Sabtu, 17 September 2022

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XXV – C

 

Renungan Hari Minggu Biasa XXV – C

Bac I  Am 8: 4 – 7; Bac II           1Tim 2: 1 – 8;

Injil    Lukas 16: 1 – 13

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Amos, Allah berbicara melalui mulut Nabi Amos. Dari apa yang disampaikan Amos terlihat jelas kalau Allah menghendaki agar kita senantiasa berbuat baik kepada siapa saja. Janganlah kita berbuat jahat pada orang lain, apalagi orang itu miskin dan lemah. Janganlah kita memanfaatkan kelemahan orang demi kebahagiaan diri kita sendiri. Tuhan justru minta agar kita bermanfaat bagi sesama.

Pesan Allah ini kembali diulangi oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, Paulus menyampaikan apa yang baik dan yang berkenan bagi Allah. Kita diminta untuk berbuat baik kepada semua orang, tanpa kecuali. Salah bentuk perbuatan baik yang dapat dilakukan adalah dengan mendoakan mereka. Sekali lagi perlu diingat, doa ini dipanjatkan kepada Tuhan untuk semua orang, tanpa kecuali. Di sini kita ingat akan nasehat Yesus untuk mendoakan mereka yang mencaci atau menghina kita (Luk 6: 28) atau mereka yang menganiaya kita (Mat 5: 44). Paulus menemukan dasar kenapa harus berbuat baik kepada semua orang, yaitu karena Allah “menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (ay. 4).

Dalam bacaan Injil Yesus menampilkan perumpamaan bendahara yang tidak jujur. Sekilas kita melihat bahwa bendahara tersebut dipuji. “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik.” (ay. 8a). Spontan mungkin kita memahami bahwa itulah yang dikehendaki Allah, yaitu menjadi tidak jujur tapi cerdik. Bukan ini yang hendak diangkat Yesus dalam pengajaran-Nya. Lewat perumpamaan ini Tuhan menghendaki agar kita sama seperti bendahara itu, berbuat baik kepada siapa saja, dengan membantu orang meringankan “beban utangnya”. Intinya tetap agar kita berbuat baik, bukannya melakukan kejahatan.

Sabda Tuhan hari ini kiranya  sangat jelas pesannya. Kita diminta untuk senantiasa berbuat kebajikan kepada siapa saja, tanpa mengenal batas suku, ras, agama atau antar golongan. Bahkan sejalan dengan nasehat Yesus, kebajikan itu harus juga dilakukan kepada orang yang berbuat jahat atau membenci dan memusuhi kita. Jadi, sekalipun kita dikatakan “kafir”, kita tak boleh membalas, malah kita diminta untuk mendoakan dan memberkati mereka. Dan bila mereka meminta bantuan, maka kita wajib membantunya.