Sabtu, 07 November 2015

Orang Kudus 7 November: St. Assunta Pallota

BEATA ASSUNTA PALLOTA, PENGAKU IMAN
Assunta Maria Liberata Pallota lahir pada 20 Agustus 1878 di Force, Italia. Ia adalah puteri dari Luigi Pallota dan Eufrasia Casali. Assunta menerima sakramen baptis pada 21 Agustus 1878 dan sakramen krisma pada 7 Juli 1880. Assunta selalu berdoa setiap Minggu sore sebelum mengikuti pelajaran katekismus. Ia juga sering mengunjungi Sakramen Mahakudus, berpuasa dan tidur di atas batu.
Assunta mengikuti panggilan Tuhan dengan bergabung dengan Fransiskan Misionaris Maria. Ia memasuki masa novisiat pada 9 Oktober 1898 dan ditempatkan di Grottaferrata. Maria Assunta mengikrarkan kaul kekalnya pada Desember 1900, dan pada 3 Januari 1902 ia pindah ke Florence, Italia.
Maria Assunta banyak berdoa kepada jiwa-jiwa di api pencucian. Dikisahkan ia berdoa Istirahat Abadi (Requiem Aeternam) 100 kali setiap hari. Maria Assunta kemudian meminta untuk dikirim melakukan karya misi. Pada Maret 1904 Maria Assunta dikirim ke Cina dan tiba di Tong Eul Keou. Ia bertugas di dapur.
Pada tahun 1905 terjadi wabah tifus. Maria Assunta tidak kenal lelah menolong para penderita tifus sampai ia sendiri terserang. Assunta meminta viaticum suci ketika sudah mengetahui akan meninggal dunia beberapa hari. Maria Assunta Pallota meninggal dunia pada 7 April 1905 di Tong Eul Keou, Cina. Pada 7 November 1954 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 7 November: St. Gratia Kotar

BEATO GRATIA KOTAR, PENGAKU IMAN
Gratia lahir pada 27 Oktober 1438 di Mulla, Cattaro, Dalmatia. Ia adalah putera seorang nelayan. Ketika beranjak dewasa, Gratia mengikuti jejak ayahnya, menjadi seorang pelaut. Suatu ketika ia pergi ke Venice dan mampir di Gereja St. Stephen. Ia mendengar homili Simon dari Camerion, seorang Agustinian. Ia terpanggil untuk bergabung dengan Ordo St. Agustinus di biara Monte Ortone.
Gratia bertugas di kebun dan jika memiliki waktu luang ia menghabiskannya dengan berdevosi kepada Sakramen Mahakudus. Gratia kemudian dipindahkan ke biara San Cristoforo di Murano, Venice. Banyak orang meminta doa darinya dan banyak mukjizat yang terjadi melalui perantaraannya.
Gratia Kotar meninggal dunia pada 8 November 1508 di Murano, Italia. Pada 6 Juni 1889 ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Sabtu Biasa XXXI - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXXI, Thn B/I
Bac I  Rom 16: 3 – 9, 16, 22 – 27; Injil         Luk 16: 9 – 15;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus memberikan sebuah pengajaran mengenai mamon. Tuhan Yesus berkata, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (ay. 13). Dikatakan bahwa pernyataan ini secara tidak langsung ditujukan kepada kaum Farisi, yang terkenal sebagai hamba uang. Sebagaimana diketahui, orang-orang Farisi termasuk kelompok religius. Hidup mereka terarah kepada aturan-aturan keagamaan. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka mengincar kekayaan. Agama hanyalah sebagai sarana untuk mendapatkan harta kekayaan. Sikap inilah yang dikritik oleh Tuhan Yesus, karena yang dikehendaki Tuhan adalah hidup yang terarah kepada Allah.
Hidup yang terarah kepada Allah ditampilkan Paulus dengan sederhana dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus banyak menyampaikan salam, baik kepada maupun dari pribadi-pribadi, yang hidup bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk kemuliaan Allah. Mulai dari Priskila dan Akwila, rekan sekerja dalam Kristus Yesus (ay. 3), hingga Erastus dan Kwartus (ay. 23). Kepada mereka semuanya itu Paulus menegaskan sikapnya, yaitu kemuliaan Allah sampai selama-lamanya. Di sini Paulus mau mengajak umat untuk hanya berpegang dan setia kepada Kristus.
Hidup manusia penuh dengan pilihan. Jika salah memilih, maka dapat berakibat buruk. Demikian pula dalam hidup beriman. Kita dihadapkan pada dua pilihan: Allah atau Mamon. Kita diminta untuk menentukan satu pilihan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menjatuhkan pilihan pada Allah. Bagi Dia-lah kemuliaan sampai selama-lamanya. Akan tetapi perlu disadari bahwa pilihan itu menuntut konsekuensi, yaitu kesetiaan.***
by: adrian