Rabu, 24 April 2013

Perbedaan Notebook & Netbook

Perbedaan antara laptop, netbook dan notebook


Sering kita mendengar istilah laptop, notebook dan netbook. Tak jarang masih banyak orang yang menyamakan semua istilah itu. Dan tak sedikit juga yang masih bingung dan tidak tahu perbedaan antara laptop, notebook, dan netbook.

Dalam pemakaian sehari-hari, sering istilah laptop, notebook, maupun netbook digunakan tumpang tindih. Ini lantaran masih ada saja beberapa orang yang bingung dengan perbedaan antara laptop, notebook, maupun netbook. Apalagi bila melihat bentuknya yang sepintas sama saja.

Laptop. Laptop adalah sebutan umum untuk Notebook dan Netbook. Jadi dapat diartikan bahwa laptop itu adalah netbook maupun notebook. Atau bisa juga dikatakan bahwa laptop terdiri atas dua jenis, yaitu Notebook dan Netbook.

Jadi, apa perbedaan Notebook dan Netbook.

1.     Dari segi ukuran, Netbook biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil daripada Notebook. Biasanya berukuran antara 7-12 inci. Nah, sedangkan Notebook sendiri ukurannya lebih besar, biasanya mulai dari 12 inci ke atas.
2.     Dari segi performa, Netbook biasanya didesain untuk melakukan kinerja ringan seperti mengolah data Word, spreadsheet (Excel), slide (Powerpoint), internetan, memainkan permainan ringan, dan sebagainya. Sedangkan Notebook, menawarkan performa yang lebih berat, misalnya kecepatan pengolahan data yang lebih cepat dan kemampuan multimedia yang handal.
3.     Dari segi harga, Harga Netbook biasanya relatif lebih murah, sekitar 2 jutaan. Sedang Notebook harganya paling tidak ada di kisaran 4 jutaan dengan spesifikasi diatas standar.
4.     dari segi penggunaan, Notebook lebih cocok digunakan oleh orang yang bekerja “maksimal”, misalnya untuk proses editing, atau desain kreatif lainnya. Sementara Netbook lebih cocok untuk pengguna yang kegiatannya lebih banyak mengolah data ringan sampai sedang, menjelajah internet, dan menonton video.

by: adrian

K E C E M A S A N

KECEMASAN: PENGERTIAN & FAKTOR PENYEBABNYA

Kecemasan (Anxiety) sebetulnya merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan phobia (fobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun.

Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :
  • Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
  • Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
  • Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.
  • Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.

Lebih lanjut, menurut Suryabrata (1986) apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan suatu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya.

Faktor Penyebab Timbulnya Kecemasan
Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental. Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif, Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara potensial mengancam bagi mereka.

Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

Menurut Miramis (1985), kecemasan akan timbul bilamana individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan, kemampuan hidupnya. Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan bierkan kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadak yang menimpa individu dan dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.

Secara sederhana kecemasan dapat disebabkan karena individu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderung menaksir secara berlebihan suatu peristiwa yang membahayakan. Kecemasan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri.

Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall, 1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius, frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin; b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang melanggar ajaran agama; c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

Secara umum Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal pada setiap individu, namun jika tidak dihadapi secara tepat maka akan menimbulkan gangguan psikologis yang lebih jauh. Pada artikel berikutnya dunia psikologi akan menghadirkan gejala-gejala, tips mengatasi dan treatment terhadap kecemasan (anxiety).

Referensi Buku :
  • Miramis, W.F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
  • Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher
  • Lazarus, Richard S. 1991. Progress on a cognitive-motivational-relational theory of Emotion. American Psychologist
  • Tjakrawerdaya, D. 1987. Rasa Bersalah Sebagai Motif Mekanisme Difensi Pada Gangguan Cemas Secara Menyeluruh. Majalah Psikiatri Jiwa. Jakarta : Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa
Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali

Orang Kudus 24 April: St. Fidelis Sigmaringen


SANTO FIDELIS SIGMARINGEN, MARTIR
Fidelis lahir di Sigmaringen, Jerman pada tahun 1577. Semasa mudanya ia suka bergaul dan mengunjungi ornag-orang sakit dan miskin. Ia rajin berdoa dan sering berlutut di depan altar hingga berjam-jam lamanya. Sesudah menamatkan studinya pada tingkat menengah, ia melanjutkannya di universitas Freiburg. Disinilah ia memperoleh gelar doktor dalam bidang hukum Gereja dan Sipil. Semenjak itu, ia mulai berkarya di bidang hukum.

Pembelaannya terhadap kaum miskin dan budi bahasanya yang ramah terhadap lawan-lawannya menyebabkan dia dikenal dan dicintai banyak orang. Tetapi rencana Tuhan terhadap diri Fedelis ternyata lain. Fidelis meninggalkan karyanya sebagai ahli hukum dan masuk biara imam-imam Kapustin. Disana ia menjalankan cara hidup yang keras dan doa yang mendalam. Sebelum mengucapkan kaulnya, ia menulis dalam wasiat antara lain: "Aku mempersembahkan jiwa dan ragaku selaku kurban yang hidup untuk selama-lamanya, guna mengabdi Allah yang MahaMulia, Santa Perawan Maria yang tak bercela, dan Santo Fransiskus".

Sesungguhnya, dalam biaranya, Fidelis hidup dengan penuh pengabdian dan penyerahan kepada Tuhan. Kesenangan-kesenangan duniawi tidak diindahkannya. Semangatnya untuk bermatiraga sangat besar, sehingga peraturan-peraturan biara yang sungguh sangat berat tidaklah dianggapnya sebagai beban. Kerinduannya adalah menjadi martir Kristus. Karena itu, ia senang sekali waktu diutus ke Swiss oleh Kongregasi Penyebaran Iman, yang baru saja berdiri. Di Swiss, Fedelis menghadapi banyak tantangan dari kaum Kalvinis, dalam pelayanannya kepada orang-orang Kristen yang tersesat dan masuk Kalvinis. Kalvinis mencoba membunuhnya tetapi tidak berhasil karena tembakan meleset. Kesempatan yang baik tiba ketika para Kalvinis itu menghadangnya di jalan. Ia dipaksa untuk menyangkal iman Katolik. Tetapi dengan perkasa ia menjawab "Aku datang kesini untuk memberikan terang kepadamu, dan bukan untuk menerima kesesatanmu; aku tidak takut mati dan sekali-kali aku tidak akan menyangkal iman Katolik yang telah berabad-abad usianya". Karena jawaban ini, ia disergap dan dibunuh pada tahun 1622.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/24Apr.html