MINGGU PALMA: DASAR, SEJARAH DAN MAKNANYA
Satu minggu menjelang Minggu
Paskah, umat katolik memasuki Pekan Suci, yang diawali dengan perayaan Minggu
Palma. Perayaan ini merupakan kenangan akan peristiwa Yesus memasuki kota
Yerusalem sebelum Ia disalibkan. Keempat Injil menceritakan bahwa Yesus masuk
kota Yerusalem itu diiringi dengan sorak-sorai. Banyak orang mengelu-elukan Dia
sambil berteriak, “Hosana! Hosana!!” (Mat 21: 9; Mrk 11: 9 – 10; Yoh 12: 13)
Mungkin ada orang bertanya
kenapa disebut Minggu Palma dan sejak kapan pengenangan peristiwa Yesus masuk
ke kota Yerusalem masuk dalam liturgi Gereja.
Pendasaran
Minggu Palma
Pertama-tama Gereja
menetapkan perayaan itu pada hari Minggu. Dan karena mengenang peristiwa Yesus
memasuki kota Yerusalem yang dielu-elukan oleh orang banyak dengan menggunakan
daun palma, maka dikenallah dengan istilah Minggu Palma.
Penggunaan daun palma
sebenarnya hanya merujuk pada Injil Yohanes (12: 13). Injil Sinoptik (Matius,
Markus dan Lukas) sama sekali tidak menyebut nama jenis daun yang digunakan
orang banyak untuk melambai-lambai. Matius hanya menyebut “ranting-ranting dari
pohon-pohon” (Mat 21: 8), sementara Markus menyebut “ranting-ranting hijau”
(Mrk 11: 8). Lukas sama sekali tidak menyebut adanya ranting atau daun. Jadi, pendasaran
daun palma pada Minggu Palma ada pada Injil Yohanes.
Mengingat tiga Injil tidak
menyebut daun palma, apakah diperkenankan menggunakan daun lain selain daun
palma dalam perayaan Minggu Palma?
Menurut Pastor Bernardus
Boli Ujan SVD, pakar liturgi gereja, daun palma bukan satu-satunya yang diberkati dan dipakai dalam
perarakan Minggu Palma. Umat dapat menggunakan daun pohon lain, misalnya janur
kuning. Intinya, terbuka kemungkinan memakai daun lain, selain daun palma,
asalkan memiliki kemiripan makna simbolisnya.
Sejarah
Perayaan Minggu Palma