Jumat, 12 Agustus 2016

Bahan Pelajaran Agama Katolik SMA/K XII, Bab 1 sub B


MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman, baik suku, agama, ras maupun antar golongan. Keragaman ini merupakan kekayaan yang menjadi kebanggaan. Akan tetapi, keragaman ini justru sering menjadi masalah. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang menjadi dasar dan kekuatan bangsa telah terkikis oleh egoisme dan fanatisme sempit. Hal inilah yang sering menimbulkan kerusuhan-kerusuhan yang bernuansa suku dan agama.
1.    Keprihatinan Hidup Berbangsa dan Bernegara
Dalam sidang agung Gereja Katolik Indonesia di Bogor pada 16 – 20 November 2005, terungkap realitas bangsa Indonesia, yang menjadi keprihatinan bersama. Secara ringkas ada 17 pokok masalah:
a)   Keretakan hidup berbangsa dan formalisme agama
b)   Otonomi daerah dan masyarakat adat
c)   Korupsi (masalah budaya)
d)   Korupsi (masalah lemahnya mekanisme kontrol)
e)   Kemiskinan
f)     Pengangguran
g)   Kriminalitas/premanisme
h)   Perburuhan
i)     Pertanian
j)     Lingkungan hidup (berkaitan dengan hutan)
k)   Lingkungan hidup (berkaitan dengan non hutan)
l)     Pendidikan formal: dasar – menengah
m)  Pendidikan formal: pendidikan tinggi
n)   Pendidikan non formal: pendidikan (dalam) keluarga
o)   Pendidikan non formal: kaum muda (termasuk masalah narkoba)
p)   Kesehatan
q)   Kekerasan dalam rumah tangga dan kesetaraan gender
Ketujuh belas keprihatinan ini dilihat sebagai ketidakadaban publik, dan disadari bahwa Gereja terlibat juga di dalamnya. Gereja di sini harus dipahami sebagai Umat Allah (Lumen Gentium no. 9). Hal ini menunjukkan bahwa Gereja belum memperlihatkan komitmen jelas untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik, sebagaimana diteladankan oleh Tuhan Yesus. Dengan kata lain, Gereja masih dikuasai habitus lama.
Habitus lama bisa digambarkan sebagai berikut: keadaan dimana tidak membiasakan diri untuk membaca realitas sosial secara kritis, memecahkan persoalan secara serampangan karena cari aman, bermental instan, cari enak dan selamat; merasa tak berdaya karena minoritas, terjebak pada pemisahan rohani – profan; dan lebih banyak mengkritik daripada berbuat, sombong serta lebih banyak berjuang untuk kelompok (suku, agama, ras).
2.    Perjuangan Gereja Mengupayakan Perdamaian dan Persatuan Bangsa