Rabu, 29 Juli 2020

KISAH BEJO DAN TUKANG CUKUR


Seorang tukang cukur sedang berdialog dengan pelanggannya yang rupanya adalah seorang pengusaha. Di sebuah pembahasan, dia mengatakan bahwa di kampungnya ini ada anak yang sangat bodoh. Sebut saja namanya Bejo. Dia mengatakan bahwa si Bejo ini anak yang tidak bisa berhitung.

Tak lama setelah diperbincangkan muncullah si Bejo di luaran pintu tukang cukur. Dengan bangganya si tukang cukur ini ingin menunjukkan kebenaran dari ceritanya ini tadi kepada pelanggannya.

“Bejo, sini! Ini ada uang Rp 1.000 dan Rp 5.000, kamu pilih yang mana?”

Dengan sigap si Bejo menyambar uang seribuan tukang cukur tersebut kemudian berlari. Dan nampak si tukang cukur tertawa lantang melihat apa yang dilakukan Bejo sesuai dengan prediksinya. 

Si pelanggan pun terheran dengan perilaku Bejo tersebut. Maka setelah potong, dia memutuskan untuk mencari si Bejo. Dan akhirnya dia menemukan Bejo sedang asyik menikmati es krim di kursi taman.

“Hei nak, kamu yang tadi di tempat tukang cukur tadi kan?

“Iya pak, ada apa?”

SEBUAH PESAN DARI FILM THE AMAZING SPIDER-MAN

Minggu siang (28 Juli) saya nonton film The Amazing Spider-man di televisi stasiun FOX Movie. Dalam adegan puncak diperlihatkan perjuangan spiderman untuk menggagalkan niat jahat The Lizard (manusia kadal). Namun Spiderman mendapat hambatan dari polisi. Kepala Kepolisian, yang adalah ayah Gwen (pacar si Spiderman), memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Spiderman.
Tentu kita akan bertanya, kenapa harus Spiderman dan bukannya the lizard? Bukankah the lizard itu jahat? Bukankah polisi bertugas membasmi yang jahat? Kenapa Spiderman yang diurusi? Padahal Spiderman tak pernah melakukan kejahatan dan tak punya niat jahat kepada warga kota. Malahan Spiderman membantu polisi dalam memberantas kejahatan.

Nah, inilah letak masalahnya. Memang Spiderman mirip seperti polisi dalam memberantas kejahatan. Namun cara Spierman dalam menangani penjahat di luar batas kebiasaan; tidak seperti polisi. Jadi, di sini ada pertentangan antara kebiasaan dan keluarbiasaan. Polisi ingin agar penanganan kejahatan harus seperti biasanya. Mereka tidak mau menerima cara di luar kebiasaan, sekalipun cara tersebut memiliki tujuan yang sama dengan mereka dan lebih efektif.

Maka the lizard dengan bebas melaksanakan niat jahatnya. Sementara Spiderman, sambill terus memburu the lizard, ia harus bergulat membebaskan diri dari kejaran polisi. Para polisi hanya disibukkan dengan Spiderman.