Tahun
2018 dan tahun 2019 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia, karena pada
tahun tersebut akan dilangsungkan pesta demokrasi: Pemilihan Umum (Pemiliu).
Ada dua Pemilu yang akan diselenggarakan, yaitu Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada), yang akan diadakan serentak di 171 propinsi dan kabupaten/kota pada
Juni 2018, dan Pemilihan Presiden di tahun 2019.
Nuansa
politik pertarungan sudah mulai terasa saat ini. Akan tetapi, jika dicermati,
pertarungan ini bukan terjadi antar partai-partai politik yang ada, melainkan
pertarungan antara islam dan nasionalis. Ada dua kelompok yang bertarung, yaitu
kelompok islam, yang diwakili oleh islam garis keras, dan kelompok nasionalis,
yang diwakili oleh partai-partai yang memperjuangkan kesatuan dan kesejahteraan bangsa.
Melihat
peta pertarungan ini, dapatlah disimpulkan dua kepentingan di balik pertarungan
tersebut. Kelompok islam ingin supaya kepentingan islam diakomodasi di negeri
ini, seperti penerapan syariah islam. Bukan tidak mungkin dasar negara pun akan
diubah. Sementara partai-partai nasionalis berjuang untuk kepentingan rakyat Indonesia, menjaga keutuhan bangsa yang berdasarkan pada Pancasila, UUD 1945
dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kelompok
islam garis keras berjanji akan melakukan kampanye melawan sejumlah partai
politik nasionalis menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan
berlangsung secara serentak di beberapa wilayah Indonesia tahun 2018 dan
Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019. Salah satu target utama mereka adalah
Presiden Joko Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Kelompok
islam ini akan menggunakan cara seperti yang mereka lakukan ketika mengalahkan
Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Hal ini ditegaskan oleh Ansufri Idrus
Sambo, seorang tokoh muslim. Dia mengatakan bahwa taktik yang dipakai untuk
melawan Ahok dengan mengerahkan aksi massa akan dilakukan lagi. “Kami akan
memonitor setiap wilayah untuk memastikan bahwa umat islam memilih kandidat
yang sejalan dengan misi kami,” ujar Idrus. Kata "kami" di sini sudah bisa dipastikan merujuk pada umat islam. Dengan kata lain, perjuangan mereka hanya ditujukan untuk kepentingan islam, sementara umat lain, sebagaimana perintah dalam Al-Qur'an, bila perlu dimusnahkan.