Kamis, 18 Juni 2015

Apa Peran Orang Kristen bagi Negara?

PERAN ORANG KRISTEN BAGI NEGARA
Tentu kita masih ingat akan pernyataan terkenal dari Mgr. Albertus Soegiyopranoto, SJ tentang menjadi “Katolik 100%, Indonesia 100%” Pernyataan ini mau menunjukkan bahwa kekatolikan dan keindonesiaan tidaklah bertentangan, melainkan harus saling melengkapi. Pernyataan ini bertujuan agar orang kristen, khususnya katolik, mau memberi diri bagi pembangunan dan perkembangan bangsa dan negara.
Tidak adanya pertentangan antara warga dan negara, sebenarnya sudah diisyaratkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Hal ini terlihat dari pernyataan-Nya, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22: 21). Tampak jelas Tuhan Yesus tidak membuat pemisahan, apalagi pertentangan.
Dari pernyataan Tuhan Yesus dan Uskup Soegiyo ini dapat dikatakan bahwa para pengikut Kristus hidup dalam sebuah komunitas negara. Ditegaskan bahwa sebagai umat beriman dan beragama, orang tidak bisa terlepas dari perannya sebagai warna negara. Sebagai orang kristen di Indonesia, apa peran kita bagi negara ini?
Dalam Seminar Terbuka Program Paascasarjana Universitas Kristen Indonesia dengan tema Agama dalam Ruang Publik: Ancamankah bagi Negara Hukum? di Kampus UKI Diponegoro, Jakarta, Romo Franz Magnis Suseno, SJ mengajak umat kristiani untuk melihat kembali apa yang tersurat dalam Matius 25. Menurut dia, hal tersebut penting agar umat kristiani sadar dan mau saling menyadarkan tentang tanggung jawabnya terhadap dunia.
Menurut imam kelahiran 26 Mei 1936 ini, Matius 25 menjelaskan kriteria seorang yang akan masuk dalam Kerajaan Allah. Kriteria itu adalah apakah kita memperhatikan mereka yang lapar, yang miskin, yang terpinggirkan dan sebagainya, bukan karena kita banyak berbicara masalah rohani. Kehadiran umat Kristen di tengah masyarakat merupakan kawanan kecil, sehingga seharusnya bisa terasa sebagai unsur positif.

Renungan Hari Kamis Biasa XI - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XI, Thn B/I
Bac I  2Kor 11: 1 – 11; Injil       Mat 6: 7 – 15;

Hari ini Injil masih melanjutkan pengajaran Tuhan Yesus di bukit. Hari ini Tuhan Yesus mengajar para pendengar-Nya tentang doa dan bagaimana berdoa. Tentang doa, Tuhan Yesus memberi satu contoh doa yang sangat bagus, yang hingga sekarang masih dipakai oleh orang Kristen. Dalam doa itu terkandung begitu banyak nilai dan pesan untuk umat. Salah satunya adalah agar umat cukup merasa puas atas rezeki yang telah didapat. “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (ay. 11). Sikap yang hendak dibangun di sini adalah sikap syukur. Ini untuk menghindari umat agar tidak jatuh ke dalam dosa keserakahan.
Dosa keserakahan ini kembali disuarakan Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus. Dalam bacaan pertama, Paulus mengajak jemaat untuk tidak seperti Hawa. Sebagaimana yang sudah diketahui, Hawa jatuh ke dalam dosa karena ia serakah. Ia tidak puas dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Ia ingin lebih. Karena itu, ia turuti nasehat ular untuk melanggar perintah Allah.  Keserakahan membuat Hawa tidak setia kepada Allah. Ia tidak mau bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Sebagai manusia kita pasti mempunyai kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan itu dapat menunjung kesejahteraan hidup kita. Terhadap kebutuhan dan keinginan itu, kita diajak untuk berjuang mendapatkannya. Dan selain berjuang lewat karya, kita juga diajak untuk memohon kepada Tuhan lewat doa. Sabda Tuhan hari ini tidak menyalahkan niat kita untuk memenuhi hidup kita dengan kebutuhan dan keinginan kita. Namun Tuhan meminta kita untuk tidak berlebihan. Tuhan menghendaki agar kita merasa cukup dengan apa yang telah kita dapat dan membangun rasa syukur.***
by: adrian