“Dan barangsiapa mencari agama selain islam,
dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” [QS 3:
85]
Al-Qur’an merupakan pusat spiritualitas islam. Umat islam menyakini Al-Qur’an
langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung”
ini. Versi pertama memahami Al-Qur’an, sebagai sebuah kitab yang utuh diberikan
langsung kepada nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu
pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat
menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Tentulah waktu itu sudah
ada kitab, yang belakangan dikenal dengan nama Al-Qur’an, sehingga malaikat menyuruh
Muhammad untuk membacanya. Versi lain memahami bahwa wahyu
Allah SWT diturunkan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi
besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah (jaraknya kurang lebih 450 km). Makna “langsung” di sini Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada
Muhammad, dan kemudian ditulis. Kumpulan tulisan wahyu Allah ini kemudian
dikumpulkan, dan jadilah Al-Qur’an.
Mau versi pertama atau kedua, tetap saja Al-Qur’an itu
adalah wahyu Allah. Apa yang tertulis di dalamnya, kecuali penomoran dan juga
beberapa kata/frase yang ada dalam tanda kurung) merupakan perkataan Allah
sendiri. Dengan demikian, kutipan ayat di atas harus dipercaya sebagai
kata-kata Allah, yang disampaikan kepada Muhammad. Berhubung surah ini masuk
dalam kelompok surah madaniah, maka bisa dipastikan kutipan ayat di atas
dikatakan Allah saat Muhammad berada di Madinah. Bisa dibayangkan pada waktu
itu Allah berkata bersabda kepada Muhammad, “Dan barangsiapa mencari agama
selain islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang
rugi.”
Berhubung Al-Qur’an hanya sebatas kumpulan wahyu Allah, dimana sering terjadi juga antara ayat yang satu dengan ayat yang lain tidak ada kaitan, maka sering orang menemukan maksud asli wahyu Allah tersebut. Memang Allah sendiri sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah keterangan yang jelas. Misalnya seperti kutipan wahyu Allah di atas. Orang sulit memahami karena tidak tahu persis konteks historisnya, apa latar belakang di balik perkataan Allah tersebut, kenapa Allah mengeluarkan pernyataan seperti itu dan apa maksud tujuannya.