
Misa
hari Minggu diadakan pada Sabtu sore bukanlah suatu hal yang baru bagi umat
katolik. Di banyak tempat hal tersebut sudah terjadi puluhan tahun sebelumnya. Di
Gereja Katolik Dabo Singkep juga demikian. Setidaknya 2 kali dalam sebulan
perayaan ekaristi hari Minggu diadakan pada Sabtu sore. Namun sayangnya, masih
ada umat yang mempertanyakan keabsahan dan hal lainnya. Berikut ini adalah
penjelasannya.
Mengenal Medan Pastoral
Sebelum
mengurai medan pastoral, ada beberapa kata kunci yang harus dipahami dan
disadari. Kata-kata kunci itu adalah:
1.
Paroki
subsidi. Sejak menjadi quasi paroki, Paroki Ujung Beting
merupakan paroki subsidi. Hal ini disebabkan karena sumber pendapatan dari dalam
sendiri tidak memadai. Masih banyak biaya pastoral disubsidi dari keuskupan.
2.
Paroki
kepulauan. Karena kepulauan, maka transportasi utama adalah kapal.
Sekarang paroki tidak punya kapal sendiri. Jadi, sepenuhnya bergantung pada
angkutan umum.
3.
Pelayanan
efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi ini berguna dalam
banyak hal seperti keuangan, tenaga, dll
Selain
3 kata kunci di atas, perlu juga disadari bahwa satu pembeda Gereja Katolik dari
protestan adalah ketaatan pada Magisterium. Menjalani ketentuan magisterium
bukan dilandasi prinsip suka-tidak suka, tetapi ketaatan, dan dalam ketaatan
itu ada sikap berserah.
Di
seluruh Kepulauan Lingga umat katolik tersebar di banyak pulau. Setidaknya ada
11 gereja, yaitu Ujung Beting, Air Kelat, Pancur, Senayang, Mensanak, Pulau
Senang, Limas, Pulau Manik, Pulun, Cempa dan Dabo. Selain tempat-tempat itu,
masih ada beberapa tempat lain yang ada umat katolik, tapi tak ada gerejanya. Harus
disadari, setiap umat memiliki hak yang sama dalam pelayanan ekaristi hari Minggu. Gereja mengajarkan bahwa ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup kristiani (LG 11, KGK 1324). Soal
jumlah menjadi relatif, mengingat 3 kata kunci di atas.