Sabtu, 14 Juli 2012

(Pencerahan) Tentang Sebuah Kesetiaan

LIMA ORANG RAHIB
Permintaan yang mendesak dari Lama di Selatan sampai kepada Lama Agung di Utara. Ia meminta seorang rahib yang bijak dan suci untuk membimbing hidup rohani para calon rahib. Setiap orang heran ketika Lama Agung mengirim sampai lima orang rahib. Orang yang bertanya-tanya dijawabnya demikian, “Untung jika salah satu dari lima rahib itu akhirnya sampai kepada Lama di Selatan.”

Para rahib itu sudah menempuh perjalanan selama beberapa hari, ketika seorang kurir menghampiri mereka. Katanya, “Imam di desa kami meninggal. Kami membutuhkan seorang pengganti.” Desa itu rupanya makmur dan menarik; lagi pula penghidupan imamnya amat terjamin. Salah seorang rahib merasa terdorong untuk menggembalakan umat. “Aku bukan murid Buddha sejati,” katanya, “Kalau aku tidak tinggal di sini untuk melayani mereka.” Maka ia tidak melanjutkan perjalanannya.

Beberapa hari kemudian tibalah mereka di istana seorang raja, yang tertarik kepada salah seorang rahib. “Tinggallah di sini,” kata raja. “Dan aku akan memberikan puteriku kepadamu. Jika aku mati, engkaulah yang akan menggantikan aku menduduki takhta kerajaan.” Hati rahib ini tertarik pada sang puteri yang cantik dan pada takhta kerajaan. Ia berkata, “Apakah ada kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan peri kehidupan rakyat di sini daripada menerima kedudukan raja? Aku bukan murid Buddha sejati jika aku tidak menerima kesempatan ini untuk mengabdi agama.” Ia tidak berjalan terus.

Tiga orang yang masih sisa meneruskan perjalanan. Pada suatu malam, di sebuah daerah pegunungan, mereka menginap di sebuah gubuk yang hanya didiami oleh seorang gadis manis. Ia menerima mereka dengan ramah. Ia bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah mempertemukannya dengan para rahib ini. Orang tua gadis itu dibunuh perampok dan ia tinggal sendirian penuh ketakutan. Di pagi harinya, pada waktu mereka mau berangkat, seorang rahib berkata, “Aku akan tinggal bersama gadis ini. Aku bukan murid Buddha sejati kalau tidak berbelas kasih pada sesama.” Ia orang ketiga yang berhenti.

Dua orang rahib akhirnya tiba di sebuah kaum Buddha. Mereka terkejut ketika mengetahui bahwa semua penduduk meninggalkan agamanya dan kini ada di bawah pengaruh seorang guru Hindu. Rahib yang seorang berkata, “Demi umat yang malang ini dan demi Buddha, aku harus tinggal di sini dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar.” Dialah orang terakhir yang berhenti.


Rahib yang kelima akhirnya sampai di biara Lama di Selatan. Nah, bagaimanapun juga, Lama Agung dari Utara memang benar.

  ð  Beberapa tahun lalu aku bertekad mencari Tuhan. Berkali-kali aku berhenti di jalan. Selalu maksudku sangat mulia: untuk memperbaharui ibadah, untuk merombak susunan Gereja, untuk meningkatkan tafsir Kitab Suci, untuk membuat Teologi lebih berarti bagi jaman kita.
Sayang, lebih mudah menenggelamkan diri dalam karya keagamaan, dalam karya apa pun, daripada bertahan terus mencari Tuhan

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Misdinar Gaul


Hari kedua jambore, perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm. Polce dan Rm. Ansel, berhubung hari itu mereka pesta ulang tahun imamat. Sebenarnya dengan Rm. Yos Anting. Tapi Rm. Yos sakit. Imam-imam yang lain ikut sebagai selebran.

Waktu perayaan ekaristi, saat Rm. Ansel berkhotbah dengan semangat, salah seorang konselebran, yang duduk dekat para misdinar, sadar kalau ternyata botol anggur belum ada di meja credens. Karena itu dengan spontan ia melirik ke seorang misdinar yang tidak jauh dari dirinya duduk. Sadar bahwa dirinya dilirik, si misdinar menatap ke pastor itu.

Pastor       : “Anggur belum ada.” Bisiknya pelan sambil telunjuk tangannya mengarah ke meja credens agar si misdinar tanggap.

Karena bingung dan tidak mendengar jelas suara sang pastor, si misdinar minta bantuan temannya untuk coba menerjemahkan mimik bibir si pastor dan tanda isyarat tangannya. Dan ternyata teman-temannya juga tidak mengerti. Sang pastor coba menyebut kata “anggur” berkali-kali sambil telunjuk tangannya mengarah ke meja credens. Tapi tetap saja usahannya sia-sia.

Misdinar   : “Apa?” Tanya si misdinar, juga dengan suara yang pelan nyaris tak terdengar.

Pastor       : “Anggur!” Suaranya sedikit keras sehingga jelas terdengar.

Misdinar   : “Anggur?!”  Tiga orang misdinar cewek meniru ucapan trio macan dalam iklan Juss Gingseng Mangga di tv

Misdinar   : “Hihihi...,” ketawa seorang misdinar cowok, sambil meniru iklan. “Kini jamannya mangga. Je-ge. Jus gingseng mangga.”  Langsung si cowok berlalu melihat mata pastornya melotot.

Pastor       : “Emang dasar misdinar gaul!”

by: adrian

Orang Kudus 14 Juli: St. Fransiskus Solanus


SANTO FRANSISKUS SOLANUS, PENGAKU IMAN
Fransiskus Solanus lahir di Montilla, Spanyol pada tahun 1549. Semenjak kecil ia tidak suka akan segala bentuk perselisihan. Bila terjadi perselisihan, ia selalu tampil sebagai pendamai.

Ketika berusia 20 tahun, Fransiskus Solanus masuk Ordo Fransiskan di Montilla. Sebagai seorang pengikut Santo Fransiskus, ia berusaha meneladani semangat hidup Santo Fransiskus. Besar sekali perhatiannya terhadap orang-orang sakit, sampai ia sendiri pun terjangkit penyakit menular yang membahayakan hidupnya.

Fransiskus Solanus kemudian diutus sebagai misionaris ke wilayah misi Amerika. Namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya karam. Sesuai wataknya yang periang itu, Fransiskus Solanus tidak gentar menghadapi musibah itu. Ia bahkan dengan tenang meneguhkan semua penumpang, menghibur mereka dan berhasil mempermandikan mereka semua sebelum kapal itu ditelan samudera. Pada peristiwa itu ia bersama beberapa penumpang lain berhasil menyelamatkan diri dan mendarat di daratan Peru.

Di Peru ia mulai mewartakan Injil Kristus sambil melakukan perbuatan-perbuatan amal di antara penduduk Peru. Ia dikenal luas sebagai pembawa damai bagi penduduk sekitar. Banyak sekali usahanya untuk memperbaiki hidup orang-orang Indian di Peru dan juga di Argentina, yang berhasil dipermandikannya. Ketika sekelompok orang Indian mencoba membunuh orang-orang kristen pada waktu Pekan Suci, Fransiskus Solanus berhasil menggugah hati mereka hingga mereka menyerahkan diri untuk dibaptis. Ketika ia berkotbah melawan korupsi di Lima, seluruh penduduk kota itu panik dan takut akan akibat perbuatan busuk mereka. Uskup setempat terpaksa turun tangan untuk menenteramkan mereka. Fransiskus Solanus meninggal dunia pada tahun 1610.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Sabtu Biasa XIV - Thn II

Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XIV B/II
Bac I    Yes 6: 1 – 8 ; Injil    Mat 10: 24 – 33

Tentulah kita kenal dengan Bapak B.J. Habiebie. Dia adalah orang jenius di Indonesia; orang Indonesia yang pertama membuat pesawat. Dia pernah menjabat menteri di masa rezim Soeharto. Pernah juga menjadi wakil presiden, mendampingi Soeharto, yang kemudian menjadi presiden setelah Soeharto mundur. Prestasi Pak Habiebie memang luar biasa.

Bagaimana dengan guru-guru Habiebie? Tak ada satu pun guru Habiebie, dari tingkat SD sampai kuliah, yang memiliki prestasi segemilang Habiebie. Artinya, Habiebie telah melebihi guru-gurunya. Ini adalah fakta.

Kalau demikian, bagaimana kita bisa memahami maksud Yesus, yang dalam Injil hari ini berkata, “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya.”?

Relasi guru – murid yang dimaksud Yesus tidaklah sama dengan relasi guru – murid dalam gambaran di atas. Dalam pemahaman Yesus, seorang murid harus benar-benar mengikuti sang gurunya. Guru di sini bukan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang dapat diolah dan dikembangkan murid sehingga si murid bisa berkembang melebihi guru. Guru di sini lebih pada urusan moralitas dan spiritualitas. Jadi, di sini para murid hanya dapat mengikuti atau meniru apa yang dilakukan oleh sang guru, dan berusaha melaksanakan secara persis apa yang diajarkan sang guru. Dalam hal ini, tentulah tak ada murid yang dapat melebihi gurunya. “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya,” demikian kata Yesus.

Sabda Tuhan ini mau menyadarkan kita akan peran kita dalam relasi dengan Yesus. Kita adalah murid-Nya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk senantiasa mengikuti, meniru dan melaksanakan apa yang diajarkan-Nya.
by: adrian