Rabu, 14 September 2022

"ROMO JUGA MANUSIA": SEKEDAR RASIONALISASI?

 

Tentulah kita sering mendengar pernyataan ini: “Romo juga manusia!” Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang lain, yang ingin “membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat romo melakukan kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang lain dapat memaklumi kesalahan itu.

Misalnya, ketika ada suatu kali roma datang terlambat saat misa karena bangun telat, dengan santai romonya berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau ada seorang imam “jatuh” karena skandal, ada umat yang ingin membela imamnya itu berkata, “Romo kan manusia juga.”

Dasar pemikiran dari pernyataan ini adalah bahwa semua manusia itu lemah. Ia mudah jatuh ke dalam kesalahan. Atau dengan kata lain, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang punya kelemahan dan kekurangan. Seorang imam atau romo adalah juga manusia. Karena itu, wajar kalau ia berbuat kesalahan.

Tentulah tidak ada orang yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena seorang imam adalah manusia, maka ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi itulah yang membuat dia terkadang jatuh ke dalam kesalahan.

Akan tetapi, di balik pernyataan itu terkandung niat pembenaran diri. Banyak imam berusaha menyembunyikan kesalahannya di balik pernyataan dirinya manusia. Dengan menyatakan diri sebagai manusia yang lemah, yang mudah jatuh ke dalam kesalahan, seorang imam dapat dengan mudah memaklumi kesalahan, yang adalah kelemahannya. Umat pun “dipaksa” untuk menerimanya.

Sebagai contoh, ada imam yang selalu jatuh ke dalam kesalahan yang itu itu saja. Ketika ia jatuh ke dalam kesalahan itu, dengan mudah ia berkata, “Romo juga manusia.” Di sini terlihat kalau ia “membenarkan” kesalahannya itu.

Bukan berarti mau menyangkal pernyataan tersebut. Setiap manusia memang punya kelemahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun, manusia dipanggil untuk menjadi sempurna. “Hendaklah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5: 48). Dari pernyataan Tuhan Yesus ini terlihat jelas bahwa Yesus tahu pasti kalau manusia tidak sempurna. Karena itulah, Tuhan Yesus mengajak mereka untuk sempurna.

Oleh karena itu, kelemahan manusia, yang menyebabkan kita mudah jatuh ke dalam pelanggaran, bukan lantas berarti dibenarkan. Manusia dipanggil untuk berjuang mengatasi kelamahan-kelemahannya. Lewat perjuangan mengatasi kelemahan itulah langkah menuju kesempurnaan terbuka. Artinya, sekalipun sadar bahwa diri kita punya kelemahan, kita diminta untuk tidak mengikuti kelemahan itu. kita musti mengalahkan kelemahan itu. Paulus pernah memberi nasehat, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Rom 12: 2).

Karena itu, kepada mereka yang mau mengikuti-Nya, Tuhan Yesus berpesan supaya mereka berani menyangkal dirinya (bdk. Matius 16: 24). Salah satuh wujud penyangkalan diri adalah mengatasi kelemahan, yang berawal dari keinginan diri. Maka, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata, “Hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” (Rom 6: 12).

Semua pengikut Kristus dipanggil untuk menyangkal diri, melawan kelemahan diri. Kaum awam saja diminta demikian, maka lebih lagilah kaum imam. Dengan kesadaran ini, maka orang, baik imam maupun awam, tidak akan mudah terjebak dalam pernyataan: “Romo juga manusia.”

diambil dari tulisan 7 tahun lalu