan bahwa radikalisme ada pada setiap agama apa pun. Mungkin
yang dimaksud adalah penganut agama. Artinya, radikalisme bisa ada pada setiap
penganut agama mana pun, tak terkecuali islam. Hal ini patut diakui. Akan tetapi,
ada perbedaan mendasar, yaitu pada agama lain tidak ditemukan dasar agama untuk
radikalisme, tidak seperti agama islam. Akar radikalisme islam ada pada ajaran
agamanya. Karena itulah, islam selalu diidentikan dengan radikalisme.