Data
Google Trends menunjukkan bahwa
penggunaan kata ‘narsis’ telah meningkat selama 10 tahun terakhir. Biasanya kata
tersebut sering dipakai sebagai candaan terhadap orang-orang yang gemar
melakukan swafoto. Sebagian orang mungkin menganggapnya biasa dan bukan hal
yang serius. Namun perilaku narsistik ternyata bukan hanya sekedar gemar
swafoto saja.
Menurut
psikolog kebutuhan narsistik adalah normal dan universal. Perilaku narsistik
semua orang muncul pertama kalinya saat dipuji orangtua atau pengasuh selama
masa kanak-kanak agar dihargai sanak saudara lainnya atau teman-teman di
kemudian hari. Jenis penghargaan khusus ini disebut validasi yang sangat
penting dalam pengembangan harga diri.
Ketika
seseorang tumbuh dewasa, perilaku narsistik dapat berkembang sehat atau malah
sebaliknya. Sehat atau tidaknya perilaku narsistik umumnya dipengaruhi oleh
pola pengasuhan tertentu. Jika orangtua menilai telalu tinggi atau meremehkan
anak-anaknya, besar kemungkinan mereka akan mendambakan jumlah pujian atau
validasi yang tidak normal secara terus menerus. Pada akhirnya perilaku narsistik
tersebut menjadi gangguan narsistik yang selalu mendambakan pujian demi
mendukung harga diri mereka.
Perilaku
narsistik dibagi menjadi tipe positif dan negatif. Tipe positif disebut narsistik
prososial, sedangkan tipe negatif disebut antisosial. Selain kedua tipe
tersebut, narsistik juga mempunyai subtipe lainnya, yakni narsistik ganas dan narsistik
terselubung.