Senin, 24 Maret 2014

(Inspirasi Hidup) Nilai Sebuah Pengorbanan

NILAI SEBUAH PENGORBANAN
Pertengahan Februari lalu saya menonton film “Broken City”. Film ini mengisahkan seorang polisi New York yang bernama Billy Taggart (diperankan oleh Mark Wahlberg) yang dipecat dari kesatuannya karena terlibat dalam penembakan yang kontroversial. Dalam pengadilan, Billy berhasil lolos dari jerat hukum berkat pengaruh Walikota New York, Nicholas Hosttetler (dimainkan oleh Russel Crowe). Sebenarnya, di saat-saat terakhir, ada bukti baru yang membuktikan kejahatan Billy, namun berkat kuasa Sang Walikota, bukti itu disembunyikan, sehingga Billy bisa lolos dari jerat hukum. Billy sendiri tidak tahu bukti tersebut. Hanya Walikota dan Komisaris saja yang tahu.

Sekalipun Billy lepas dari jerat hukum, namun ia tak bisa lolos dari sanksi kesatuannya, apalagi komisaris mengetahui bukti yang memberatkannya. Billy dikeluarkan dari kepolisian New York. Setelah keluar, Billy beralih profesi menjadi detektif swasta. Dalam profesi barunya, Billy ditawari USD 50.000 oleh Walikota untuk menyelidiki istri sang walikota, Cathleen (Catherine Zeta-Jones). Hosttetler curiga kalau istrinya berselingkuh. Karena itu, ia ingin tahu siapa selingkuhan istrinya itu.

Sekedar diketahui, saat itu sedang hangat-hangatnya suhu politik, karena tak lama lagi bakal ada pemilihan umum. Hosttetler kembali mencalonkan dirinya. Dia mempunyai lawan politik yang cukup kuat, sekalipun masih muda dalam perpolitikan. Hosttetler tidak ingin kasus perselingkuhan istrinya ini menjadi penghambat pencalonan dirinya. Mulailah Billy menjalankan aksinya, apalagi ia merasa “berhutang” budi kepada sang walikota.

Berkat pengalaman, apalagi tugasnya relatif mudah (hanya mengambil beberapa foto), dalam waktu singkat Billy sudah menyelesaikan tugasnya. Dia menyerahkan foto itu kepada Hosttetler. Orang itu adalah Paulus Andrews. Ternyata aksi Billy diketahui oleh Cathleen. Cathleen memintanya untuk tidak terlibat dalam permasalah mereka, karena apa yang dipersangkakan selama ini tidaklah benar. Andrews bukanlah selingkuhannya, melainkan teman akrabnya. Dan yang membuat Billy kaget lagi adalah bahwa ternyata Paulus Andrews merupakan manajer kampanye lawan politik Hosttetler.

Ketika Billy mempertimbangkan saran dan juga tawaran Cathleen, muncul berita bahwa Paulus Andrews tewas terbunuh. Beberapa hari sebelumnya Billy sempat berjumpa dan ngobrol sedikit dengannya. Naluri kepolisian Billy mulai muncul. Dia mencium ada ketidak-beresan. Apalagi Hosttetler memintanya untuk tidak lagi mengurusi hal ini. Maka, mulailah Billy membuat penyelidikan. Dari penyelidikan, didapat kalau Andrews dibunuh oleh kaki tangan Hosttetler. Malahan otak pembunuhan itu adalah Hosttetler. Alasannya, Andrews diketahui memiliki bukti kuat untuk menjatuhkan Hosttetler dalam debat publik nanti. Bukti itu berkaitan dengan rencana kejahatan yang akan dilakukannya. Hal ini menimbulkan kebencian dalam hati Billy terhadap Hosttetler. Apalagi rencana jahat Hosttetler itu berkaitan dengan kepentingan banyak orang, yang mayoritasnya adalah rakyat kecil dan sederhana.

Awalnya dia begitu kagum dan hormat, namun akhirnya berubah menjadi antipati. Maka, dengan bukti-bukti itu, ia menghadap Hosttetler dan mengajaknya untuk menghentikan niat jahatnya itu. Kalau tidak, dia sendiri yang akan membongkar. Ketika ia menghadap walikota, ternyata Sang Walikota sudah mengendus niat Billy, sehingga ia membuat skenario. Setelah Billy mengungkapkan unek-uneknya, Hosttetler mengajaknya nonton film, yang ternyata rekaman kejahatan yang dilakukan Billy dulu. Selesai menonton Hosttetler menawarkan negoisasi.

Billy dihadapkan pada pilihan dilematis. Kalau dia selamatkan Hosttetler, dia juga bisa selamat, namun orang-orang kecil akan menjadi korban kejahatan Hosttetler. Namun bila dia bongkar aib Hosttetler, dia juga akan berujung pada penjara, meski banyak orang terselamatkan. Setelah mendengarkan suara hatinya, dia akhirnya, kepada sang komisaris, membongkar rancana busuk Hosttetler. Sangat menarik untuk direnungkan dialog terakhir antara Billy dan komisaris.

Komisaris bertanya, “Kamu siap menghadapi tuntutan jika kasusmu dibongkar kembali?”

Dengan tenang Billy menjawab, “Inilah saatnya saya membayar utang!”
Jakarta, 28 Februari 2014
by: adrian

Orang Kudus 24 Maret: St. Katarina

SANTA KATARINA, PENGAKU IMAN
Katarina lahir di Ulfasa, Swedia pada tahun 1331. Ia adalah anak keempat Santa Brigita dari Swedia. Ketika berumur 13 tahun, ia menikah dengan Eggard van Kyren, seorang pemuda bangsawan Jerman. Meskipun demikian ia tetap tertarik dengan kehidupan membiara yang telah menjadi cita- citanya semenjak kecil.

Pada tahun 1349, setahun sebelum Eggard suaminya meninggal dunia, Katarina pergi ke Roma untuk mengunjungi ibunya Brigita yang sudah lama berada di sana. Pertemuan dengan ibunya mengobarkan lagi panggilan hidup membiara yang dicita- citakannya. Tatkala suaminya meninggal, ia menggabungkan diri dalam perkumpulan yang didirikan ibunya untuk melaksanakan karya-karya cinta kasih. Tampaknya ia sungguh berbahagia dengan cara hidup ini.

Pada tahun 1373 sepeninggal ibunya, Katarina kembali ke Swedia dan berkarya di Vadstena sebagai pemimpin perkumpulan ibunya. Tahun berikutnya ia kembali lagi ke Roma. Ia berkarya di sana selama lima tahun sampai waktu penggelaran ibunya sebagai Santa. Setelah itu ia kembali ke Vadstena dan berkarya di sana hingga menghembuskan nafasnya pada tanggal 24 Maret 1381. Ia digelari Kudus pada tahun 1484 oleh Paus Innocentius VIII (1484-1492).

Renungan Hari Senin Prapaskah III - A

Renungan Hari Senin Prapaskah III, Thn A/II
Bac I   : 2Raj 5: 1 – 15a; Injil       : Luk 4: 24 – 30

Dalam Injil hari ini, Yesus mengawali pengajaran-Nya dengan berkata, “Tidak ada nabi yang dihargai di tepat asalnya.” Ini diungkapkan Yesus untuk menjawab sikap orang-orang di kampung halaman-Nya yang menolak Diri-Nya. Menolak Diri-Nya sama saja berarti menolak pengajaran-Nya, sekalipun pengajaran-Nya demi kebaikan mereka juga. Untuk membenarkan pernyataan-Nya, Yesus mengambil dua kisah dari Perjanjian Lama, yaitu kisah Nabi Elia dan Elisa.

Bacaan pertama menampilkan salah satu kisah yang dimaksud Yesus dalam Injil, yaitu kisah Nabi Elisa. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Elisa menyembuhkan Naaman, panglima Raja Aram. Satu hal yang menarik dari kisah ini adalah Naaman, yang bukan orang Israel, akhirnya percaya kepada Allah orang Israel, karena mengalami kebaikan-Nya. Sementara orang Israel, yang sudah berkali-kali mengalami kasih Allah, menganggap biasa saja. Sikap inilah yang hendak dikritik Yesus.

Masa prapaskah merupakan masa untuk bertobat. Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau mengajak kita untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Mungkin kita selama ini, sekalipun selalu menerima kasih dan berkat dari Allah, kita suka melupakan Tuhan. Kita mengharapkan yang lebih, yang sesuai dengan keinginan kita. Kita tak mau datang kepada-Nya dan mengasihi-Nya. Karena itulah, dibutuhkan sikap menyesal dan kemauan untuk berubah, berbalik dari dosa. Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa ingat akan kebaikan-Nya dan menghaturkan rasa terima kasih kepada-Nya. Tuhan menghendaki kita beriman sesuai dengan kehendak Dia, bukan seperti harapan kita.

by: adrian