Rabu, 06 Mei 2015

Konsep Peran Seks Masa Dewasa

KONSEP PERAN SEKS ORANG DEWASA
Konsep Trandisional
Konsep peran seks tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap “pekerjaan wanita”.

Pria
Di luar rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis, di rumah ia pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat dan tokoh yang mendisiplinkan anak-anak, dan model maskulinitas bagi putera-puteranya.

Wanita
Baik di rumah maupun di luar, peran wanita berorientasi pada orang lain. Maksudnya, wanita mendapatkan kepuasan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali bilamana keadaan finansial memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang pelayanan seperti sebagai perawat, guru atau sekretaris.

Konsep Egalitarian
Konsep-konsep egalitarian (persamaan derajat) menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan rasa kepuasan pribadi dan seharusnya tidak dinyatakan cocok hanya bagi satu jenis kelamin tertentu saja.

Pria
Di rumah maupun di luarnya, pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak merasa “dijajah isteri” apabila ia memperlakukan isterinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula ia tidak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.

Wanita
Di rumah maupun di luarnya, wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 267

Orang Kudus 6 Mei: St. Anna Rosa Gattorno

BEATA ANNA ROSA GATTORNO, PENGAKU IMAN
Rosa Maria Benedetta lahir pada 14 Oktober 1831 di Genoa, Italia. Ia adalah puteri dari Francesco Benedetta dan Adelaide Campanella, sebuah keluarga kaya. Rosa dibaptis satu hari setelah ia dilahirkan, dan menerima sakramen penguatan ketika berusia duabelas tahun. Rosa memperoleh pendidikan di rumahnya sendiri.
Pada 5 November 1852, Rosa menikah dengan Gerolamo Custo. Dari pernikahannya, Rosa dikaruniai tiga orang anak. Anak pertamanya mengalami bisu dan tuli. Tidak lama setelah menikah, Rosa dan suaminya pindah ke Marseilles, Perancis, tetapi karena kesulitan keuangan, keduanya kembali ke Genoa. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian keluarga, Gerolamo pergi keluar negeri, tetapi ia jatuh sakit dan pada 9 Maret 1858 ia meninggal dunia. Beberapa bulan kemudian, Rosa kembali bersedih karena anak bungsunya meninggal dunia.
Peristiwa ini membawa Rosa pada sebuah pertobatan. Melalui pembimbing rohaninya, Pastor Giuseppe Firpo, Rosa mengikrarkan kaul privat dalam hal kemurnian dan ketaatan pada Pesta St. Maria Dikandung Tanpa Noda, tahun 1858. Pada tahun 1861, Rosa menjadi seorang tertiaris Ordo St. Fransiskus, dan mengikrarkan kaul kemiskinan. Pada tahun 1862 Rosa memperoleh stigmata yang tidak tampak.
Rosa senang mengunjungi orang sakit dan membantu melayani kebutuhan mereka. Rosa kemudian terpilih menjadi presiden komunitas Pia Unione delle NouveOrsoline Figilie di St. Maria immacolata, dan dipercaya untuk merevisi aturan komunitasnya. Pada Februari 1864 Rosa memperbanyak doa dan mendapat sebuah inspirasi akan aturan baru untuk kongregasi yang akan dibangunnya.
Rosa memiliki kebingungan karena pada satu sisi ia tidak ingin meninggalkan anak-anaknya. Rosa meminta saran dari Fransiskus Maria dari Camporosso, bapa pengakuannya, dan juga Uskup Agung Genoa. Pada 3 Januari 1866, Rosa beraudensi dengan Paus Pius IX, yang juga memberi dukungan. Rosa kemudian memutuskan untuk mempercayakan anak-anaknya kepada Tuhan. Ia melawan pertentangan dari keluarganya dan mendirikan Tarekat Putri-putri St. Anna (DSA), bersama dengan Pastor Giovannio Battista Tornatore pada 8 Desember 1866 di Piacenzza, Italia.
Pada 26 Juli 1867 Rosa menerima jubah dan pada 8 April 1870 ia mengikrarkan kaul religious, serta mengganti namanya menjadi Anna Rosa. Rosa dan tarekatnya merawat orang miskin, orang sakit, orang terpinggirkan dan juga anak-anak perempuan yang memiliki banyak resiko. Rosa kemudian mendirikan sekolah bagi orang-orang miskin. Pada tahun 1879 tarekat Rosa mendapat pengakuan, dan tahun 1892, aturan tarekatnya diakui. Rosa juga bekerja dengan Yohanes Baptista Skalabrini.
Pada tahun 1873 Rosa memulai karyanya di Roma. Pada tahun 1878 Rosa mengirim biarawatinya yang pertama ke Bolivia, kemudian ke Brazil, Peru, Eritrea, Perancis dan Spanyol. Anna Rosa Gattorno meninggal dunia pada 6 Mei 1900 di Roma. Pada 9 April 2000 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga riwayat orang kudus 6 Mei:

Renungan Hari Rabu Paskah V - B

Renungan Hari Rabu Paskah V, Thn B/I
Bac I  Kis 15: 1 – 6; Injil           Yoh 15: 1 – 8;
Bacaan pertama menampilkan kisah pertentangan antara Paulus dan Barnabas di satu sisi dengan jemaat Yudea yang datang ke Antiokia di sisi yang lain. Pokok persoalannya adalah pengajaran jemaat Yudea bahwa orang-orang yang mau bergabung ke dalam jemaat Kristus harus disunat menurut kebiasaan yang diwariskan Musa. Dengan sunat maka datanglah keselamatan. Hal ini dibantah dengan keras oleh Paulus dan Barnabas. Pertentangan ini tidak menimbulkan perpecahan, karena para penatua mengambil keputusan untuk membawa masalah tersebut kepada para rasul di Yerusalem.
Dalam Injil Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai pohon anggur dan para murid adalah ranting-rantingnya. Ranting itu menempel dengan pohon dan menerima makanan dari induk pohon. Dari situlah ranting bisa hidup. Namun Yesus tidak menghendaki supaya ranting itu sekedar hidup, melainkan juga menghasilkan buah. Justru di saat menghasil buah itulah, jemaat dilihat sebagai murid Yesus (ay. 8).
Dua pertentangan diperlihatkan dalam sabda Tuhan hari ini. Di satu sisi ada orang yang melihat bahwa menjadi murid Yesus itu harus mengikuti kebiasaan lama, yang salah satunya adalah sunat. Sementara Yesus dengan tegas mengatakan bahwa menjadi murid-Nya harus ditunjukkan dengan menghasilkan buah-buah kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan yang berguna bagi orang lain. Di sini terlihat bahwa Tuhan menghendaki agar kita jangan selalu terikat dengan kebiasaan lama; apalagi bila ada hal yang baru yang jauh lebih baik dari yang lama. Tuhan menghendaki kita lebih pada menghasilkan buah-buah dalam kehidupan.

by: adrian