Selasa, 06 Januari 2015

(Pencerahan) Menyikapi Bencana Alam

BERITA KEPADA KAWAN
Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan.
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan.

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap kering rerumputan.
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih.

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya t’lah lama mati ditelan bencana tanah ini.
Sesampainya di laut, kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari.
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit.

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana.
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang 

by: Ebiet G Ade
Baca juga:
2.      Kios Kebenaran
3.      Jangan Suka Menunda

Orang Kudus 6 Januari: St. Didakus Yosef

BEATO DIDAKUS YOSEF, PENGAKU IMAN
Jose Francisco Lopez-Caamano y Garcia-Perez lahir pada 30 Maret 1743 di Cadiz, Spanyol. Ia adalah keturunan raja-raja Visigoth. Setelah kematian ibunya, keluarga Yosef pindah ke Grazalema, dan ia memperoleh pendidikan dari sekolah yang diasuh oleh pada Dominikan. Yosef dikenal sebagai seorang anak yang mengalami kesulitan dalam hal pelajaran-pelajaran yang ia terima. Ia bahkan mendapatkan julukan “si dungu dari Cadiz”.

Yosef banyak menghabiskan waktu senggangnya bersama para biarawan Kapusin di gereja. Yosef tertarik untuk menjadi biarawan. Ia diterima masuk novisiat Ordo Fransiskan Kapusin di Sevilla. Setelah diterima di Ordo Fransiskan, Yosef mengambil nama Didakus Yosef. Pada 31 Maret 1759, Yosef mengikrarkan kaul pertamanya. Pada 24 Mei 1766 ia ditahbiskan menjadi imam.

Yosef kemudian mulai berkotbah. Kotbah-kotbahnya sangat dikagumi banyak orang, karena banyak membicarakan teologi, terutama mengenai Tritunggal Mahakudus dan Santa Maria. Yosef juga mendorong devosi-devosi dan mempromosikan keadilan dan perdamaian. Pada tahun 1768 Yosef mulai berkeliling Spanyol untuk berkotbah dan memperbaiki iman umat di Spanyol.

Selain berkotbah dan memajukan devosi serta keadilan dan perdamaian, Yosef menghabiskan banyak waktunya untuk mendengarkan pengakuan dosa. Hidup Yosef juga sangat keras, bahkan ia sempat ditegur oleh pimpinannya. Yosef juga memperoleh beberapa jabatan seperti anggota inkuisisi Gereja, penguji sinodal hampir dalam semua keuskupan di Spanyol, anggota kanon kehormatan, doktor kehormatan di beberapa univesitas.

Didakus Yosef dari Cadiz, OFM Cap meninggal dunia pada 24 Maret 1801 di Ronda, Malaga, Spanyol. Pada 22 April 1894 ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII (1878 – 1903).

Renungan Hari Selasa sesudah Epifani, Thn B

Renungan Hari Selasa sesudah Epifani, Thn B/I
Bac I    1Yoh 4: 7 – 10; Injil              Mrk 6: 34 – 44;

Dalam bacaan pertama hari ini, Yohanes memaparkan apa yang dulu pernah diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada mereka, para murid-Nya, yaitu tentang kasih. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes menegaskan bahwa kasih itu berasal dari Allah. Siapa saja yang hidup dalam kasih, maka ia berasal dari Allah; Allah ada di dalamnya. Umat dapat menghadirkan Allah dalam hidup dengan kasih. Karena itulah, Yohanes mengajak para pembacanya untuk hidup dalam kasih satu dengan yang lain, karena dengan demikian Allah hadir di tengah mereka.

Kasih, yang dikehendaki Tuhan, merupakan tindakan yang terarah kepada orang lain. Hal inilah yang mau dibangun Tuhan Yesus kepada para murid-Nya dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa setelah mengajar orang banyak dan hari mulai malam, para murid meminta Tuhan Yesus menyuruh orang banyak itu pergi mencari makan di kampung-kampung terdekat. Akan tetapi, Tuhan Yesus justru meminta para murid-Nya untuk memberi mereka makan. “Kamu harus memberi mereka makan!” Demikian kata Yesus kepada para murid-Nya (ay. 37). Di sini Tuhan Yesus mau menumbuhkan rasa belas kasih pada para murid-Nya.

Sering dalam kehidupan kita selalu menghindari bila dituntut untuk peduli kepada sesama. Lebih ironis lagi, banyak dari kita, khususnya para imam, suka menasehati orang untuk hidup dalam kasih sementara kita sendiri sulit melakukannya. Tak jarang pula kita seperti para murid, memilih jalan pintas nan mudah supaya diri kita tak merasa direpotkan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk selalu menghidupi apa yang pernah diajarkan Tuhan Yesus. Tuhan menghendaki kita untuk menumbuhkan kepedulian kepada sesama kita yang membutuhkan bantuan. Kepedulian itu merupakan wujud kasih.

by: adrian