Satu
ancaman terbesar terhadap demokrasi adalah normalisasi ketidak-dilan sosial dan
ketidak-setaraan ekonomi. Keduanya masih sangat terabaikan sehingga orang-orang
yang terdampak melakukan aksi protes kemudian dicap sebagai pembuat onar yang
berbahaya. Demikian pernyataan Paus Fransiskus, saat bertemu para hakim dari
Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan di Vatikan pada 4 Juni lalu.
Orang miskin dan lemah sering tidak dipedulikan oleh para penguasa.
Sementara
teknologi menawarkan “kenikmatan yang berlimpah dan menyenangkan kepada sedikit
orang yang bahagia,” ujar Paus Fransiskus, ribuan orang miskin bahkan tidak
mempunyai rumah yang layak. “Sistem politik ekonomi, terkait perkembangannya
yang baik, harus memastikan bahwa demokrasi bukan sekedar soal nominal tetapi
bisa diungkapkan dalam aksi-aksi konkret yang menjaga martabat semua orang atas
dasar kebaikan bersama, dalam sebuah panggilan akan solidaritas dan keberpihakan
kepada orang miskin,” lanjut Paus Fransiskus.
Paus
Fransiskus berbicara pada hari terakhir “Pan-American Judges Summit” yang
digelar pada 3 – 4 Juni dan yang disponsori oleh Akademi Kepausan untuk Ilmu
Sosial. Bertema “Hak Sosial dan Doktrin Fransiskan”. Pertemuan tersebut
berfokus pada solusi untuk mengatasi ketidaksetaraan dan menjamin hak
masyarakat untuk tierra, techo y trabajo (tanah,
rumah dan pekerjaan).
Paus
Fransiskus berterima kasih kepada peserta pertemuan atas karya mereka dalam
membela hak semua orang khususnya orang-orang yang paling lemah. Para hakim
“membantu negara untuk tidak meninggalkan fungsi yang paling mulia dan utama:
menjaga kesejahteraan warga mereka.” Semakin berkurangnya perhatian terhadap
hak-hak sosial – yang sering kali dianggap oleh sejumlah orang sebagai
“doktrin” karena “kuno, tidak modern dan tidak memberi kontribusi kepada
masyarakat” – adalah alasan untuik memberikan perhatian, papar Paus Fransiskus.