Kamis, 19 Agustus 2021

PAHAM KERAJAAN ALLAH PADA JAMAN YESUS


 

A. Beberapa Paham Kerajaan Allah

Pada masa Yesus, bahkan sebelum kehadiran-Nya, sudah berkembang beberapa paham Kerajaan Allah. Paham ini begitu hidup di tengah umat. Dan keberadaan paham ini sering membuat manusia terbagi dalam kelompok-kelompok, berdasarkan paham tersebut. Berikut ini adalah paham Kerajaan Allah yang ada pada masa Yesus.

1. Kerajaan Allah yang bersifat Politis

Paham Kerajaan Allah bersifat politis ini beranggapan bahwa: Kerajaan Allah yang damai dan sejahtera hanya akan terwujud bila Allah tampil sebagai seorang tokoh politik yang dengan gagah berani mampu memimpin bangsa Israel melawan penjajah Romawi dan para penindas rakyat. Paham Kerajaan Allah seperti ini hidup di kalangan kaum zelot dan sicarii

2. Kerajaan Allah yang Bersifat Apokaliptis

Paham Kerajaan Allah yang bersifat Apokaliptis ini memandang: Kerajaan Allah akan tercapai bila Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan bumi. Pada saat itulah Allah akan membangkitkan suatu dunia baru. Dan mereka menganggap penderitaan yang dialami bukan akhir segala-galanya, kelak pada akhir zaman Allah akan menegakkan Kerajaan-Nya dan membebaskan manusia dari segala penderitaan. Paham Kerajaan Allah seperti ini hidup di kalangan kaum esseni.

3. Paham Kerajaan Allah yang Bersifat Yuridis-Religius

Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan pada akhir zaman Allah menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi sekalian bangsa. Mereka memandang Hukum Taurat sebagai wujud Kekuasaan Allah yang mengatur manusia.

Maka mereka yang sekarang taat kepada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan apa yang dituntut dalam hukum Taurat mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Mesias sebagai tokoh agama yang mampu menegakkan hukum Taurat. Inilah paham Kerajaan Allah yang diyakini oleh para tokoh agama Yahudi yakni Para Imam, Ahli Taurat, kaum Farisi dan juga saduki.

B. Bagaimana pandangan Yesus sendiri tentang Kerajaan Allah?

Tema pokok pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1:15). Kerajaan Allah, yaitu

v Allah yang datang sebagai Raja, sudah dekat.

v Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan segera.

v Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:15; 13:29;Mat 10:7), sudah diambang pintu (Luk 17:20-21,37).

Walaupun pewartaan Kerajaan Allah sudah ada sebelum Yesus, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam agama Yahudi, bagi Yesus pewartaan Kerajaan mempunyai arti yang khusus.

Ø  Pertama karena Kerajaan Allah paling pokok dalam sabda dan karya Yesus.

Ø  Kerajaan mempunyai ciri-ciri khas dalam pewartaan Yesus.

Ø  Bagi Yesus kedatangan Kerajaan mendesak, karena kemalangan manusia hampir  tidak tertahan lagi.

Ø  Maka belas-kasihan dan kerahiman Allah juga tidak akan tertunda lagi.

Ø  Kemalangan menjadi tanda kedatangan Allah yang maharahim.

Pewartaan Kerajaan adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu  merupakan warta pengharapan. Kerajaan Allah berarti

a)   Allah turun tangan untuk menyelamatkan,

b)   Allah membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (lih. Luk 10:18).

Maka sabda Yesus tertuju kepada orang yang menderita (lih. ”Sabda bahagia”: Luk 6:20-23 dsj.). Pewartaan Yesus bukan janji-janji lagi. Dan dalam diri Yesus, Kerajaan Allah telah datang, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Baca Luk 4:14-32).

Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ditujukan untuk:

Pertobatan manusia. Ia memanggil orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang. Dalam hubungan ini mengesanlah betapa ditekankan oleh Yesus sifat “rahmat” Kerajaan: “Bapa memberikan Kerajaan” (Luk 12:32; juga 22:29). Oleh karena itu orang harus menerima Kerajaan “seperti kanak-kanak” (Mrk 10:14 dsj.; lih. juga Luk 6:20 dsj.).

Tawaran rahmat itu sekaligus merupakan tuntutan mutlak: “Kamu tidak dapat sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada mamon (uang)” (Mat 6:24). Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik, sebab Kerajaan Allah, kendatipun berarti Allah dalam kerahiman-Nya, juga merupakan kenyataan bagi manusia.

Kerajaan Allah harus diwujud-nyatakan dalam kehidupan manusia. Pengharapan akan Kerajaan tidak tertuju kepada suatu peristiwa yang akan terjadi dalam masa yang akan datang, melainkan diarahkan kepada Allah sendiri dan menjadi kenyataan dalam penyerahan itu sendiri, kalau manusia boleh bertemu dengan Allah. Dan itu bisa terjadi saat ini.

Menurut intisarinya, Sabda Bahagia berasal dari Yesus sendiri. Versi yang tertua barangkali termaktub dalam Luk 6:20b-21: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagilah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.”

Yang menarik perhatian yaitu intisari Sabda itu menyatakan sebagai “berbahagia” bukan orang-orang saleh melainkan orang miskin, orang lapar, dan orang yang menangis.

Dengan demikian Yesus memaklumkan suatu “revolusi” yang membalikkan nilai-nilai dan tata hubungan. Maksud Sabda Bahagia itu dapat diuraikan sekitar pokok-pokok ini:

1.    Ketegangan eskatologis yang mewarnainya yang dituju oleh sabda-sabda ini. Ketegangan eskatologis ini terungkap dalam pewartaan bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat”. Ungkapan ini berarti rangkap: di satu pihak Kerajaan Allah sudah terasa sekarang ini, tetapi di pihak lain penyelesaiannya belum tiba dan kesempurnaannya masih dinanti-nantikan Oleh karena itu, terdapat ketegangan antara “sudah” dan “belum”.

2.    Sikap hidup mereka, dan siapakah yang secara konkret termasuk golongan mereka yang dinyatakan berbahagia oleh Yesus.

3.    Sekarang pemerintahan Allah sudah membayangi dunia kita ini, tetapi belum datang dalam kesempurnaannya. Dengan kata lain, masa depan sudah mulai saat ini.

Mengapa orang “miskin” atau “sengsara” ini dinyatakan berbahagia oleh Yesus? Ucapan “berbahagialah, hai kamu...” ada sangkut pautnya dengan

§  sikap hidup atau cara hidup yang dapat dimiliki justru oleh orang-orang “miskin” atau “sengsara”

§  mereka yang miskin dan menderita, singkatnya yang tidak memiliki apa-apa dan tak berdaya di dunia ini, paling condong mengharapkan segalanya dari Tuhan.

§  Satu-satunya sandaran mereka ialah Tuhan.

§  Satu-satunya kekayaan dan kekuatan mereka adalah Tuhan.

§  Tuhan adalah segala-galanya untuk mereka. Mereka inilah yang dinyatakan berbahagia oleh Yesus.

Sebaliknya mereka yang merasa diri mempunyai andil dan mempunyai kekuatan sendiri, misalnya karena kesalehannya, tak terpikirkan oleh Yesus untuk disapa “berbahagia”. Kiranya jelas yang berbahagia ialah mereka yang menerima Allah sebagai satu-satunya raja mereka.

Untuk itu mereka rela melepaskan raja-raja yang lain, seperti harta dan kehormatan, dan rela pula mempertaruhkan segala-galanya, termasuk diri mereka sendiri, demi Sang Raja. Bukankah sikap ini sikap yang dihayati oleh Yesus sendiri.

Kepada orang-orang yang cara hidupnya sama dengan cara hidup yang dipilih Yesus inilah yang dinyatakan berbahagia. Mengapa? Karena sikap orang-orang ini cocok untuk menantikan kerajaan Allah, malah untuk sekarang pun sudah dibayangi oleh sukacita besar di tengah-tengah lembah duka kehidupan mereka.

Allah akan menghibur, memuaskan dan menjadikan mereka anak-anak-Nya. Tetapi masih ada satu pertanyaan yang mengganjal: adakah dengan kedelapan Sabda Bahagia-Nya Yesus mau menganjurkan dan mempertahankan kemiskinan, kelaparan, pengangguran, dan penderitaan di bumi ini? Jelas tidak. Dengan kedelapan Sabda Bahagia-Nya, Yesus mau mengatakan bahwa:

o   Kekayaan dan kekuatan kita hanya terletak pada Allah.

o   Dengan bersandar pada kekuatan Allah itu, kita harus berjuang menyingkirkan semua penderitaan di dunia ini.

o   Dalam diri Yesus, Allah yang menjadi manusia, Allah mulai mengubah sejarah umat manusia menjadi lebih sejahtera.

o   Yesus berkeliling di Palestina sambil menyembuhkan orang sakit, melegakan orang cemas dan gelisah, membebaskan orang yang tertekan jiwa raganya, bahkan membangkitkan orang mati, dan sebagainya.

Akan tetapi, kapan suasana kasih, adil, dan damai itu tercipta? Ada kesan Allah tidak atau belum memerintah di bumi ini. Ada pembunuhan, pemerkosaan, penindasan, korupsi, perkelahian, dan sebagainya. Ada perang antarnegara, pesawat yang dibajak, orang-orang yang lapar, kecelakaan lalu lintas, banjir dan tanah longsor yang menelan ratusan jiwa, dan sebagainya.

Melihat semua itu, kita bisa berkesimpulan: tidak ada kerajaan Allah di bumi ini. Sekurang-kurangnya belum ada. Memang kerajaan Allah belum terlaksana dengan sepenuh-penuhnya, tetapi sudah mulai nyata. Sebab melalui Yesus, pemerintahan Allah sudah mulai menerobos masuk ke dalam dunia yang rusak ini. Sejak kedatangan Yesus, lebih-lebih sejak kebangkitan-Nya dari alam maut dan sejak turunnya Roh Kudus atas orang-orang yang percaya kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini. Ia mulai meraja dengan sepenuh-penuhnya baru dalam diri Yesus, sebab hanya Dialah yang seluruhnya dirajai Allah.

Tetapi mulai dari Yesus, pemerintahan Allah semakin meluas, sebab setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja-Nya) menawarkan keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya. Dengan demikian terbukalah jalan bagi pemerintahan Allah di dunia ini, sehingga kita dapat pula melihat daftar peristiwa-peristiwa cerah yang membawa banyak harapan.

3. Kesimpulan:

a.    Kata “Kerajaan Allah” bukan berarti daerah kekuasaan Allah. “Kerajaan Allah” berarti Allah sendiri yang tampil sebagai Raja.

b.    Paham Kerajaan Allah yang hidup dalam masyarakat Yahudi pada masa Yesus:

- Kerajaan Allah yang bersifat Politis

- Kerajaan Allah yang bersifat Apokaliptis

- Paham Kerajaan Allah yang bersifat Yuridis-Religius

c.    Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus

§  Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan segera.

§  Pewartaan Kerajaan Allah adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu merupakan warta pengharapan.

§  Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan, untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan. Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia. Ia memanggil orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang.

§  Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik.

d.   Akan situasi dunia saat ini dimana kita melihat banyak pembunuhan, pemerkosaan, penindasan, korupsi, perkelahian, dan sebagainya. Ada kesan Allah tidak atau belum memerintah di bumi ini. Memang kerajaan Allah belum terlaksana dengan sepenuh-penuhnya, tetapi sudah mulai nyata. Sebab melalui Yesus, pemerintahan Allah sudah mulai menerobos masuk ke dalam dunia yang rusak ini. Sejak kedatangan Yesus, lebih-lebih sejak kebangkitan-Nya dari alam maut dan sejak turunnya Roh Kudus atas orang-orang yang percaya kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini. Ia mulai meraja dengan sepenuh-penuhnya baru dalam diri Yesus, sebab hanya Dialah yang seluruhnya dirajai Allah. Tetapi mulai dari Yesus, pemerintahan Allah semakin meluas, sebab setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja-Nya) menawarkan keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya.

e.    Untuk dapat menjadi warga Kerajaan Allah kita dapat belajar dari “Sabda Bahagia” yang diwartakan Yesus yaitu dalam hidup sepenuhnya kita harus menyandarkan diri kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan. Untuk itu kita harus rela melepaskan raja-raja yang lain, seperti harta dan kehormatan, dan rela pula mempertaruhkan segala-galanya, termasuk diri sendiri, demi Sang Raja.

1 komentar: