Jumat, 25 April 2014
(P U I S I) Anonimus

Aku bukan siapa-siapa
Namaku tak
ada guna bagi siapa juga
Aku bukan
apa-apa
Diriku
tidaklah bermakna
Aku hanyalah
pelita
Cuma hendak
memberikan cahaya
Supaya
kekelaman segera sirna
Aku hanyalah
manusia tanpa nama
Hanya wajah tanpa muka
Tak bermakna bagi siapa-siapa
Selalu bersuara sumbang bikin bising
telinga
Sehingga orang-orang pun muak menutup mata
Memilih tinggal dalam dunia tanpa cahaya
Diriku hanyalah
pelita
Suaraku
adalah cahaya dalam gulita
Tapi aku
bukan siapa-siapa
Bukan pula
apa-apa
Jakarta, 25 April 2014
by: adrian
Mengenal Injil Markus
PENGANTAR INJIL MARKUS
Sejak akhir abad pertama atau pada awal abad kedua
sesudah Masehi, ada naskah-naskah yang menegaskan bahwa Injil kedua adalah
karya Markus: ia menemani Petrus ke Roma, di situ ia juga bertemu Paulus, dan
menulis secara saksama segala ajaran Petrus.
Sama seperti Injil Matius dan Lukas, lnjil Markus
didasarkan atas tradisi-tradisi lisan mengenai Yesus dari Nazaret, yang ditulis
sedikit demi sedikit. Potongan-potongan teks yang diwariskan dari satu
komunitas ke komunitas lain dilengkapi oleh kesaksian lisan dari mereka yang
mengalami Yesus selama Ia hidup di bumi ini. Markus menulis Injilnya untuk
suatu tipe komunitas tertentu: Ia berbicara kepada orang-orang Kristen yang
berasal dari kekafiran dan ingin mewartakan misteri Yesus, Putra Allah, dengan
menciptakan perkataan dan perbuatan yang menjadi sarana yang digunakan Yesus
untuk menyatakan diri-Nya kepada bangsa manusia.
Berbeda dengan Injil Matius dan Lukas yang memberi
suatu prakata pada Injil mereka dengan dua bab yang berbicara tentang masa
kanak-Kanak Yesus, dan berbeda juga dengan Injil Yohanes yang menempatkan pada
awal Injilnya suatu, pembukaan yang sangat mengagumkan, Markus berpegang pada
pola katekese primitif. Kisah Para Rasul mengatakan kepada kita tentang awal
dan akhir dari pewartaan ini yang dilakukan oleh jemaat di Yerusalem. Pada
waktu itu ketika Petrus sedang mencari seorang pengganti Yudas, ia berkata,
"Carilah seseorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan
kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan
Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga" (Kis 1:21-22).
Orang Kudus 25 April: St. Markus
SANTO MARKUS, PENGARANG INJIL
Markus,
pengarang Injil berasal dari Yerusalem. Rumah mereka biasanya digunakan sebagai
pertemuan umat Kristen. Ketika Petrus dipenjarakan, banyak sekali orang Kristen
berkumpul di sana dan berdoa bagi keselamatan Petrus. Setelah dibebaskan
malaikat, Petrus pergi menemui umat di rumah Markus. Semasa mudanya, Markus
telah bertemu dengan Yesus, tetapi tidak menjadi seorang murid-Nya.
Dalam
injilnya, Markus menceritakan bahwa ketika Yesus ditangkap dan digiring ke hadapan
mahkamah agung, seorang anak muda mengikuti-Nya dari belakang. Para serdadu
hendak menangkap orang muda itu, tetapi dengan cepat pemuda itu meloloskan diri
darinya. Besar kemungkinan orang muda itu adalah Markus sendiri, karena
peristiwa ini hanya terdapat dalam Injil Markus saja.
Markus
ini disebut juga Yohanes Markus. Ia adalah keponakan Barnabas. Ia ditobatkan
dan dipermandikan oleh Petrus. Markus menemani Paulus dan Barnabas dalam
beberapa perjalanan misi: perjalanan pertama ke Antiokia (Kis12:25) dan
kemudian ke Siprus (Kis 13:4-5). Karena beberapa alasan, Markus kembali ke
Yerusalem (Kis1 3:13). Ketika mereka mau melakukan perjalanan kedua, Barnabas
mendesak agar Markus pun ikut serta, namun Paulus menolak hal itu sehingga
terjadilah perpecahan antara Paulus dan Barnabas. Lalu Paulus pergi ke Asia
kecil ditemani oleh Silas sedangkan Barnabas bersama Markus pergi ke Siprus
(Kis 15:36-41). Dari permohonan Paulus kepada Timotius (2Tim 4:11) agar Markus
mengunjunginya di penjara, dapatlah kita ketahui bahwa Paulus sangat
membutuhkan Markus.
Dalam
suratnya yang pertama, Petrus mengirimkan salam dari Roma, dari "anakku,
Markus" (1Pet 5:13). Hal ini -- diperkuat oleh tradisi purba dan nada
Injil Markus -- memberikan kepastian bahwa Markus juga adalah rekan atau orang
yang dekat dengan Petrus. Di Roma, Markus menjadi pembantu Petrus. Ia menjadi
juru bicara Petrus. Tentang hal ini dikatakan bahwa Markus dengan teliti
mencatat segala sesuatu yang diingatnya tentang ucapan-ucapan Petrus kepada
orang banyak.
Setelah
Santo Petrus dan Paulus dibunuh oleh Kaisar Nero, Markus berangkat ke Mesir dan
di sana ia disebut oleh Hieronimus sebagai "bapa para pertapa di gurun
pasir Mesir". Kemudian ia menjadi Uskup Aleksandria dan dibunuh karena
Kristus. Jenazahnya kemudian dibawa ke Venesia dan relikuinya disimpan di
Basilika Santo Markus. Tanggal lahir dan kematiannya tidak diketahui dengan
pasti. Lambangnya sebagai pengarang Injil adalah singa, raja gurun pasir, yang
diambil dari permulaan injilnya yang menyinggung gurun pasir.
Renungan Hari Jumat Oktaf Paskah, Thn A
Renungan Hari Jumat Oktaf
Paskah, Thn A/II
Bac I : Kis 4: 1 – 12; Injil : Yoh 21: 1 – 14;
Dalam Injil hari ini kita akan mendengarkan kisah lain
tentang perjumpaan Yesus dengan para rasul, yaitu Petrus, Tomas, Natanael dan
lainnya. Perjumpaan itu terjadi di tepi danau. Para rasul ini, setelah
kekecewaan akan kematian Yesus, kembali kepada keseharian mereka. Sebagai seorang
nelayan, laut adalah dunia mereka. Dan mereka hendak pergi mencari ikan. Dan di
sinilah mereka berjumpa dengan Yesus, dalam kesibukan tugas harian mereka. Di sini
hendak dikatakan bahwa ternyata Yesus dapat ditemui dalam kehidupan harian asal
kita membuka mata iman.
Hal inilah yang hendak dikatakan Petrus dalam bacaan pertama.
Di hadapan sidang yang diselenggarakan Imam Besar, Petrus mengatakan bahwa
mujizat itu terjadi karena Yesus yang telah mereka salibkan namun bangkit
kembali. Petrus mau menyatakan bahwa dengan mata iman, mereka dapat melihat
Yesus yang hadir dan menyembuhkan. Namun satu hal yang hendak disampaikan Tuhan
lewat bacaan pertama ini adalah pewartaan yang dilakukan Petrus. Dalam keadaan
terdesak, Petrus tetap mewartakan Yesus yang bangkit.
Hari ini sabda Tuhan mau menyampaikan dua hal kepada kita. Pertama, kita dapat berjumpa dengan
Yesus dalam keseharian kita, dalam setiap aktifitas harian kita. Kuncinya adalah
keterbukaan mata iman kita. Jadi, Yesus tidak hanya ditemukan dalam gereja
saja, melainkan juga di luar gereja, dalam kehidupan harian kita. Kedua, mewartakan Yesus tidak tergantung
situasi enak dan baik. Kemarin kita sudah diingatkan bahwa kita adalah saksi
atas semua itu. Kita terpanggil untuk mewartakan Yesus. Oleh karena itu, dalam keadaan
apapun kita tetap terpanggil untuk mewartakan Yesus dan karya penebusan-Nya.
by: adrian
Langganan:
Postingan (Atom)