Minggu, 05 Oktober 2014

Memimpikan Parokus Seperti Jokowi

Jokowi (plus Ahok) memang fenomenal. Hadirnya Jokowi dalam kampanye pemilihan Gubernur DKI hingga tampilnya sebagai orang nomor satu di Jakarta itu sungguh menyedot perhatian banyak orang, bukan saja di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Banyak orang senang, simpati dan menaruh harapan perubahan pada wajah ibukota negara ini. Semua rasa dan asa itu diletakkan di pundak Jokowi (plus Ahok), karena kepribadian dan kinerja mereka sungguh mendukung terwujudnya rasa dan asa rakyat itu.

Kehadiran Jokowi juga menyita perhatian saya. Karena begitu kagum pada sosok Jokowi ini, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi. Yah, saya pernah bermimpi soal Jokowi ini. Tapi mimpi itu bukan tentang Jokowi dan Jakarta, melainkan sosok Jokowi yang merasuk dalam sanubari pastor paroki. Yang menjadi landasan mimpi saya adalah pertanyaan, bagaimana seandainya Pastor Paroki seperti Jokowi dalam mengelola paroki dan karya pastoral.

Alasan Doa Rosario Mujarab

ROSARIO, DOA YANG MUJARAB
“Mengapa rosario suci itu begitu mujarab?

Sebab rosario itu doa yang sangat sederhana dan secara rohani mengantar kamu kepada kekecilan, kelembutan dan kesederhanaan hati.

Sekarang setan berhasil mengalahkan segala sesuatu dengan roh kecongkakan dan pemberontakan melawan Allah, dan melancarkan teror kepada mereka yang mengikuti Bunda surgawimu di jalan kesederhanaan dan kerendahan. Sementara doa ini diremehkan oleh orang besar dan sombong. Doa ini didaraskan dengan kasih dan sukacita yang besar oleh anak-anakku yang sederhana; oleh orang-orang miskin, oleh anak-anak, oleh orang yang rendah hati, oleh orang yang menderita, oleh amat banyak orang beriman yang telah menyambut undanganku.

Kecongkakan setan akan dikalahkan oleh kerendahan orang-orang sederhana, dan naga merah akhirnya akan menyadari diri direndahkan dan dikalahkan, ketika aku membelenggu dia, tidak dengan rantai yang kuat, tetapi dengan rantai yang sangat rapuh, yakni rosario suci.”
Florida, 7 Oktober 1983

diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 612)
Baca juga:

Renungan Hari Minggu Biasa XXVII - A

Renungan Hari Minggu Biasa XXVII, Thn A/II
Bac I    Yes 5: 1 – 7; Bac II                Flp 4: 6 – 9;
Injil      Mat 21: 33 – 43;

Bacaan pertama dan Injil hari ini memiliki tema yang sama, yaitu kebun anggur. Memang di antara keduanya terdapat perbedaan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, kebun anggur tidak menghasilkan buah anggur yang baik, yang sesuai dengan keinginan tuan kebun. Padahal ia sudah memilih bibit anggur yang baik dan merawat kebunnya. Namun anggur yang dihasilkan adalah anggur yang masam. Sedangkan dalam Injil buah anggurnya tak masalah. Yang bermasalah adalah pekerja-pekerja kebun anggur itu. Mereka tidak mau melakukan keinginan tuan kebun.

Sekalipun berbeda, keduanya memiliki kesamaan. Kesamaannya terletak pada tidak terpenuhinya keinginan atau harapan tuan kebun anggur. Dalam bacaan pertama tuan kebun ingin supaya kebun anggur menghasilkan buah anggur yang manis; dan dalam Injil tuan kebun mau agar para penggarap membagikan hasil panen dari kebun anggur. Kesamaan lain terletak pada usaha tuan kebun terhadap kebun anggurnya. Ia sendiri mengusahakan kebun anggur itu.

Dari Injil dan bacaan pertama ini kita mendapat pesan bahwa Tuhan selalu mengharapkan agar umat manusia hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Hal inilah yang hendak disampaikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yang menjadi bacaan kedua. Dalam suratnya, Paulus mengajak jemaat untuk tidak seperti kebun anggur dalam bacaan pertama atau juga seperti para penggarap dalam Injil. Sebaliknya Paulus meminta mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini bukan hanya sebatas pengetahuan akali saja, melainkan nyata dalam perbuatan. Karena itu, semua yang baik, yang mulia, yang adil, yang suci, yang disebut kebajikan, bagi Paulus, tidak hanya dipikirkan saja, melainkan musti dilakukan.

Salah satu tanda orang dewasa adalah memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan tidak; mana yang jahat dan tidak; mana yang benar dan yang salah. Hal-hal ini akan selalu menyertai perjalanan hidup manusia. kapan dan dimana saja, manusia akan berhadapan pada pilihan-pilihan itu. Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita bahwa Tuhan senantiasa mengharapkan supaya kita selalu mengusahakan apa yang berkenan pada-Nya. Tuhan menghendaki kita untuk berani memberikan hidup yang manis bagi kebahagiaan sesama. Tuhan sudah lebih dahulu memperhatikan kita. Karena itu, kita tak boleh berlaku egois.

by: adrian