Senin, 04 November 2013

(Inspirasi Hidup) Kasih Ibu

TELINGA UNTUK KAMU


"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi.
Anak lelaki itu terisak-isak sambil berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.


"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.

Orang Kudus 4 Novermber: St. Emerik

SANTO emerik, PENGAKU IMAN

Emerik adalah putera Raja Santo Stefanus dari Hungaria (997 – 1038). Ia lahir pada tahun 1007 dan meninggal dunia pada tahun 1031. Beliau adalah pewaris takhta kerajaan ayahnya. Namun sayang sekali karena ia meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda dalam suatu kecelakaan sewaktu berburu di hutan. Sangat sedikit berita diketahui tentang hidupnya, kecuali bahwa ia dikuburkan di Szekesfehervar, Hungaria, dan dinyatakan ‘kudus’ bersama ayahnya pada tahun 1083.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa XXXI - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXXI, Thn C/I
Bac I   : Rom 11: 29 – 36;  Injil   : Luk 14: 12 14

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal memberi tanpa menuntut balas. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Paulus melihat bahwa Allah telah memberikan kasih karunia-Nya kepada manusia tanpa menuntut balas. Oleh karena itulah, meskipun manusia tidak menanggapinya, Allah tidak menyesal (ay. 29). Bahkan mereka yang tidak menunjukkan kesetiaan pada Allah, tetap diperhatikan-Nya (ay. 32).

Semangat Allah inilah yang hendak ditanamkan Yesus kepada para murid-Nya. Dalam Injil Yesus mengajarkan mereka untuk berbuat baik tanpa menuntut balas. Hal ini diungkapkan lewat perbandingan perjamuan pesta. Yesus mengajak mereka untuk mengundang mereka yang “tidak mempunyai apa-apa untuk membalas kepadamu.” (ay. 14). Di sini mau ditekankan bahwa berbuat baik itu merupakan suatu bagian dari hidup; bukan suatu tugas atau kewajiban yang darinya akan ada imbalan.

Dewasa ini manusia selalu menuntut imbalan atas sesuatu yang dikerjakannya. Semangat ini dikenal dengan istilah do ut des atau istilah lain “Tak ada makan siang yang gratis.” Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk menghapus semangat itu. Kita diajak untuk berbuat baik karena memang kita perlu berbuat baik. Perbuatan baik yang dilakukan hendaknya jangan mempertimbangkan imbalan yang akan didapat.


by: adrian