DALAM
bahasa Yunani dimana Injil ditulis, berdukacita seperti itu dijelaskan oleh
Bapa-bapa Gurun dengan kata Yunani “penthos”
yang merupakan dukacita batin yang bisa membuat kita terbuka pada hubungan
otentik dengan Tuhan dan satu sama lain. Paus Fransiskus mengatakan hal itu
dalam audensi umum mingguan di Aula Paulus VI, 12 Februari 2020, ketika
merenungkan Sabda Bahagia kedua, yakni “Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.”
Menurut
Paus Fransiskus, Alkitab berbicara tentang dua jenis kedukaan. Pertama, untuk “kematian atau
penderitaan seseorang.” Dukacita ini “adalah jalan pahit, tetapi bisa digunakan
untuk membuka mata seseorang terhadap kehidupan dan nilai sakral dan tak
tergantikan dari setiap orang, dan orang pun menyadari betapa singkatnya waktu.”
Aspek lain, Paus
Fransiskus menyoroti “air mata karena dosa – dosa sendiri – ketika hati
seseorang berdarah kesakitan karena melukai hati Allah dan sesama.” Dengan menyebut
Santo Petrus sebagai contoh dalam mengungkapkan dukacita karena dosa, Paus
Fransiskus menjelaskan dukacitanya dinyatakan dengan air matanya setelah
mengkhianati Yesus yang datang sebagai karunia dari Roh Kudus, Sang Penghibur.