Senin, 03 Juli 2017

KETIKA UMAT ISLAM & KRISTEN MELIHAT YESUS & MUHAMMAD

Bagi orang islam, orang kristen adalah kafir. Dapat dipastikan banyak umat islam tak paham kenapa orang kristiani disebut demikian. Yang mereka tahu adalah Allah sudah mengatakan demikian. Karena sudah tertulis begitu di Al Quran, maka orang islam pun menyebut para murid Kristus itu sebagai kafir, tak peduli bahwa kata “kafir” merupakan bentuk penghinaan yang luar biasa kasar. Umat islam juga tidak mau bertanya kenapa pada bagian awal Al Quran, orang kristen disebut sebagai ahli kitab, sedangkan bagian lain berubah menjadi kafir.
Ada banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh orang islam terhadap orang kristen. Salah satunya adalah sosok Yesus Kristus, yang bagi umat kristiani diyakini sebagai Tuhan Allah tapi tidak bagi umat muslim. Karena tidak bisa memahami, pada akhirnya mereka “menyerang” atau menyalahkan orang kristen. Umat islam tidak bisa memahami kenapa orang kristen menganggap Yesus itu Allah/Tuhan. Karena masalah inilah orang kristen disebut kafir. (Baca: Memahami Kata Kafir menurut Islam)
Umat islam menolak keallahan Yesus karena didasari pada argumen bahwa Yesus sendiri tak pernah menyebut diri-Nya Allah/Tuhan. Sumber yang dipakai adalah Kitab Suci Perjanjian Baru, khususnya keempat Injil. Malah umat islam sering menggunakan teks Kitab Suci yang seakan “melawan” keallahan Yesus. Misalnya, Markus 12: 29, yang merupakan pengulangan dari Kitab Ulangan 6: 4. Karena itu, umat islam tidak mengerti kenapa orang kristen mengimani Dia sebagai Allah? (Baca: Telaah Kritis atas Pernyataan DR Zakir Naik)
Orang kristen dapat memaklumi kenapa umat islam tak bisa memahami mereka. Dasar utamanya adalah beda cara pandang. Umat islam memakai cara pandangnya, sedangkan orang kristen punya cara pandang tersendiri. Terkait dengan persoalan keallahan Yesus, umat islam bukan cuma mendasarkan diri pada firman Allah dalam Al Quran, tetapi juga berdasarkan pada cara pandang mereka. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, umat islam menolak klaim keallahan Yesus karena Yesus sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya demikian. Orang islam baru dapat menerima klaim itu jika ada pengakuan dari yang bersangkutan. Oleh karena itu, dengan pola pikir seperti ini, umat islam merasa aneh dengan klaim keallahan Yesus oleh orang kristen.
Pola pikir inilah yang sering dipakai oleh orang islam. Kebenaran didasarkan pada pengakuan pribadi, bukan berdasarkan kriteria tertentu. Karena itu, umat islam akan percaya bahwa Hj Irene Handono adalah pakar kristologi karena Irene sendiri menyatakan demikian. Atau, umat islam percaya pada seorang ustadz mualaf, ketika memberi ceramah, yang mengaku sebagai mantan pastor, karena yang bersangkutan memperkenalkan demikian. Masih ada banyak contoh lain lagi. Prinsipnya, umat islam percaya pada kebenaran karena memang sudah dinyatakan demikian.
Berbeda dengan orang kristen. Mereka mendasarkan pada refleksi atas Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Refleksi ini melahirkan kriteria. Dari kriteria inilah akhirnya muncul pengakuan iman bahwa Yesus itu Allah/Tuhan. Pola pikir seperti ini diterapkan juga dalam kehidupan. Karena itu, umat kristen akan langsung tidak percaya dengan klaim Hj Irene sebagai pakar kristologi, atau ustadz mualaf yang mengaku sebagai mantan pastor. Umat kristen akan mengenakan kriteria standar kepada Hj Irene atau ustadz mualaf yang mengaku mantan pastor. Jika memenuhi kriteria tersebut, baru akan diakui kebenarannya.

Acara Perpisahan dengan Fr. Aris