Sabtu, 30 Januari 2016

Orang Kudus 30 Januari: St. Yasinta Mariscotti

SANTA YASINTA MARISCOTTI, PENGAKU IMAN
Yasinta Mariscotti lahir pada tahun 1585 di dekat Viterbo, Italia. Ia adalah puteri dari Marc Antonio Mariscotti dan Ottavia Orsini. Yasinta dibaptis dengan nama Clarice. Ia memperoleh pendidikan pada biara Fransiskan. Dari sini ia kemudian bergabung dalam ordo ketiga Fransiskan di biara St. Bernardine di Viterbo. Yasinta mengikuti saudaranya yang sudah lebih dahulu bergabung.
Pada masa itu Yasinta masih hidup penuh dengan kemewahan duniawi, baik dalam hal makanan, pakaian atau juga barang-barang lainnya. Suatu ketika Yasinta jatuh sakit, dan seorang imam hendak memberinya komuni. Ketika mendengarkan pengakuan Yasinta, imam itu sangat terkejut sehingga ia menegur keras Yasinta.
Yasinta mengikuti kata-kata bapa pengakuannya dan menyingkirkan segala hal duniawi yang ia miliki. Yasinta melakukan pertobatan keras dengan hidup menderita, seperti berjalan tanpa alas kaki, dan tidur di atas papan. Yasinta juga berdevosi terhadap penderitaan Kristus, dan dengan pertobatannya, ia menjadi teladan bagi para biarawati di biaranya.
Yasinta mendirikan kelompok Sacconi yang mendedikasikan karyanya bagi orang-orang lanjut usia dan orang miskin. Yasinta Mariscotti meninggal dunia pada tahun 1640 di Viterbo, Italia. Pada 1 September 1726 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIII, dan pada 24 Mei 1807 ia dikanonisasi oleh Paus Pius VII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 30 Januari: St. Sebastianus

BEATO SEBASTIANUS, IMAM
Sebastianus berasal dari keluarga miskin. Keluarganya sangat mengharapkan agar ia membantu menghidupi keluarganya. Tetapi cita-citanya untuk menjadi seorang imam lebih mengugah dan menarik hatinya daripada keadaan keluarganya yang serba kekurangan itu. Sebastianus akhirnya memutuskan masuk seminari dan mengikuti pendidikan imamat.
Banyak sekali tantangan yang ia hadapi selama masa pendidikan itu, terutama karena ia kurang pandai untuk menangkap semua mata pelajaran yang diajarkan. Ia sendiri sungguh insyaf akan kelemahannya. Satu-satunya jalan keluar baginya adalah dengan melipat-gandakan usaha belajarnya.
Perjuangannya yang gigih itu akhirnya memberikan kepadanya hasil akhir yang menyenangkan. Ia mencapai cita-citanya menjadi imam. Karyanya sebagai imam dimulainya di Torino. Sebagaimana biasa, ia selalu melakukan tugasnya dengan rajin, sabar, bijaksana dan penuh cinta kepada umatnya. Tarekatnya sungguh senang karena mendapatkan seorang anggota yang sungguh-sungguh menampilkan diri sebagai tokoh teladan dalam perbuatan-perbuatan baik. Selama 60 tahun ia mengabdikan hidupnya pada Tuhan, Gereja dan umatnya.
Tuhan berkenan mengaruniakan kepadanya rahmat yang luar biasa, yaitu kemampuan membuat mukjizat. Jabatan Uskup Torino, yang ditawarkan kepadanya, ditolak Sebastianus dengan rendah hati. Sebastianus lebih suka menjadi seorang imam biasa di antara para umatnya. Tentang hal ini Sebastianus berkata, “Apa artinya menjadi Abdi Tuhan? Artinya adalah mengutamakan kepentingan Tuhan daripada kepentingan pribadi; memajukan karya penyelamatan Allah dan Kerajaan-Nya kepada manusia. Semua itu harus dilakukan di tengah-tengah umat.”
Imannya yang kokoh kepada Allah dan kesetiaannya kepada panggilan imamatnya, membuat dirinya menjadi satu terang dan kekuatan kepada sesama manusia, terlebih rekan-rekan imam se-tarekatnya. Sebastianus meninggal dunia pada tahun 1740.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 30 Januari: St. Bronislaus Markiewicz

BEATO BRONISLAUS MARKIEWICZ, PENGAKU IMAN
Bronislaus Bonaventura Markiewicz lahir pada 13 Juli 1842 di Pruchnik, Galizia, Polandia. Ia adalah putera dari John Markiewicz dan Marianna Gryziecka. Bronislaus memperoleh pendidikan Kristen yang kuat dari keluarganya, dan pada saat ia bersekolah, ia juga memperoleh pengalaman terhadap gelombang anti-agama pada saat bersekolah di Przemysl. Bronislaus kemudian memutuskan untuk measuk seminari tinggi di Przemysl pada tahun 1863, dan pada 15 September 1867 ia ditahbiskan menjadi imam.
Bronislaus berkarya di Paroki Harta dan melanjutkan pendidikan di Universitas Leopoli dan Cracow. Pada tahun 1875 ia menjadi pastor di Gac, kemudian pada tahun 1877 ia menjadi pastor di Blazowa. Tahun 1882 ia menjadi pengajar teologi pastoral di seminari tinggi Przemysl. Bronislaus senang berkarya dengan mengajar iman kepada para tahanan, dan menghabiskan waktu dengan orang miskin, terutama orang muda.
Mengikuti panggilan hatinya, Bronislaus pergi ke Italia pada bulan November 1885 dan bergabung dengan Kongregasi Salesian pada 25 Maret 1887. Ia sangat senang ketika ia dapat bertemu dan belajar langsung dari Santo Yohanes Bosko.
Bronislaus sempat menderita penyakit tuberculosis dan hampir meninggal dunia pada tahun 1889. Pada 23 Maret 1892 ia kembali ke Polandia dan berkarya di Miejsce Piastowe, Przemysl. Ia membuka institute bagi anak-anak muda yang miskin maupun yatim piatu.
Pada tahun 1897 Bronislaus mendirikan dua kongregasi dengan spiritualitas Santo Yohanes Bosko. Setelah memperoleh pengakuan dari keuskupan setempat, ia menjadi direktur untuk serikat yang ia namakan “Kesederhanaan dan Bekerja”. Kongregasi ini baru mendapat pengakuan pada tahun 1921 dan 1928 untuk kongregasi perempuan. Kongregasi ini kemudian mengambil nama Kongregasi Santo Mikael Malaikat Agung/Congregatio Sancti Michaelis Arshangeli (CSMA). Pada tahun 1903 Bronislaus membuka rumah baru di Pawlikowice.
Bronislaus Markiewicz meninggal dunia pada 29 Januari 1912 di Miejsce Piastowe, Przemysl, Polandia. Pada 19 Juni 2005 ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang diwakili oleh Kardinal Josef Glemp.
Baca juga orang kudus hari ini: